TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Terungkap Sisi Istimewa -Part 2



Terungkap Sisi Istimewa -Part 2

0Tapi ternyata Chen Liao Xuan tak berpendapat seperti itu, dia malah seolah menginginkan Liu Anqier dan Cheng Wan Nian tetap bersiteru entah sampai kapan itu.     
0

"Y… Yang Mulia… dia… dia hanyalah seorang Dayang. Tega sekali Yang Mulia membentak hamba hanya karena seorang Dayang dapur istana seperti dia!"     

"Dia adalah Dayang kamarku, Selir Cheng!" sentak Chen Liao Xuan lagi.     

"Lantas kenapa? Dia hanya seorang Dayang! Apakah seistimewa itu sampai Yang Mulia memberikan kalung yang bahkan hamba memintanya saja Yang Mulia tak memberikan sama sekali? Apakah seistimewa itu sampai Yang Mulia memberikan hiasan rambut paling berharga melebihi nyawa Yang Mulia sendiri kepada Dayang itu?"     

Air mata Cheng Wan Nian telah mengalir begitu saja di pelupuk mata. Tak terpikir olehnya sama sekali jika malam ini akan terjadi. Raja yang selalu menjadikannya yang istimewa kini telah digeser oleh sosok yang benar-benar rendahan seperti Liu Anqier. Dayang dapur istana dari kalangan manusia.     

"Ya," jawab Chen Liao Xuan kemudian.     

Cheng Wan Nian nyaris rubuh, andai saja Tan Lian tidak segera memapah tubuh Cheng Wan Nian. Kemudian dia memandang Liu Anqier dengan mimik wajah lebih kesal lagi. Hari ini dia sudah dihina oleh seorang Dayang, dan dia tidak akan pernah memaafkan apa pun yang terjadi malam ini.     

"Yang Mulia, Anda lupa siapa hamba. Ayah hamba adalah seorang Kasim Agung. Yang Mulia bisa sampai bertahan di titik ini adalah karena berkat Ayah hamba. Terlebih, bukankah besok Yang Mulia akan pergi bersemedi? Hamba sarankan, jangan pernah melukai perasaan para selir Yang Mulia, jika Yang Mulia tidak mau kalau sampai Dayang dapur istana ini kenapa-napa,"     

Chen Liao Xuan tak menggubris ucapan dari Cheng Wan Nian, kemudian dia menggenggam tangan Liu Anqier dan menyentuhnya.     

"Apakah ini sakit?" tanyanya. Tapi, Liu Anqier langsung menarik tangannya dan menyembunyikan tangannya di belakang punggung.     

"Tidak, Yang Mulia. Hamba tidak kenapa-napa."     

"Tanganmu berdarah bagaimana bisa kau bilang tidak kenapa-napa?" kesal Chen Liao Xuan.     

"Yang Mulia!" sentak Cheng Wan Nian yang berhasil membuat Chen Liao Xuan menoleh dengan tatapan garangnya itu.     

"Kau berani membentak Raja?" geram Cheng Liao Xuan. Cheng Wan Nian pun langsung menunduk. Membuat Liu Anqier memilih untuk pergi.     

"Hamba permisi," katanya. Berlari sekuat tenaga untuk pergi dari tempat itu dan disusul oleh Zhao Mimi.     

Chen Liao Xuan hanya melihat kepergian Liu Anqier, kemudian dia memandang Cheng Wan Nian lagi.     

"Suruh Kasim Agung kerahkan semua pasukannya. Aku akan tetap berdiri di sini tanpa takut untuk melawannya," kata Chen Liao Xuan. Dia pun langsung berlari mengejar Liu Anqier yang bahkan sosoknya sudah menghilang itu.     

"Dayang Liu!" teriak Zhao Mimi. Tapi Liu Anqier masih berlari, sambil mengusap air matanya yang menetes di pipi Liu Anqier terus memuntahkan segala emosi yang membuncah di hatinya.     

Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti, ketika kedua lengan itu merengkuh tubuhnya dari belakang dengan sangat posesif, wajahnya tampak hangat menyentuh pipinya, dan rambutnya yang hitam dan wangi itu menjuntai di sampingnya.     

"Maaf, Yang Mulia. Bisakah Anda melepaskan hamba?" lirih Liu Anqier dengan suara seraknya.     

"Tidak… aku telah kehilanganmu sekali, aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya, Anqier."     

