TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Malam Perayaan -Part 5



Malam Perayaan -Part 5

0"Anqier, apa benar kau akan turut serta dalam acara ini?" Chen Liao Xuan bertanya untuk kesekian kalinya tentang itu. Agaknya, dia cukup khawatir dengan kondisi Liu Anqier yang baru saja sembuh. Bagaimana bisa dia tega untuk membiarkan Liu Anqier mengalami masalah lagi. Dia takut kalau sampai Liu Anqier kelelahan dan terjadi sesuatu lagi kepadanya. Sebab, kekuatan yang ada di dalam tubuh Liu Anqier sampai detik ini belum juga pulih dengan benar. Cahaya yang ada di dalam tubuhnya bersinar dengan begitu lemah.     
0

"Hamba yakin, Yang Mulia. Hamba sudah baik-baik saja, hamba ingin melihat pesta perayaan itu. Sebab kabarnya akan ada pelepasan lampion, hamba ingin melakukannya Yang Mulia. Agar rinduku kepada rumah bisa terobati," jawab Liu Anqier. Chen Liao Xuan pun akhirnya mengangguk.     

"Maka aku akan memberimu waktu untuk bersiap. Setelah itu pergilah bersama Dayang Zhao. Kita akan bertemu di sana," ucap Chen Liao Xuan pada akhirnya.     

Benar, dia tidak punya wewenang apa pun sekarang, dia tak punya hak untuk membawa Liu Anqier untuk turut serta dengannya. Liu Anqier adalah Dayang, dan dia adalah Raja. Bahkan para Selir pun tidak berjalan bersamanya menuju tempat perayaan. Meski sangat ingin sekali bagi Chen Liao Xuan untuk berjalan bersama dengan Liu Anqier ke perayaan itu, sebagai seorang laki-laki dan perempuan, sebagai sepasang kekasih yang menikmati malam perayaan pelepasan lampion dengan suka-cita.     

Sepasang kekasih?     

Chen Liao Xuan tampak tersenyum kecut, sejak kapan dia mendeklarasikan dirinya dan Liu Anqier adalah sepasang kekasih? Dia saja tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran dan hati Liu Anqier terhadapnya. Apakah benci itu masih tetap ada? Apakah dendam itu masih tetap sama? Jujur, Chen Liao Xuan sangat penasaran dengan hal itu. Terlebih sekarang sikap Liu Anqier tak mudah untuk dibaca.     

Bukan karena Liu Anqier tampak melunak kepadanya itu berarti Liu Anqier telah menerimanya sepenuhnya, merasakan perasaan yang sama dengannya dan bisa memaafkan apa yang telah dia lakukan dulu kepada mendiang ayahnya. Tidak… tidak sama sekali, dan Chen Liao Xuan tidak mau mengambil risiko apa pun hanya untuk menjadi besar kepala karena hal itu.     

Chen Liao Xuan menghela napas panjang, otaknya kini berputar kepada Liu Anqier dan seolah enggan untuk pergi ke mana pun. Apa yang harus dia lakukan agar otaknya untuk setidaknya menjadi normal sedikit saja, untuk tidak berpikir lebih dan menjadi manusia baik-baik agar bisa mengurus istana dengan baik. Tujuan dia saat ini adalah satu, bisa berdiri sendiri untuk bisa berada di atas tahta kerajaan. Agar dia tidak perlu lagu menjadi patuh dan menjadi boneka atas Kasim Agung, dan dia bisa berlaku sesuka hati. Dan untuk itu, pertama-tama yang harus dia lakukan adalah segera memiliki keturunan, dia harus memilih satu Selir untuk tujuannya itu. Agar dengan demikian, dia bisa menghimpun kekuatan. Para Kasim kerajaan akan bersimpati kepadanya, terlebih saat dia mengangkat seorang Ratu. Dan dia juga harus memperkuat pasukannya, dia harus memiliki pasukannya sendiri, agar dia tidak lagi ditekan oleh banyak orang untuk lengser dari jabatannya. Ya, dia harus melakukannya secara bertahap. Dia harus sabar dan tekun, merendahkan sedikit dirinya untuk melakukan itu agaknya adalah hal yang terbaik, dan yang lebih dari itu semua adalah, dia harus menemukan cara untuk bisa menstabilkan kekuatannya di saat purnama merah. Sebab, dia selalu kehilangan kekuatannya saat-saat seperti itu, dan jika dia sampai kehilangan kekuatan lagi. Chen Liao Xuan tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia tahu betul, yang ditakuti oleh bangsa iblis kepadanya sampai dia menduduki tahta Raja adalah kekuatannya itu, selain itu, dia hanyalah sebuah boneka yang mungkin bisa diatur-atur seenaknya oleh mereka.     

