TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Bertemu Musuh -Part 3



Bertemu Musuh -Part 3

0"Penasihat Li, di mana Yang Mulia Raja?" tanya Jiang Kang Hua dengan mimik wajah cemas luar biasa.     
0

Li Zheng Xi melirik ke dalam aula agung istana, untuk kemudian dia menahan Jiang Kang Hua yang hendak masuk.     

"Apa yang terjadi, Panglima Jiang? Yang Mulia sedang berbicara dengan Kasim Agung. Kau jangan mengganggunya dulu."     

"Tapi ini serius, Penasihat Li! Ini tentang hidup dan mati Dayang Liu!"     

"Tidak seserius tahta kerajaan. Jadi, urungkanlah niatmu itu. Dan kau duduk manis saja tanpa protes sama sekali, Panglima Jiang. Nanti jika Yang Mulia keluar, kau bisa menyampaikan niatmu itu,"     

"Tapi Dayang Liu sudah tidak punya waktu lagi, Penasihat Li. Percayalah kepadaku!" mohon Jiang Kang Hua. Rasanya dia benar-benar ingin menangis sekarang, karena bagaimana bisa Li Zheng Xi tiba-tiba bisa menjadi egois seperti ini. "Penasihat Li, bukankah kau tahu jika Dayang Liu adalah wanita yang dicintai Yang Mulia Raja? Jika wanita itu dalam bahaya dan dijamah oleh Pangeran Wu karena sikap keras kepalamu ini, apakah kau mau bertanggung jawab atasnya?"     

"Masalah hati tidak lebih penting dari masalah tahta, Panglima Jiang…," tegas Li Zheng Xi yang berhasil membuat Jiang Kang Hua kaget bukan main. "Karena Dayang Liu lah, Yang Mulia Raja kini berada dalam masalah besar. Dia harus sampai bertemu langsung dengan Kasim Agung yang bahkan masa depan tahtanya dipertanyakan. Dan sekarang kau masih berkata jika Dayang Liu ada di dalam masalah?" Jiang Kang Hua mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Dia benar-benar tak menyangka jika jawaban dari Li Zheng Xi akan seperti ini. "Bahkan, sumber masalah dari Yang Mulia Raja adalah Dayang Liu. Kalau saja dia—"     

"Apakah menurutmu rasa cinta itu salah, Penasihat Li? Dayang Liu tidak salah apa-apa. Yang memberikan hiasan rambut itu adalah Yang Mulia sendiri, dan yang memberikan kalung itu adalah Yang Mulia sendiri. Lantas di mana salahnya Dayang Liu?" marah Jiang Kang Hua kemudian.     

Li Zheng Xi masih tampak begitu tenang, dia memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan lembutnya.     

"Jika cinta bisa membuat kuat aku akan mendukungnya. Namun jika cinta hanya untuk melemahkan, maka aku akan menentangnya. Jika perlu, aku akan memusnahkannya dengan senang hati, Panglima Jiang," ucapan itu terdengar menusuk. Bahkan perasaan Jiang Kang Hua terasa tercabik-cabik dengan sangat nyata. Hatinya sakit mendengar hal itu. Untuk kemudian dia memandang aula istana yang tertutup rapat itu.     

"Yang Mulia Raja! Hamba Panglima Jiang ingin melaporkan sesuatu yang penting kepada Anda!" teriak Jiang Kang Hua yang berhasil membuat Li Zheng Xi emosi dibuatnya.     

"Apa yang kau lakukan Panglima Jiang?!" bentak Li Zheng Xi.     

"Kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, Penasihat Li. Tapi jangan halangi aku melakukan apa yang aku inginkan!" bantah Jiang Kang Hua pada akhirnya.     

Tak lama setelah itu, Chen Liao Xuan dan Kasim Agung pun keluar. Keduanya tampak memandang Li Zheng Xi dan Jiang Kang Hua secara bergantian.     

Keduanya pun langsung bertekuk lutut di depan Chen Liao Xuan dan Kasim Agung itu.     

"Panglima Jiang, lancang sekali kamu! Hal busuk apa yang ingin kau sampaikan sampai bertingkah kurang ajar seperti itu kepada rajamu sendiri!" bentak Kasim Agung. Chen Liao Xuan diam, dia tak mengatakan apa pun. Dia tahu, tidak ada satu pun yang membuat Jiang Kang Hua gusar kecuali dua hal. Pertama, dia merasa terdesak saat berperang, dan yang kedua Liu Anqier ada dalam keadaan berbahaya.     

