TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

PERTEMPURAN DUA KERAJAAN



PERTEMPURAN DUA KERAJAAN

0  Langit siang ini tiba-tiba menjadi gelap, awan hitam menyelimuti hampir separuh dari bumi. Bentuknya memutar, bersamaan dengan angin yang tak bisa dikendalikan. Para Dewa dan Raja-Raja mulai khawatir, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa selain berharap jika hal mengerikan ini lekas berlalu.    
0

   Dan tepat di sana, pertarungan sengit pun terjadi. Antara kubu bangsa iblis dan bangsa rubah. Segala jenis senjata bergema sangat nyaring, sampai memekakan telinga. Bahkan, mayat-mayat dari prajurit di sana tampak berjatuhan seperti bintang yang jatuh. Mereka—yang mati, akan langsung menjadi abu dan tak bisa hidup dengan abadi.    

   Prank!!    

   Blam!!    

   Prank!!    

   Sang panglima perang bangsa iblis pun dipukul mundur, saat panglima perang siluman rubah mendorongnya dengan tenaga dalam. Darah itu langsung dimuntahkan dari mulutnya, kemudian dia menahan dadanya yang terkena pukulan dahsyat tadi. Matanya kini melihat, begitu banyak prajutnya yang sudah menjadi abu dan terbang ke langit. Melihat betapa beringas pasukan siluman rubah, yang seolah hendak menghabisinya secara membabi buta.    

   Sang Panglima tak punya cara lain. Dia harus melindungi prajuritnya yang tersisa. Atau jika tidak, maka bangsanya akan benar-benar habis saat ini juga. Sejenak dia terdiam, kemudian sebagian ruhnya terbang dan pergi bak kilat yang tak bisa tertangkap mata telanjang.    

   Setengah tertatih, dia kemudian berlari menuju gua yang berada di puncak gunung wei long. Setelah kedua kakinya menapak tanah, dia kembali terbatuk dan muntah darah. Tangannya masih memegang dadanya yang sakit, dengan tertatih dia pun masuk ke dalam gua berwarna seputih salju itu.    

   "Yang Mulia...," katanya dengan suara serak. Ada sosok yang tampak sedang bersemedi di sana, rambut putihnya menjuntai ke tanah, matanya terpejam rapat-rapat, dan sosok itu seperti tak bernyawa. Sementara sosok lainnya yang sedari tadi berdiri di samping Yang Mulianya, menatap sinis ke arah sang panglima perang. Dengan langkah pelan, sosok itu pun mendekat. "Penasehat Li, aku harus mengatakan hal penting kepada Yang Mulia," katanya. Matanya tampak memerah, urat-urat di lehernya tampak begitu tegang.    

   "Apa kau tak tahu jika Raja kita sedang bersemedi hari ini dan tak bisa diganggu? Kenapa kau datang ke sini, Panglima Jiang Kang Hua? Bukankah seharusnya kau berperang menumpas bangsa rubah sialan itu?"    

   "Aku—"    

   Jiang Kang Hua langsung ambruk, membuat Li Zeng Xi langsung menyalurkan tenaga dalam kepadanya. Dan sialnya, apa yang menjadi ketakutan Li Zeng Xi menjadi kenyataan.    

   Rajanya, yang selama satu pekan ini ia jaga semedinya agar bisa sempurna, kini tampak membuka matanya. Korneanya tampak biru, rambut putihnya yang menjuntai tampak bercahaya.    

   Dengan patuh, Li Zeng Xi langsung berlutut tepat di hadapan Rajanya. Untuk kemudian, dia melirik ke arah Jiang Kang Hua yang sudah menghilang dari sana.    

   ��Yang Mulia, silakan lanjutkan semedi Anda," kata Li Zeng Xi dengan patuh.    

   Tapi, apa yang disarankan oleh Li Zeng Xi tak diindahkan oleh rajanya. Mata biru raja itu tampak melirik ke arah samping. Tatapan dingin dan tajamnya seolah tak bisa disentuh oleh siapa pun. Untuk kemudian dia berdiri, jubah hitam yang menjuntai itu disibak dengan penuh percaya diri, menampilkan sulaman naga berwarna perak dengan sangat nyata. Untuk kemudian, dia melangkah pergi keluar dan... menghilang.    

   "Yang Mulia, kesaktian Anda belum pulih sempurna! Yang Mulia!" teriak Li Zeng Xi yang mau tak mau ikut menghilang dari balik bibir goa tersebut.    

   "Emo Shao Ye, akhirnya kau datang juga di hadapanku," kata panglima perang siluman rubah.    

   Sosok yang disebut degan Emo Shao Ye masih diam, bahkan matanya masih terpejam rapat-rapat. Untuk kemudian, saat dia membuka mata, di waktu bersamaan aura berwarna merah keemasan muncul menyelimuti tubuhnya. Mata yang awalnya berwarna biru itu pun berubah seketika menjadi merah. Sebuah seringaian tampak jelas di sudut bibirnya.    