"Yang Mulia, pakaian Anda sudah siap. Silakan kembali ke kediaman Anda untuk mengenakannya dan berpartisipasi dalam perayaan penyambutan bulan merah," Li Zheng Xi tampak mengingatkan. Chen Liao Xuan yang saat ini sedang berjalan menuju kamarnya pun mengangguk pelan, dia kemudian melangkahkah kakinya lagi, dan di belakangnya disusul dengan patuh oleh Li Zheng Xi. Dan dengan hal itu juga, Chen Liao Xuan tidak bisa menebak tentang penasihatnya itu. Sebab selama ini yang dia tahu, penasihatnya terlalu patuh dengan hukum-hukum dan peraturan yang ada di istana, tentang relasinya dengan para Kasim dan petinggi kerajaan lainnya agar kedudukannya tidak digeser oleh siapa pun. Penasihatnya, nyaris tidak pernah membahas masalah yang lain, itulah sebabnya dia jarang bercerita tentang Liu Anqier kepadanya, dia merasa lebih nyaman bercerita masalah ini dengan Jiang Kang Hua. Atau entah kenapa, hati kecilnya benar-benar merasa aneh. Dia seperti tak begitu asing dengan Li Zheng Xi, seolah di kehidupan terdahulu dia juga kenal dengan sosok itu. Hanya saja, Li Zheng Xi seperti apa itu adalah hal yang Chen Liao Xuan tak bisa ketahui sama sekali. Bisa jadi dia adalah seorang pengikut yang patuh, atau malah dia adalah sosok yang penuh ambisi yang menakutkan.     

"Penasihat Li, apakah para Selir sudah ada di sana?" tanya Chen Liao Xuan pada akhirnya. Dia tampak menurut saat Li Zheng Xi mulai mengenakan jubah kebesarannya kepadanya.     

"Semua Selir sudah siap, Yang Mulia. Hanya saja…," kata Li Zheng Xi terhenti. "Entah kenapa, para Selir selain Selir Cheng mereka tampak enggan untuk mengikuti perayaan ini. Jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Apakah mereka pikir, acara pelepasan lampion adalah hal yang biasa atau bagaimana,"     

"Apa maksudmu, Penasihat Li? Katakanlah secara jelas dan rinci," perintah Chen Liao Xuan kemudian.     

"Maksud hamba, para Selir tidak mengenakan pakaian terbaik mereka. Wajah mereka pun tampak tak berias. Hanya Selir Cheng yang hamba tahu satu-satunya Selir yang paling menonjol, Yang Mulia," jawab dari Li Zheng Xi.     

Tidak, ini bukan perkara para Selir enggan untuk menghadiri perayaan bulan merah. Tidak sama sekali, Chen Liao Xuan merasa jika, Cheng Wan Nianlah yang memaksa mereka untuk melakukan hal itu, agar dia bisa menang dalan pemilihan Selir untuk menghabiskan malam indah bersamanya.     

"Selir siapa saja yang kau lihat, Penasihat Li? Apa ke lima selirku itu ada di sana semuanya?" tanya Chen Liao Xuan lagi. Li Zheng Xi kembali menundukkan kepalanya dengan patuh.     

"Sepertinya hanya empat Selir yang ada di sana termasuk Selir Cheng, Yang Mulia. Sebab Selir Lim tidak tampak sama sekali tadi. Ketiak hamba bertanya kepada Dayang Zhang tentang itu, Dayang Zhang berkata jika Selir Lim sudah berangkat dulu untuk melihat perayaan itu," jawab Li Zheng Xi lagi.     

"Selir Lim?" ucap Chen Liao Xuan menegaskan.     

"Ya, Yang Mulia,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.