"Maagfkan hamba, Kasim Agung Cheng. Hamba hanya ingin mengatakan hal yang penting kepada Yang Mulia Raja. Bahwa saat ini Dayang kamar Yang Mulia Raja sedang dibawa oleh Pangeran Wu untuk melayaninya. Sebuah pelecehan terhadap Yang Mulia Raja, dan hamba tidak terima jika Yang Mulia Raja dilecehkan seperti ini!"     

Jiang kang Hua memandang Chen Liao Xuan, seolah dia memberi isyarat jika Chen Liao Xuan harus segera pergi. Jika tidak, Liu Anqier akan dinodai oleh iblis busuk seperti Wu Chong Ye itu.     

"Aku tahu, pergilah, Panglima Jiang," perintah Chen Liao Xuan.     

Dia benar-benar tidak bisa apa-apa. Tapi dia melihat jika Chen Liao Xuan mengedip ke arhanya. Seolah Chen Liao Xuan ingin berkata kalau dia tak perlu cemas tentang hal ini.     

Setelah Jiang Kang Hua pergi, Chen Liao Xuan kini menghadapkan tubuhnya kepada Kasim Agung. Masih dengan mimik wajah tenangnya dia pun tersenyum.     

"Kasihm Agung Cheng—"     

"Yang Mulia Raja, bagaimana jika sekarang kita ke kediamanku untuk menghabiskan malam sambil meminum arak? Ayolah, salah satu budakku mendapatkan arak terbaik dari bangsa manusia. Kau pasti akan suka. Terlebih, untuk ucapan maafku karena aku telah berburuk sangka kepadamu," ajak Kasim Agung Cheng.     

Chen Liao Xuan tahu, apa tujuan dari Kasim Agung itu mengajaknya minum sekarang. Tapi, dia tidak menunjukkan mimik panik sama sekali. Dia malah tersenyum, kemudian dia mengangguk.     

"Baiklah, Kasim Agung. Aku akan pergi ke kediamanmu sekarang," jawabnya mantab.     

Mendengar hal itu. Li Zheng Xi tampak bahagia. Rajanya memang benar-benar bisa diandalkan. Dia tidak perlu ragu lagi dengan rajanya. Rajanya bahkan sekarang bisa mengontrol emosinya dengan baik.     

Setelah mereka berjalan, Chen Liao Xuan tampak melirik pada kediaman Wu Chong Ye. Tangannya meremas kuat dengan hati yang terasa ngilu. Seumur hidup, bahkan di kehidupannya terdahulu, Liu Anqier tak pernah disentuh laki-laki mana pun selain dia. Jadi sekarang, mana mungkin dia rela jika gadisnya akan disentuh oleh iblis busuk seperti Wu Chong Ye. Tapi, dia tidak bisa melakukan apa pun, dia harus memiliki sebuah trik untuk bisa keluar dari masalah ini. Sebab bagaimanapun, dia mulai ragu dengan kekuatan Liu Anqier. Dia takut kekuatan itu tidak mampu untuk melindunginya, tidak mampu untuk mempertahankan harga dirinya sebagai seorang wanita.     

"Yang Mulia Raja, duduklah. Aku akan menyuruh istriku menghidangkan hidangan ternikmat untukmu. Dan ini, silakan cicipi arak yang kumaksudkan itu,"     

Kasim Agung itu menuangkan arak kepada Chen Liao Xuan. Dengan tersenyum Chen Laoo Xuan memegang ujung jubah yang ada di pergelangan tangannya kemudian dia meminum arak itu. Dia kembali tersenyum, kemudian meletakkan cangkir itu di atas meja.     

"Ini arak apa? Benar-benar sangat nikmat," katanya.     

"Menurut yang membuat, arak ini berasal dari buah-buahan. Jadi akan sangat bagus untuk tubuh. Jika Yang Mulia ingin, hamba akan membawakannya beberapa untuk Yang Mulia nanti sebagai simpanan di kediaman Yang Mulia."     

"Tidak buruk, terimakasih Kasim Agung Cheng. Aku benar-benar sangat tersanjung sekali."     

Kasim Agung itu tampak merasakan kemenangan luar biasa. Ternyata apa yang menjadi rasa cemas putrinya adalah keliru. Buktinya sekarang, Chen Liao Xuan bahkan tampak tak peduli dengan Liu Anqier, yang bahkan saat ini dalam keadaan bahaya. Dia tahu, siapa Chen Liao Xuan. Bagaimana bisa dia terjerat oleh Dayang rendahan. Ya, Kasim Agung itu percaya sepenuhnya dengan Chen Liao Xuan. Terlebih sekarang, Chen Liao Xuan tampak menikmati araknya, bahkan tanpa ada mimik wajah panik atau pun khawatir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.