"Bisakah Anda melepaskan hamba?" ulang Liu Anqier untuk kedua kalinya. Tapi, Chen Liao Xuan tidak menggubris permintaan Liu Anqier. Membuat Liu Anqier menggigit lengan Chen Liao Xuan sampai lengan itu berdarah.     

"Dayang Liu! Beliau adalah Yang Mulia Raja!" kata Zhao Mimi memperingati. Tapi, Chen Liao Xuan seolah menyuruh Zhao Mimi untuk diam. Karena dia ingin tahu sebesar apa Liu Anqier melampiaskan kekesalahan yang ada di dalam hatinya.     

Setelah dia puas menggigit, dia langsung mendorong tubuh Chen Liao Xuan dan memberinya serangan secara bertubi-tubi. Chen Liao Xuan hanya diam mendapat serangan itu, hingga pada akhirnya Liu Anqier mengambil pukulan tenaga dalam dan ditujukan pada dada Chen Liao Xuan. Sosok gagah itu langsung ambruk, mulutnya langsung memuntahkan darah dengan sempurna.     

"Bisakah kau bersikap biasa saja! Aku tidak mau dibenci oleh siapa pun di alam ini! Aku tidak mau dibenci oleh Selir Cheng! Tapi kenapa kau selalu membuatku berada di posisi yang sulut, Chen Liao Xuan. Kenapa?!" teriak Liu Anqier pada akhirnya.     

Zhao Mimi hanya bisa menelan ludahnya, di dalam sejarah kehidupan Raja. Baru kali ini ada sosok yang berani membentak dan Raja membiarkannya begitu saja.     

"Ini, aku tidak butuh hiasan rambutmu!" Liu Anqier melepaskan hiasan rambut milik Vhen Liao Xuan yang ada di rambutnya. Hingga rambutnya tergerai sempurna. Kemudian, dia melemparkan hiasan rambut itu tepat di depan Chen Liao Xuan.     

Mata Chen Liao Xuan tampak nanar, dia tak mengatakan apa pun juga. Dia hanya bersimpuh sambil memegangi dadanya yang sakit. Dan mulutnya masih mengeluarkan darah.     

"Dan kalung ini…," kata Liu Anqier terhenti. Dia mencoba untuk melepaskan kalungnya, tapi dia tidak bisa melakukannya. Semakin dia ingin melepaskan, semakin kalung itu melekat ketat dengan sempurna di lehernya. "Kalung ini—"     

"Kau tidak akan pernah bisa melepaskan kalung itu, Anqier," lirih Chen Liao Xuan kemudian.     

Liu Anqier tampak menyeringai, dia tetap memaksa melepaskan kalung itu bahkan hingga lehernya berdarah.     

Melihat hal itu, Chen Liao Xuan langsung berdiri, dan memegangi tangan Liu Anqier agar berhenti bertindak bodoh.     

"Lepaskan aku, aku tidak sudi menerima apa pun pemberianmu, Chen Liao Xuan!"     

"Itu adalah milikmu, Anqier!" bentak Chen Liao Xuan karena dia sudah tidak punya akal untuk melarang Liu Anqier.     

"Apa maksudmu? Apa maksudmu ini adalah milikku?" tanya Liu Anqier pada akhirnya.     

Chen Liao Xuan hanya diam, dia lantas memiringkan wajahnya. Hingga kerah jubahnya ditarik oleh Liu Anqier dengan begitu keras.     

"Apa maksudmu itu, Chen Liao Xuan! Jangan mempermainkan aku seolah kau adalah Chen Tao! Kau bukan Tao ku! Kau adalah Iblis yang sudah membunuh ayahku!"     

"Apakah kau tak berpikir kenapa kita terlalu saling bergantung satu sama lain? Apakah kau tak berpikir jika mungkin di kehidupan sebelumnya takdir kita telah terbuhung? Sebagaimana aku mengetahui kalung itu ada dalam genggamanku bahkan entah kapan itu. Dan namamu selalu aku sebut di dalam mimpi ketika aku tidak menyadarinya. Aku telah kehilanganmu dulu, dan aku tidak mau kehilanganmu lagi. Tak peduli kau suka atau tidak, tak peduli kau membenciku atau tidak, dan tak peduli kau ingat atau tidak. Aku tetap akan menjadi aku yang tidak akan pernah melepaskanmu apa pun itu yang terjadi. Hingga saat kau tahu dan ingat tentang siapa aku," setelah mengatakan itu, Chen Liao Xuan langsung pergi. Membuat Liu Anqier meneteskan air matanya kemudian dia luruh saat itu juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.