TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

~Hidup dan Mati~



~Hidup dan Mati~

0"Kau jangan munafik, Panglima Jiang. Ini adalah hal yang sangat normal. Dan kau sekarang menjadi sok munafik sama seperti banga manusia yang kau sukai itu?" decak Cheng Wan Nian. Dia benar-benar merasa kesal dan bertambah kesal dengan tingkah memuakkan dari Jiang Kang Hua. Agaknya Cheng Wan Nian berpikir, bisa saja Jiang Kang Hua bertingkah seperti ini. Mungkin karena dia masih merasa dendam dnegan pertarungan dua klan terbesar di dalam kerajaan iblis. Cheng Wan Nian memandang Jiang Kang Hua lagi, langkahnya kini tampak nyata, mendekati Jiang Kang Hua dengan pasti. "Apa kau tidak mau berteman denganku hanya karena klan kita saling bertengangan? Jika iya, maka kau salah besar, Panglima Jiang. Aku sama sekali tidak berniat untuk menentangmu sama sekali. aku hanya ingin mengumpulkan dan menyatukan semua klan yang ada di istana iblis. Agar semua penduduk iblis di sini menjadi tentram dan bahagia selamanya. Bukankah akan menjadi hal yang sangat menyenangkan jika kita bisa hidup berdampingan bukan? Hilangkan semua dendam di masa lalu, bukankah kita telah menjadi sekutu sejak lama? Kita hidup berdampingan yang sangat lama. Lantas kenapa kau masih saja bersikap sinis kepadaku, Panglima Jiang?" kata Cheng Wan Nian kemudian.     
0

Jiang Kang Hua tampak terdiam, dia benar-benar tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Cheng Wan Nian. Ini bukan perkara dendam masa lalu, tentu saja. Tapi ini tentang semua ucapan Cheng Wan Nian, semua tingkah jahatnya serta tentang perselingkuhannyalah yang membuat Jiang Kang Hua kesal bukan main.     

"Aku sama sekali tak mengerti tentang apa yang kau katakan, Selir Cheng. Di sini yang aku bahas adalah tentang kau dan perilaku menyimpangmu itu. ya aku tahu mungkin jika di bangsa iblis itu akan menjadi hal yang wajar. Ayah bercinta dengan anak, Ibu bercinta dengan anak. Satu wanita bercinta dengan banyak laki-laki. Kau adalah kasta tertinggi dari bangsa iblis, kau adalah lambang kehormatan istana iblis. Lantas setelah apa yang kau lakukan sekarang, kesalahan dan kebodohan ini, kau masih merasa jika kau akan baik-baik saja, Selir Cheng? Kau benar-benar tidak tahu malu," kesal Jiang Kang Hua. Tak menunggu waktu lama, dia memandang Cheng Wan Nian, dan Kasim Agung Cheng, lalu dia memutuskan untuk pergi.     

Setelah itu, semua prajurit tampak sangat histeris, bagaimana tidak api tampak membakar hutan yang ada di bagian barat istana. Hutan itu adalah hutan pinus yang banyak kayu yang kering di sana. Sehingga kebakaran semakin merajarela.     

"Panglima Jiang, maafkan hamba! Tapi kamu sangat kuwalahan untuk mengatasi api itu, Yang Mulia!" ucap salah satu prajurit yang ada di sana. Untuk kemudian Jiang Kang Hua tanpa pikir panjang langsung berlari melihat apa yang terjadi dengan kedua matanya sendiri.     

Cheng Wan Nian dan ayahnya pun tersenyum, seolah apa yang mereka rencanakan sudah tersusun dengan baik mulai berjalan dengan lancar.     

"Anakku, lantas apa yang harus kita lakukan setelah ini?" tanya Kasim Agung kepada putrinya.     

Cheng Wan Nian tampak melipat kedua tangannya di dada, kemudian dia melihat ayahnya dengan tatapan penuh artinya itu.     

"Ayah, sekarang kita akan habisi satu-satunya keturunan dari klan Jiang. Apakah Ayah tidak ingin membunuh pemuda congkak itu kali ini?" tanya Cheng Wan Nian.     

"Tentu, itu adalah hadiah untuk ayahmu itu,"     

Keduanya pun langsung melangkah menuju tempat yang mereka sudah tentukan sebelumnya.     

