TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Perlakuan Manis -Part 2



Perlakuan Manis -Part 2

Liu Anqier masih diam di tempat, bahkan dia enggan untuk menyentuh makanan yang ada di atas meja sedikit pun. Dia takut, benar-benar takut jika makanan itu bukanlah makanan yang bisa dia makan sesuai mestinya.     

Lim Ming Yu yang tampak menikmati darah naga itu pun tampak mengerutkan alisnya, saat Liu Anqier hanya diam membisu tanpa makan apa pun. Untuk kemudian dia paham, kenapa sampai Liu Anqier enggan untuk menyantap hidangan itu.     

"Kenapa kau tak memakan hidangan yang telah aku sajikan, Dayang Liu?" tanya Lim Ming Yu. Liu Anqier masih diam sambil menggaruk tengkuknya. "Apa kau pikir jika hidangan ini terbuat dari darah naga juga?" tanya Lim Ming Yu lagi. Mimik wajah Liu Anqier memang mudah sekali ditebak, dia tampak mendongak dengan mimik wajah merah padamnya. "Dayang Liu, percayalah… hidangan untukmu adalah hidangan yang sama dengan apa yang kau makan di alam manusia. Aku sengaja menyuruh beberapa prajurit untuk berburu hal-hal terbaik di alam manusia tadi pagi, agar bisa menghidangkan hidangan ini untukmu. Biji kenari, daging rusa, dan lain sebagainya yang ada di sini semuanya adalah dari alam manusia. Pun dengan makanan yang sering kau makan di sini. Para prajurit juga sering berburu, karena kami tahu kalau ada sebagian besar dari kalian yang dari bangsa manusia dan mungkin tidak suka memakan hidangan dari alam kami. Dan ya, kami juga menyukai makanan itu," jelas Lim Ming Yu.     

Wajah Liu Anqier semakin merah padam mendengar hal itu, dia benar-benar malu setengah mati karenanya. Tak terbayang olehnya jika dia akan semalu ini, dan berprasangkan buru kepada Lim Ming Yu.     

"Dayang Liu, memangnya kau pikir Selir Lim adalah penyihir yang dapat menyihir beberapa hal aneh dan menjadikan penampilannya seperti hidangan yang ada di sini?" kata Zhao Mimi.     

"Maafkan hamba, Selir Lim. Hamba hanya kaget saat Selir Lim menyebutkan darah naga. Hamba—"     

"Tidak menjadi masalah sama sekali Dayang Liu. Makanlah hidanganmu, oke. Aku akan makan makananku. Jadi kamu jangan cemas lagi. Aku tidak akan pernah menjerumuskanmu ke hal yang tidak-tidak. Jangan bilang kepadaku jika kau di sini selama ini hanya makan buah-buahan segar tanpa makan hidangan lainnya?" tebak Lim Ming Yu, wajah Liu Anqier kembali memerah. "Hanya karena kau takut jika hidangan dari kami bukanlah sama dengan hidangan dari alammu?"     

"Mendiang Ayah membuatkan hamba beberapa ramuan, di sana jika hamba meminumnya hamba akan merasa kenyang dan tidak merasakan lapar dan haus lagi. Jadi, hamba sering menggunakan ramuan itu untuk diri hamba sendiri, Selir Lim."     

Lim Ming Yu menarik sebelah alisnya, kemudian dia membiarkan Liu Anqier untuk memulai menyantap hidangan yang ada di meja.     

"Dayang Liu, apakah ayahmu seorang tabib yang diutus oleh Dewa? Kenapa beberapa ramuan yang dia buat benar-benar ajaib, seperti ramuan yang para Dewa buat," kata Lim Ming Yu kemudian.     

"Ayah terkenal dengan sebutan Tabib suci, Selir Lim. Karena mendiang Ayah terlalu sering bertapa di goa bukit yang paling tinggi di Kota Han. Dan setiap kali mendiang Ayah bertemu para Dewa, dan setiap itulah mendiang Ayah selalu mendapatkan ramuan-ramuan ini," jelas Liu Anqier kemudian.     

