TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Malam Perayaan -Part 4



Malam Perayaan -Part 4

0"Selir Lim, ada berita baru yang keluar dari pavilion Selir Cheng. Jika semua Selir yang ada di istana ini tidak perlu berias. Jika perlu, harus mengenakan pakaian seadanya. Agar Selir Cheng menjadi Selir paling menonjol dan dipilih oleh Emo Shao Ye untuk malam kesenangannya sebelum pergi ke goa," Zhang Hana memberikan berita yang agaknya mengejutkan semua orang. Lim Ming Yu tampak diam, rahangnya mengeras mendengar hal itu. Apakah Cheng Wan Nian sudah gila? Sekarang, apa yang menjadi obsesinya menjadi begitu nyata. Ketakutan akan kehilangan Chen Liao Xuan dari genggamannya rupanya telah membuatnya kehilangan akal sampai sejauh ini.     
0

Tapi, Lim Ming Yu tidak takut dengan siapa pun, dia juga tidak peduli dengan siapa pun terlebih itu adalah Cheng Wan Nian. Malah-malah, membuat Cheng Wan Nian naik pitam adalah sesuatu yang sangat menyenangkan.     

"Selir Zhang, tolong siapkan pakaian terbaikku. Dan riaslah wajahku dengan riasan terbaik yang pernah kalian lakukan," perintah Lim Ming Yu.     

Semua Selir yang ada di sana agaknya memekik kaget, bagaimana tidak. Jika apa yang menjadi ketakutan dari para Selir dan Dayang, adalah membuat murka dan membantah apa yang telah diperintahkan oleh Cheng Wan Nian.     

"Tapi, Selir Lim—"     

"Dayang Zhang, bukankah ini akan menjadi sangat baik untuk kita semua. Jika kita tetap harus tunduk kepada Selir Cheng pasti akan membuat dia selalu terlihat paling sempurna di mata Emo Shao Ye. Bukankah Selir Zhang merasa jika ini waktunya? Harus ada sosok yang bisa menjadi tumbal untuk membuka keburukan dari Selir Cheng. Memancing amarah Selir Cheng sehingga tanpa perlu kita susah-susah untuk mencari cara menjebaknya. Dan aku yakin, jika Emo Shao Ye melihat ini dengan kedua matanya sendiri, aku yakin akan hilang simpatinya kepada Selir Cheng. Dayang Zhang, kasus yang terjadi kepada Dayang Liu dia bisa lolos dengan sangat mudah, dengan bantuan hamba-hambanya yang paling setia. Aku tidak ingin, jika masalah ini akan membuatnya menjadi tinggi hati, sehingga membuat empat Selir Emo Shao Ye lainnya tertindas. Bukan hanya karena dia adalah seorang putri dari Kasim Agung lantas dia merasa tinggi hati. Sekali-kali dia juga harus ditampar agar bisa tahu diri,"     

Zhang Hana agaknya paham dengan pola pikir dari Lim Ming Yu. Akan tetapi dia menjadi khawatir berlebih. Jika seperti itu, bukankah Cheng Wan Nian akan tahu jika Lim Ming Yu menentangnya secara terang-terangan, dan akan berakibat keselamatan Lim Ming Yu akan terancam bahaya? Zhang Hana tidak mau kalau sampai satu-satunya Selir baik yang ada di istana ini harus lenyap hanya karena dia ingin menghancurkan Cheng Wan Nian.     

Sebab, kelicikan Cheng Wan Nian tidak bisa dilawan dengan terbuka selama kekuatan dari kubu lawan tidak sebanding. Bukan menang, hilang dan lenyap dari istana adalah harga mutlak yang harus dibayar oleh mereka.     

