TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

~Tidak Peduli~



~Tidak Peduli~

0 Jiang Kang Hua seolah tak mempedulikan ucapan dari Liu Anqier. Bisa melihat Liu Anqier sehat dan berada di depannya seperti ini saja dia sudah sangat senang luar biasa. Untuk kemudian, dia maju menarik tangan Liu Anqier dan memeluk tubuh Liu Anqier dengan erat. Yang Si Qi yang melihat itu hanya bisa memekik kaget, dia benar-benar tak menyangka jika Jiang Kang Hua akan melakukan hal seperti itu, sebuah hal yang ada di luar batas nalarnya. Atau ini yang dinamakan dengan cinta yang terpendam? Yang Si Qi benar-benar tidak tahu harus menamai kejadian yang dia lihat ini seperti apa. Hingga akhirnya, Liu Anqier mendorong tubuh Jiang Kang Hua, dan membuat Jiang Kang Hua sadar dengan apa yang telah dia lakukan.     
0

"Maafkan aku, Nona Liu. Aku benar-benar terbawa suasana. Sekali lagi, maafkan aku," kata Jiang Kang Hua kemudian. Liu Anqier tampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu dia menganggukkan kepalanya.     

"Tidak apa-apa, Tuan Jiang...," dia langsung memandang Yang Si Qi yang wajahnya sudah merah padam. "Ehm, Si Qi, bisakah kau katakan kepada Ibu untuk menyiapkan beberapa hidangan untuk Tuan Jiang. Beritahu Ibu juga untuk datang kesini, aku akan menyiapkan tempat di sini. "     

"Di sini, kenapa bukan di kediaman kita?"     

"Apa kau pikir Tuan Jiang bisa melihat kediaman kita?" mendengar hal itu, Yang Si Qi terkekeh. Agaknya dia benar-benar merasa pikun sekarang. Ya, dia pikun sekali.     

"Baiklah, aku akan menemui Bibi. Dan, kalian hati-hati. Jangan sampai ada binatang buas yang menerkam kalian diam-diam," kata Yang Si Qi. Dia kemudian langsung berlari sekuat tenaga untuk kembali ke pondoknya. Mencari Liu Ding Han yang kini keberadaannya entah di mana.     

"Bibi! Bibi kau di mana?" teriak Yang Si Qi. Liu Ding Han yang sibuk membuat arak dari bunga persik itu pun langsung menoleh, kemudian dia memandang Yang Si Qi sambil berkacak pinggang.     

"Gadis kecil ini, apakah kau dan Anqier sudah mendapatkan jamur sesuai dengan perintahku? Kenapa kau malah berteriak seolah Ibu ada di tengah hutan!"     

"Maafkan aku, Bibi. Hanya saja, sekarang ini salah satu dari teman Anqier kebetulan ada di sungai itu, kami bertemu dengannya. Jadi, Anqier memintaku untuk mengajak Bibi kesana untuk sekadar berbincang, dan sambil membawa hidangan yang lezat untuk kawannya itu,"     

"Kawan? Siapa? Bukankah satu-satunya kawan yang dia miliki adalah kamu, Si Qi. Lagi pula, kalian belum mendapatkan jamur yang kalian inginkan itu. Lantas kalian ingin menyuruh Ibu memasak apa? Air panas?" kata Liu Ding Han yang agaknya kesal dengan permintaan anaknya. Yang Si Qi pun kembali tertawa karenanya.     

"Itu bukan salahku, Bibi. Itu salah Anqier. Aku dan dia sudah mencari ke seluruh penjuru hutan tapi kami tidak menemukan satu jamur pun. Anqier bilang kepadaku kalau dia akan mengambil tumbuhan yang teksturnya mirip sekali dengan jamur, dan mengambil ikan di sungai, tapi belum sempat itu terjadi, kawannya itu sudah ada. Lantas apa yang harus aku lakukan, Bibi? Kawannya ini adalah laki-laki, dia bertemu dengan Anqier entah dari mana, dan dia adalah laki-laki yang sangat tampan. Hanya selisih sedikit dari ketampanan luar biasa milik Chen Tao. Aku pikir dengan ketampanannya yang seperti itu, dia bukan manusia. Siapa tahu dia adalah Dewa juga sama seperti Chen Tao."     

