TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

~Turunnya Kutukan~



~Turunnya Kutukan~

0  "A... Anqier!" Xie Liao Xuan langsung berlari merengkuh tubuh kaku milik Anqier. Darah berwarna putih yang berkilauan itu tampak menyembur dari dada Anqier yang terluka.     
0

   Ini benar-benar tidak mungkin! Bagaimana bisa, wanitanya diperlakukan sekeji ini di saat dia tidak ada? Bagaimana bisa, istana langit berbuat tidak adil seperti ini, padahal perjanjian sudah dilakukan sengan cara sah dan seadil-adilnya! Lantas bagaimana wanitanya bisa tidak bernyawa seperti ini? Tidak... tidak, ini tidak benar. Meski Anqier setengah Dewi, tapi dia sudah memiliki separuh intisarinya. Jadi, seterluka apa pun dia, dia tidak akan pernah mati. Dia hanya butuh penyembuhan, karena tubuhnya abadi. Kecuali, ada benda terlarang itu digunakan untuk melukai Anqier sampai wanitanya kehilangan nyawa seperti ini.    

   Xie Liao Xuan pun memeriksa bagian dada Anqier yang terluka, matanya terbelalak melihat serpihan timah langit yang berasal dari goa Tong. Dan selama ini, tidak ada satu Dewa-Dewi bahkan penghuni kerajaan langit pun yang berani mengambil timah langit itu. Hanya ada satu, ya... hanya ada satu Dewa yang berani dan memiliki hak untuk keluar masuk ke goa itu.    

   "Apa yang terjadi?!" tanya Kaisar langit. Agaknya dia cukup kaget, melihat wanita yang dicintai oleh putranya itu telah tewas. Akan tetapi, yang lebih membuatnya kaget adalah, bagaimana bisa seorang Dewi terlebih melihat dari darah putihnya yang berkilauan—yang menandakan jika dia adalah Dewi tertinggi di sini bisa mati? Dewi tertinggi? Jika benar sosok itu adalah Dewi tertinggi bukankah itu takdirnya menjadi istri dari putranya?    

   "Putra Mahkota Xie Liao Xuan—"    

   "Baginda Raja! Apa yang terjadi ini!" potong Xie Liao Xuan saat ayahnya hendak bersuara. "Ayahanda sudah berjanji kepada hamba, kalau Ayahanda akan mengizinkan hamba menikahi Dewi Anqier asalkan hamba berhasil mengalahkan Raja Iblis. Asalkan hamba bisa membawa kepala Raja Iblis ke sini! Dan lihat... lihat, Yang Mulia!" kata Xie Liao Xuan sambil menunjuk sebuah kotak yang dibawa oleh salah satu prajuritnya. Membuat prajurit itu membuka kotak itu. semua Dewa-Dewi dan petinggi kerajaan tampak terbelalak, saat mengetahui jika isi kotak itu adalah kepala dari Sang Raja Iblis. Penguasa kerajaan iblis yang bahkan ditakdirkan tidak bisa dimusnahkan dan tak bisa terkalahkan oleh siapa pun di dunia ini. Tapi hari ini, Sang Putra Mahkota telah mengalahnnya dengan kedua tangannya sendiri. "Hamba sudah membawakan kepala Raja Iblis untuk Paduka Raja! Hamba sudah menepati janji hamba! Tapi mengapa harus seperti ini? Bukankah Yang Mulia sendiri yang mengatakan kepada hamba kalau Yang Mulia hanya ingin melihat Anqier merenungi kesalahannya? Tapi kenapa Yang Mulia tidak menjaganya untuk hamba?!"     

   Sang Raja pun ikut sedih, melihat putranya histeris dan hancur seperti ini. Sungguh demi apa pun, dia juga tak mengharapkan jika ini terjadi. Dia tak menyangka jika wanita yang dicintai oleh putranya akan dibunuh oleh orang yang tak bertanggung jawab seperti ini. Bagaimana bisa? Padahal dia baru saja berencana dengan istrinya, untuk menjemput Anqier untuk membersihkan diri dan beristirahat karena Putra Mahkota sudah menyelesaikan pertarungan. Tapi, belum sempat dia sampai, yang terjadi adalah pemandangan yang sangat memilukan.    

   Kaisar langit itu pun berjalan, kemudian dia berjongkok sampai membuat semua yang ada di sana berlutut. Dia menyentuh bahu putranya, air matanya ingin menetes karena melihat kepedihan putranya.    

   "Xie Liao Xuan, putraku. Aku berjanji kepadamu untuk menemukan siapa yang membunuh wanitamu. Percayalah kepadaku sebagai ayahmu. Aku akan menghukum siapa saja yang telah membuat duka di hati putra kesayanganku."    

   "Ayah...," lirih Xie Liao Xuan. "Kenapa Ayah bisa membiarkan Anqier seperti ini, Ayah!"     

   "Xie Liao Xuan. Berhentilah seperti ini, kau adalah Putra Mahkota. Tidak pantas kau menjadi lemah di depan para Dewa-Dewi dan petinggi langit seperti ini," kata ayahnya lagi.    