   "Raja Iblis Xie Liao Xuan, hari ini kau akan mati di tanganku! Aaa!!!"    

   Panglima perang siluman rubah langsung menyerbu Raja Xie Liao Xuan, semua tenaga dalamnya dia kerahkan untuk menyerang raja itu di berbagai sisi. Sementara Raja Iblis Xie Liao Xuan hanya diam, sambil sesekali menggeser posisinya untuk menghindari serangan dari siluman rubah.    

   Namun, pada satu titik siluman rubah itu tersenyum, seolah ada rencana terselubung. Dia menarik perhatian Raha Xie Liao Xuan, ke titik yang dia inginkan. Peperangan itu tak bisa dihindari. Membuat Raja Xie Liao Xuan yang awalnya tenang, kini dia mulai mengeluarkan tenaga dalamnya. Semua pasukan perang siluman rubah menyerangnya secara bersamaan, untuk kemudian sebuah titik cahaya di langit itu pun turun. Seperti kilatan petir, dia langsung jatuh dengan sangat cepat ke arah Raja Xie Liao Xuan.    

   "Matilah kau, Xie Liao Xuan!"    

   Blum!!    

   "Yang Mulia Raja!" teriak Li Zheng Xi. Dia langsung berusaha mengejar tubuh Raja Xie Liao Xuan, tapi kecepatannya tak mampu untuk melampaui kecepatan jatuhnya sang raja. Hingga akhirnya, dia langsung kembali ke medan perang dan membalas dendam atas apa yang telah terjadi kepada rajanya.    

   Di sisi lain, Xie Liao Xuan tak pernah menyangka, jika di balik taktik perang siluman rubah benar-benar sangat di luar dugaan. Mereka telah menggunakan cara curang untuk membunuhnya di peperangan kali ini. Bagai dihantam meteor, dadanya langsung didorong kuat oleh tenaga dalam yang bahkan tak mampu ia tahan. Hingga akhirnya, pakaiannya robek seketika bersamaan dengan darah yang dimuntahkan dari mulutnya. Tubuhnya langsung lemas, bahkan nyaris tak sadarkan diri, terjun bebas dari langit dan bahkan dia sendiri pun tak tahu akhir dari jatunya akan di mana. Atau malah, dia akan kembali menjadi abu dan bereinkarnasi lagi. Satu hal yang ia genggam adalah, sebuah kalung perempuan, kemudian air matanya menetes di liontin kalung itu.    

   "Anqier," lirihnya. Sebelum kesadarannya menghilang.    

   Di sisi lain di bukit hua, ada seorang perempuan yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya sendiri. Matanya tampak sembab karena sedari tadi ia telah menangis. Lagi, dia memejamkan mata, kemudian kejadian yang menyakitkan itu kembali terekam di memori otaknya secara nyata.    

   "Anqier, bukankah Ayah sudah bilang untuk melarangmu pergi ke tempat ini? Apa kau tak tahu jika hutan persik ini adalah daerah kekuasan Emo Shao Ye, sang Raja Iblis paling kejam di muka bumi ini? Lekas pergi, dan jangan pernah ambil satu buah persik pun dari sini!"    

   Anqier langsung berlari tepat di belakang ayahnya berlari. Sambil terus berpegangan tangan dengan Yang Si Qi—sahabat terdekatnya.    

   Tapi, langkah Anqier, dan Yang Si Qi harus berhenti, saat ayahnya menghentikan larinya secara tiba-tiba. Kemudian, Ayah Anqier mendekat ke arah putrinya, mimik wajahnya tampak cemas dan ketakutan.    

   "Anqier, Si Qi, lekas kalian pergi dari sini. Jika kalian mendengar suara kuda atau kaki orang, kalian harus sembunyi dan mengolesi tubuh kalian dengan ramuan ini. Kalian harus segera pergi. Tak peduli dengan apa yang kalian dengar dan apa yang kalian lihat, kalian harus pergi jauh dari sini!"    

   "Tapi—"    

   "Pergi, Anqier!"    

   "Ayah... aku tak mau pergi,"    

   "Pergi!!!"    

   Yang Si Qi langsung menarik tangan Anqier, saat sahabatnya itu terus menolak untuk meninggalkan ayahnya. Namun sayang, saat keduanya hendak pergi lebih jauh lagi, keduanya mendengar suara gemuruh yang sangat menakutkan.    

  Yang Si Qi langsung menarik tangan Anqier untuk segera menunduk, dengan tangan yang bergetar lantas dia mengolesi ramuan yang baru saja diberikan oleh Paman Liu Ming Tse tadi.    