"Selir Lim, hamba sangat paham dengan apa yang Anda pikirkan. Begitu mengasihani Dayang Liu dan membenci sikap kotor yang selama ini Selir Cheng lakukan kepada para Selir lainnya adalah hal yang benar. Hanya saja, hamba menjadi mengkhawatirkan keselamatan Anda. Jika Anda melakukan hal itu secara terang-terangan, Selir Cheng akan mengganggu Anda setelah ini. Sehingga pada akhirnya, Selir Cheng akan memusnahkan Anda dengan sangat mudah. Hamba tidak mau kalau sampai Selir Lim menjadi korban ataas keganasan dari Selir Cheng. Sebab bagaimanapun bagi hamba, Selir Lim adalah satu-satunya Selir yang kami harapkan untuk naik tahta menjadi Ratu di istana ini. Dan untuk itu, hal utama yang kami ingin jaga adalah, keselamatan dari Selir Lim itu sendiri,"     

Lim Ming Yu tersenyum mendengar itu, dia tak menyangka jika Dayang-Dayang di sini selalu mendukungnya dengan sepenuh hati bahkan tanpa diminta sekalipun. Untuk kemudian, dia menggenggam tangan Zhang Hana dengan erat.     

"Dayang Zhang, aku sungguh sangat berterimakasih kepadamu. Karena kau telah begitu peduli denganku. Namun demikian, kau tak perlu takut tentang itu. Tentunya, kau juga tahu siapa ayahku. Meski ayahku bukan seorang Kasim Agung seperti Ayah dari Selir Cheng, namun demikian pemilik persenjataan terbesar di istana ini adalah ayahku. Jika sampai Selir Cheng berani macam-macam denganku, bukankah akan sangat sulit untuk ayahnya mesenjatai semua pasukannya untuk melawanku? Mereka tidak akan pernah menang melawan dengan tangan kosong kan?" kata Lim Ming Yu percaya diri.     

"Tapi, Selir Lim—"     

"Sudahlah, kau tak perlu begitu risau. Jika perlu, katakan kepada Selir Cheng jika aku sudah berangkat terlebih dahulu. Sehingga kau tak sempat memberitahuku tentang masalah pakaian dan riasan itu. Dengan seperti itu, tidak aka nada yang merasa bersalah dan sakit hati atas semua ini bukan?"     

"Baik, Selir Lim."     

"Jadi, lekas dandani aku karena aku harus berada di gerbang istana sebelum rembulan berada di atas kepala," putus Lim Ming Yu.     

Setelah itu dia segera bersiap, kemudian dia keluar setelah yakin jika Cheng Wan Nian belum menampakkan diri di depan paviliunnya. Dengan terburu Lim Ming Yu menyincing ujung pakaiannya kemudian dia berjalan cepat agar sampai berada di gerbang istana.     

Sementara itu, sebelum Zhang Hana mengatur pekerjaan yang lain, dia harus segera menemui Cheng Wan Nian. Untuk mengabarkan kepada Cheng Wan Nian jika Lim Ming Yu sudah tidak ada di kediamannya ketika dia hendak berada di sana waktu itu.     

"Hormat hamba, Selir Cheng," kata Zhang Hana saat dia sudah berada di kediaman Cheng Wan Nian. Dia menunduk dengan begitu hormat, terasa jauh berbeda ketika dia berada di Lim Ming Yu.     

"Apakah pekerjaanmu sudah selesai, Dayang Zhang?" tanya Cheng Wan Nian pada akhirnya. Dia masih sibuk, merias wajahnya dengan sangat sempurna, seolah tak boleh satu pori-pori pun yang tampak dari kulit wajahnya.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Semua Selir sudah hamba beritahu dan mereka sudah setuju dengan apa pun yang Selir Cheng perintahkan. Namun ada satu Selir yang tidak sempat hamba beritahu,"     

"Siapa? Dan kenapa sampai kau tak bisa memberitahunya?" tanya Cheng Wan Nian yang agaknya penasaran juga.     

"Selir Lim sudah tidak ada di pavilliunnya, Selir Cheng. Hamba datang kesana, dan rupanya Selir Lim sudah pergi ke perbatasan istana. Mungkin, dia terlalu bahagia menyambut adanya perayaan ini, sehingga dia berangkat sebelum waktunya tiba," jawab Zhang Hana. Jujur, dia ketakutan. Takut luar biasa yang bahkan sampai membuat bulu kudunya merinding semua. Namun demikian, ini adalah jalan terbaik untuknya agar semuanya terhindar dari kemarahan Cheng Wan Nian.     

Sementara itu Cheng Wan Nian tampak tersenyum penuh percaya diri, dia tampak tak peduli dan tak begitu panik dengan apa yang diucapkan oleh Zhang Hana.     

"Tidak jadih masalah, hanya tikus kecil yang tidak penting," ucapnya kemudian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.