   "Yang Mulia Putra Mahkota, bukankah ini salah satu hal yang sangat ganjil. Dewi Anqier adalah salah satu dari Dewi yang ada di sini. Terlebih, darahnya berwarna putih berkilauan, beliau adalah merupakan Dewi tertinggi di langit. Bukankah seharusnya Dewi itu hidup abadi? Tidak ada makhluk langit yang bisa mati. Kecuali mereka dalam tahap penyembuhan dari sebuah luka yang bahkan parah sekalipun. Apakah ini tidak terlalu aneh? Kecuali...," ucapan Li Zeng sengaja digantung. Kemudian dia mengibaskan jubahnya, lalu mendekat ke arah Xie Liao Xuan. "Kecuali kalau Dewi Anqier, dilukai dengan menggunakan senjata yang terbuat dari timah yang diambil dari goa tong,"    

   Sontak, penuturan Li Zeng membuat semua orang yang ada di sana menjadi gaduh. Benar juga apa yang dikatakan oleh Li Zeng. Tidak ada ceritanya seorang abadi bisa mati kecuali dia dilukai oleh senjata yang terbuat dari timah itu. Apalagi sosok murni dari langit.    

   Semua orang tampak berkasak-kusuk, sementara Li Zeng kini merengkuh Putra Mahkota untuk berdiri bersamanya.    

   "Hamba bersamamu, Putra Mahkota. Hamba akan membantu untuk mengungkapkan ketikdak adilan ini...," bisiknya kepada Xie Liao Xuan. "Maaf, Yang Mulia Raja, bukannya saya menuduh atau apa pun. Hanya saja, saya ingin bertanya kepada panasihat Anda, apakah selama ini tidak ada sosok asing yang mengendap-endap mengambil timah dari goa tong tanpa sepengetahuan Panasihat Kaisar? Sebab, satu-satunya Dewa yang boleh masuk ke sana hanyalah penasihat dari Yang Mulia Raja,"    

   "Jangan lancang kamu, Penasihat Li Zeng! Bukan berarti kamu adalah penasihat dari putraku lantas kamu melayangkan tuduhan yang tidak mendasar seperti ini kepada penasihatku! Lancang jika kamu mengatakan hal kotor seperti itu! sekali lagi kamu menuduh penasihatku, aku pastikan kamu akan menerima hukuman dariku!" marah Sang Raja.    

   Li Zeng langsung berlutut ketakutan di depan Raja, kemudian dia bersimpuh sambil memohon maaf berkali-kali.    

   "Seumur hidup. Sampai puluhan dan ratusan tahun aku hidup di sini. Hidupku adalah sebuah kebenaran, tujuan hidupku adalah sebuah berkat. Itu sebabnya aku ditakdirkan sebagai penasihat Kaisar langit. Dan jika ada ketidak sesuaian tuduhan dari hakikat itu, adalah benar-benar sangat melukai perasaanku," kata penasihat Raja.    

   "Maafkan hamba, Yang Mulia!" kata Li Zeng.    

   Namun, saat Xie Liao Xuan hendak mengangkat tubuh Anqier sebuah benda terpelanting jatuh dari genggaman tangan Anqier. Semua orang menolah, membuat Li Zeng buru-buru mengambil benda itu.    

   Sebuah tusuk rambut bermahkotakan mutiara warna ungu kebiruan, dengan lambang burung merak di sana. Dan semua orang tahu, milik siapa tusuk rambut itu. Xie Liao Xuan, dan Sang Raja pun tampak terbelalak kaget. Pun dengan Li Zeng. Untuk kemudian dia berkata,    

   "Bukankah hiasan rambut ini milik penasihat Raja, Yang Mulia Putra Mahkota?" katanya kemudian.    

   Xie Liao Xuan pun menurunkan Anqier, dia mengambil hiasan rambut itu sambil meremasnya kuat-kuat. Rahangnya mengeras, matanya tampak menajam memandang ke arah penasihat ayahnya.    

   "Apa itu kau?" tanya Xie Liao Xuan kepada penasihat ayahnya.    

   "Bukan, Yang Mulia Putra Mahkota. Bagaimana bisa menjadi hamba? Bahkan, hamba bersama dengan Yang Mulia Raja seharian ini. Mungkin bisa hamba?!" jawab penasihat ayahnya.    

   "Apakah itu kau?!" tanya Xie Liao Xuan mengulang, bahkan kini wajahnya berubah menjadi bengis. "Di alam langit ini, tidak ada satu pun yang bisa masuk ke goa tong untuk mengambil timah itu kecuali kamu. Dan tidak ada yang memiliki hiasan rambut ini selain kamu. Dan kamu masih mengelak akan semua kesalahan yang telah kau lakukan, Penasihat Raja!" bentak Xie Liao Xuan.    

   "Hamba—"    

   Prang! Jrep!!!    

   Semua yang ada di sana terdiam, saat dengan cepat Xie Liao Xuan menghunus pedang yang sudah ia taburi dengan timah yang tersisa di tubuh Anqier kemudian dia menusukkannya dengan sempurna di dada penasihat ayahnya. Bahkan ayahnya mematung melihat perlakuan bengis putranya.    

   "Y... Yang Mulia Putra Mahkota, bukan hamba pelakunya," lirih penasihat itu terbata, hingga akhirnya dia terkulai tak berdaya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.