  "Anqier...," panggil Yang Si Qi yang tak didengar oleh sahabatnya. "Liu Anqier!" kata Yang Si Qi lagi.    

  Anqier benar-benar tak mempedulikan sahabatnya, yang dia khawatirkan sekarang adalah tentang keselematan ayahnya. Matanya menangkap ayahnya yang tampak berlutut di depan gerombolan orang. Dan dari gerombolan orang itu ada sosok yang auranya sangat mengerikan. Sosok berambut hitam legan, dengan jubah hitam yang menjuntai panjang. Wajahnya tampak memakai penutup, tapi Anqier bisa melihat dengan jelas bagaimana bentuk alis, dan tatapan dingin dari sosok itu.    

  "Si Qi, aku harus menolong Ayah. Aku tak mungkin membiarkannya tertangkap seperti ini!" kata Anqier yang hendak berdiri. Tapi, Yang Si Qi langsung menarik tangan Anqier dan mengikat tubuh sahabatnya itu dengan erat.    

  "Kau mau apa, huh? Apa kau tak melihat mereka? Mereka bukanlah manusia seperti kita, Anqier. Mereka adalah iblis! Dan yang memakai penutup wajah itu adalah Raja Iblis Xie Liao Xuan, sang Emo Shao Ye yang sangat mematikan. Bukankah Paman telah mengatakan kepadamu jika kau harus bersembunyi dan menyelamatkan diri?"    

  "Tapi—"    

  "Menurutlah demi Paham!"    

  Akhirnya, Anqier pun menurut. Dia diam bersama dengan Yang Si Qi sambil melihat apa yang akan terjadi kepada ayahnya. Dia tak ingin apa-apa, yang dia inginkan hanyalah keselamatan ayahnya lebih dari siapa pun.    

  "Maafkan saya, Yang Mulia!" suara ayahnya tampak gemetar, membuat napas Anqier tercekat.    

  Jrep!!    

  Hening, itulah yang dirasakan oleh Anqier. Dia terdiam melihat apa yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri. Air matanya menetes, menyaksikan leher ayahnya ditebas oleh sosok yang disebut sebagai Raja Iblis itu. Bahkan sampai kepala ayahnya terpenggal dengan sempurna.    

  Tubuh Anqier bergetar hebat, napasnya tiba-tiba sangat sesak. Untuk kemudian, dia langsung terjatuh dan pingsan.    

  "Ayah...," lirih Anqier lagi, tangannya mengenggam hiasan rambut yang baru dibelikan oleh ayahnya. Kemudian Anqier kembali menangis.     

  Andai saja saat itu, dia menuruti ayahnya untuk tetap di rumah dan tak nekat pergi ke hutan persik milik Emo Shao Ye, pastilah ayahnya akan hidup sampai sekarang. Pastilah dia bisa memeluk ayahnya, dan menghabiskan hari-hari bersama dengan ayahnya. Namun, karena kebodohannyalah nyawa ayahnya harus melayang dengan sia-sia. Ya, semua ini karena kebodohannya.    

  Anqier langsung memandang ke atas langit yang tiba-tiba gelap, tangannya diangkat tinggi-tinggi, seolah ingin mengambil satu titik cahaya yang ia pikir adalah bintang. Dia ingin mengambil bintang itu, dia ingin berharap jika bintang itu adalah ayahnya.    

  Namun demikian, apa yang ia harapkan seolah menjadi kenyataan. Titik terang yang awalnya kecil lama-lama berubah menjadi besar. Anqier langsung berdiri, saat tahu jika cahaya itu akan jatuh di tempatnya. Namun, belum sempat dia menghindar...    

  Blum!!!    

  Seperti didorong oleh kekuatan yang sangat besar, Anqier akhirnya terlempar dengan kuat, membuat dia terjatuh sampai menabrak sebuah pohon pinus yang ada di sisi kirinya. Anqier melengkuh kesakitan, namun tangannya seolah menyentuh sesuatu. Dengan menahan sakit yang teramat, dia pun mencoba membuka mata. Dan betapa kaget dia, melihat sosok yang sudah terkapar yang ada tak jauh darinya.    

   Sosok itu adalah seorang laki-laki dengan paras yang sangat tampan, rambut hitamnya tampak tergarai dengan indah di atas rumput. Matanya terpejam rapat-rapat, dan mulutnya mengeluarkan darah segar. Pakaian di bagian dadanya terkoyak, dengan luka bakar di dada yang cukup parah. Saat Anqier meneliti, dia bisa melihat ada lambang naga bercahaya keemasan berada di lengan kanan laki-laki itu.    

  Anqier tak tahu siapa laki-laki yang jatuhnya bahkan seperti bintang jatuh itu, yang dia tahu adalah, saat ini, laki-laki ini sangat butuh bantuannya. Ya, laki-laki ini harus dia tolong sekarang juga!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.