Sementara itu, Liu Anqier, Lee Huanran dan Zhao Mimi agaknya merasa aneh. Suasana istana benar-benar sepi. Mereka tak pernah menyangka jika apa yang telah membuat mereka ketakutan.     

"Apa yang kalian lakukan!" teriakan dari para prajurit yang ada di luar kediaman Liu Anqier.     

Lee Huanran dan Zhao Mimi tampak kaget luar biasa. Bagaimana tidak, di depan kediaman Liu Anqier, sudah penuh dengan para sosok-sosok memakai pakaian serba hitam. Seolah mereka tengah mengepung kediaman Liu Anqier, mereka menghunus senjata seolah sudah siap untuk menumpas prajurit yang disuruh Jiang Kang Hua menjaga Liu Anqier.     

"Anqier, kau harus segera pergi dari tempat ini. di luar prajurit suruhan dari Selir Cheng sudah mengepung kita. kau harus selamatkan dirimu, Anqier!" teriak Lee Huanran histeris.     

"Lantas kau mau apa, Huanran? kau juga harus ikut denganku, juga Kepala Dayang Zhao juga!" kata Liu Anqier. tidak… ini tidak mungkin. Dia tidak mungkin meninggalkan Zhao Mimi dan Lee Huanran sendirian.     

"Aku akan menyamar menjadi kamu, Anqier. aku akan memakai pakaianmu dan tidur di ranjangmu."     

Liu Anqier menggeleng. Tidak… itu tidak mungkin. Itu berarti jika Lee Huanran akan memangsakan nyawanya sendiri hanya untuk melindunginya. Liu Anqier tidak mau kalau sampai itu terjadi.     

"Tidak, Huanran. aku tidak mau kalau sampai itu terjadi. aku pergi, kau juga pergi. Kita pergi bersama-sama dalam keadaan suka dan duka. Berhenti untuk mengatakan hal-hal aneh."     

"Tapi, Anqier. ini adalah tugasku, ini—"     

"Kita bisa lari dari sini dalam keadaan selamat!" percaya Liu Anqier. dia tampak mencari sesuatu, kemudian dia berjalan dan mengambil sebuah pedang yang yang pernah diberikan oleh Jiang Kang Hua untuknya. Setelah dia memegang pedang itu, dia kembali memandang Lee Huanran dan Zhao Mimi dengan tatapan yakinnya.     

"Apa yang akan kau lakukan, Dayang Liu?"     

"Kita harus bertahan hidup. Apakah kalian bisa lari dengan kencang?"     

"Tapi kenapa kau membawa pedang, apakah kau berniat untuk melawan mereka?" tanya Lee Huanran yang agaknya ketakutan.     

"Asal kau tahu, bahkan aku pernah melawan bandit dengan Yang Mulia Raja ketika kami berada di alam manusia. Kalian jangan khawatirkan aku, kalian cukup lari sekuat tenaga dan aku akan membuka jalan untuk kalian,"     

"Tapi, kau sedang hamil janin dari Yang Mu—"     

Lee Huanran langsung terbatuk, dia tampak kaget ketika asap tampak masuk ked alam kamar Liu Anqier. gawat, kediaman Liu Anqier dibakar!     

Tanpa banyak basa-basi, Liu Anqier langsung mendorong Lee Huanran dan Zhao Mimi untuk keluar. Dia langsung melompat dan berlari sambil menapahi bahu-bahu dari prajurit yang dikerahkan oleh Jiang Kang Hua yang kebetulan saat ini sedang adu senjata. Untuk kemudian Liu Anqier menebas beberapa iblis yang ada di sana.     

Tapi sayangnya, iblis-iblis yang ada di sana bangkit lagi. Sial! Batin Liu Anqier. dia lupa jika para iblis tidak bisa mati kecuali terkena dari bahan dari langit. dia langsung mengambil belatinya, kemudian Liu Anqier kembali terbang, memiting salah satu kepala dari musuhnya, lalu menggorong leher iblis itu dengan belatinya. Dengan sempurna iblis itu langsung berubah menjadi abu, kemudian Liu Anqier berusaha sekuat tenaga untuk membuat jalan untuk Lee Huanran dan Zhao Mimi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.