Liu Ding Han hanya bisa menggeleng kepalanya, kemudian dia memutar otak untuk bisa menghidangkan makanan untuk tamu dari putrinya tersebut.     

"Baiklah, sekarang bantu Ibu untuk menangkap kelinci yang ada di kandang, bantu Ibu mencuci beras dan lain sebagainya. Kita harus menyiapkan masakan ini segera mungkin sebelum semuanya terlambat,"     

"Baik, Bibi!"     

Di sisi lain, Chen Liao Xuan tampak kesal bukan main, bagaimana tidak, dia sedang membutuhkan Jiang Kang Hua, tapi panglimanya itu tidak ada di mana pun. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk memacu kudanya dengan kecepatan tinggi untuk mencari keberadaan Jiang Kang Hua. Di saat seperti ini, dia tahu betul panglimanya itu ada di mana. Ya, di mana lagi kalau bukan di perbatasan antara bangsa iblis dan manusia. Karena Jiang Kang Hua begitu menyukai hutan persik itu apa pun yang terjadi.     

Setelah dia sampai dan melewati gerbang, Chen Liao Xuan memandang sekeliling, tidak ada siapa pun di sana. Hingga akhirnya dia memicingkan matanya, mencium aroma Jiang Jang Hua yang tak jauh dari kediaman Liu Anqier. Jantung Chen Liao Xuan terasa berhenti, di dekat gubuk Liu Anqier? Apakah dia bisa benar-benar mencari Jiang Kang Hua di sana? Jika dia mencari di sana, dan pada akhirnya dia akan kembali bertemu dengan Liu Anqier apa yang akan dia katakan? Apa yang akan dia lalukan? Chen Liao Xuan benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Terlebih lagi sekarang dia tak bisa melacak di mana keberadaan Liu Anqier. Bukan karena dia tak bisa sama sekali, hanya saja dia sedang dalam keadaan yang memang mencoba untuk tidak mencari Liu Anqier sama sekali.     

Chen Liao Xuan menggelengkan kepalanya, apa yang sebenarnya dia pikirkan sekarang? Hutan pinus itu sangat luas, dan belum pasti juga Liu Anqier ada di sana. Lantas apa yang membuat dia menjadi ragu dan mulai resah dengan semua ini. Dia benar-benar terlalu memikirkannya terlalu dalam.     

Dia pun akhirnya memutuskan untuk melajukan kembali kudanya, mencari keberadaan Jiang Kang Hua. Dia benar-benar ingin menyuruh panglimanya itu untuk melakukan misi rahasia.     

Di sisi lain, Jiang Kang Hua tampak duduk di sebuah kain yang telah dia tata bersama dengan Liu Anqier. Dia benar-benar merasa sangat kesal dan aneh, bagaimana bisa dia secanggung ini dengan Liu Anqier? Bagaimana bisa dia merasa rasa yang benar-benar aneh. Padahal ketika di alam iblis, dis tak terlalu merasakan hal aneh seperti ini dengan Liu Anqier. Sebuah hal yang di luar batas nalar sekali.     

"Tuan Jiang, apakah ada yang aneh?" tanya Liu Anqier pada akhirnya, saat mata Jiang Kang Hua selalu memandangnya dengan tatapan anehnya itu. Jiang Kang Hua langsung menggelengkan kepalanya, kemudian dia tampak tersenyum kaku.     

"Oh, tidak sama sekali. Aku merasa kau terlalu mengenakan pemerah pipi. Pipimu terlalu merah," kilah Jiang Kang Hua. Padahal sekarang yang bahkan pipinya memerah tanpa perlu pemerah pipi karena dia benar-benar merasa panas di mana-mana sekarang, dia sangat grogi setengah mati. Sebab aura Liu Anqier di dalam alam manusia yang terang ini benar-benar tidak bisa diabaikan sama sekali.     

"Maaf, Tuan Jiang, tapi aku tak sedang memakai pemerah pipi atau apa pun...," jawab Liu Anqier. Dia tampak memeriksa pipinya yang mungkin merah. Dan Liu Anqier tidak tahu kenapa. "Mungkin karena suhu udara dingin. Itu sebabnya pipiku tampak lebih merah dari biasanya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.