Lim Ming Yu tampak menganggukkan kepalanya, dia paham sekarang kenapa aroma dari Liu Anqier berbeda dari manusia pada umumnya. Mungkin karena mendiang Ayah dari Liu Anqier terlalu dekat dengan para Dewa, dan dia mendapatkan banyak ramuan-ramuan Dewa dan terlebih ramuan itu, Liu Anqier yang menggunakannya sehingga tubuh Liu Anqier jadi beraroma seperti makhluk langit pada umumnya. Bahkan Lim Ming Yu sempat berpikir jika Liu Anqier adalah seorang Dewi yang diutus oleh Raja Langit untuk menjadi mata-mata di alam iblis ini.     

Setelah itu, mata Lim Ming Yu menangkap hiasan rambut milik Liu Anqier. Dia tahu dengan jelas hiasan rambut milik siapa itu. Sebuah ukuran berbentuk naga kecil dengan lonceng kecil yang menggantung manis di ujungnya, matanya terbuat permata abadi berwarna biru safir dengan mutiara yang ada da di sisi-sisi tubuhnya. Hiasan itu adalah hiasan kesayangan milik Chen Liao Xuan. Ya, hiasan kesayangan suaminya. Bahkan dulu sempat saat peperangan hiasan itu terlepas dari rambutnya, Chen Liao Xuan murka dan menyuruh para prajurit bahkan untuk kembali ke medan perang dan mencari benda itu. Untung saja, Jiang Kang Hua yang menemukan benda itu dan menyimpannya.     

"Dayang Liu,"     

"Hamba, Selir Lim,"     

"Hiasan rambutmu sangat indah. Aku sangat menyukainya. Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Lim Ming Yu kemudian.     

Zhao Mimi yang baru menyadari jika hiasan rambut itu adalah milik Chen Liao Xuan agaknya memekik kaget. Tak terbayang olehnya apa jawaban yang keluar dari mulut Liu Anqier. Sebab Zhao Mimi tidak mau kalau sampai Lim Ming Yu merasa iri apalagi tersaingi oleh Liu Anqier yang notabenya adalah Dayang dari istana ini.     

"Ini adalah hiasan rambut pinjaman dari Yang Mulia Raja, Selir Lim. Karena sewaktu hamba kesini tadi. Hiasan rambut hamba telah patah, kebetulan bertemu dengan Yang Mulia Raja. Kemudian beliau meminjamkan ini," jelas Liu Anqier kemudian. Dia ragu jika Lim Ming Yu akan menerima penjelasannya. Namun, dia tidak bisa berbohong sama sekali. Ya, tadi memang hiasan rambutnya patah, itulah kenapa dia dipinjami oleh Chen Liao Xuan dengan hiasan rambut ini kepadanya.     

"Oh, baiklah. Tapi, kau harus hati-hati, Dayang Liu. Jika Selir Cheng mengetahui ini, maka dia akan cemburu setengah mati kepadamu. Kau tahu tabiat buruknya bukan? Meski aku sangat menyukai jika kau adalah Dayang yang sangat disayangi oleh Yang Mulia Raja,"     

Liu Anqier tampak mendongak mendengar ucapan dari Lim Ming Yu, wanita itu kembali tersenyum dengan sangat manis.     

"Fakta jika kau adalah Dayang kesayangan Yang Mulia sudah tersebar di seluruh penjuru istana, Dayang Liu. Bahkan, kau adalah satu-satunya wanita yang namamu dipanggil tanpa menggunakan marga. Kau satu-satunya wanita yang tanganmu dia genggam, dan kau satu-satunya wanita yang diajak untuk berkeliling di perayaan waktu penyambutan purnama merah. Bahkan kau juga satu-satunya wanita yang dia sentuh bahkan di depan orang banyak sekalipun,"     

Mendengar itu, Liu Anqier langsung menyembah di depan Lim Ming Yu. Entah kenapa dia merasa sangat takut dan merasa bersalah karenanya. Lim Ming Yu tampak tersenyum melihat hal itu.     

"Maafkan hamba, Selir Lim. Hamba terlalu lancang. Hamba—"     

"Sudahlah, Dayang Liu. Jangan terlalu memikirkan itu. Aku malah sangat senang jika itu terjadi. Setidaknya aku tahu, jika julukan Selir kesayangan bukanlah alasan yang mendasar bagi Selir Cheng. Itu pula yang menjadikan alasan untukku untuk berani secara terang-terangan menentangnya. Karena sosok yang disayang oleh Yang Mulia sebenarnya adalah dirimu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.