TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Malam Perayaan -Part 7



Malam Perayaan -Part 7

0"Bukankah keduanya dalam keadaan yang tak baik karena takdir, Huanran? Di satu sisi, aku paham dengan apa yang Pangeran Wu rasakan. Sebagai keturunan dari Raja terdahulu, menjadi seorang Raja adalah haknya yang mutlak. Akan tetapi, langit juga sudah menentukan Raja Iblis sendiri, yaitu Raja Chen, yang dia menjadi Raja bukan karena kehendaknya, melainkan karena terpaksa atas keputusan langit. Keputusan langit adalah mutlak, keputusan langit adalah takdir yang ditetapkan oleh Dewa. Jangankan bagi bangsa iblis, bahkan seluruh semesta pun harus tunduk kepadanya," Liu Anqier akhirnya bersuara.     
0

"Atau bukankah sebaiknya jika di alam iblis ada dua istana dan Raja? Bisa jadi hal itu akan menghentikan mereka untuk berperang. Mereka bisa hidup berdampingan,"     

"Kau pikir benar akan seperti itu?" tanya Liu Anqier yang berhasil membuat Lee Huanran bingung. "Jangankan iblis, Huanran. Bahkan manusia pun, mereka memiliki rasa tamak yang luar biasa. Jika mereka memiliki dua kerajaan, mereka pasti akan bersaing secara terang-terangan, yang kemudian membuat mereka berperang untuk menguasai wilayah satu sama lain, dan sebagai ajang unjuk gigi, di antara mereka siapa yang bisa menjadi Raja nomor satu di alam iblis ini. Itu adalah pasti, dan hal itu tidak akan pernah bisa dihindari. Jangankan bagi makhluk satu alam, bukankah para prajurit juga sering berperang dengan siluman lain? Apa tujuan mereka berperang kalau bukan untuk menunjukkan siapa yang paling berkuasa dan paling kuat di antara mereka. Iya kan?"     

Lee Huanran langsung bertepuk tangan, dia benar-benar merasa takjub dengan jalan pikiran dari Liu Anqier. Pola pikirnya sangat jauh berada di depan, cenderung rasional dan masuik akal.     

"Kau benar-benar hebat, Anqier. Aku tak menyangka jika kau bisa memiliki pemikiran sebaik ini. Lantas menurutmu melihat prahara yang terjadi di istana ini, kamu akan memberi masukan apa?"     

"Aku juga tidak tahu, Huanran. Sebab aku rasa ini bukanlah ranahku seutuhnya. Hanya saja aku merasa jika mungkin saja ada satu hal yang bisa membuat mereka bersatu. Atau pelengseran kekuasaan dengan cara terhormat."     

"Misalnya?" tanya Huanran penasaran.     

"Misalnya, jangan sampai Emo Shao Ye memiliki keturunan laki-laki,"     

"A… apa? Bukankah keturunan laki-laki adalah hal yang paling ditunggu oleh Emo Shao Ye? Agar dia bisa untuk mempertahankan kekuatannya dengan sangat nyata. Agar tidak ada lagi sosok mana pun yang mencoba untuk menggeser kedudukannya dari singgasana,"     

"Oleh sebab itu dia tak boleh memiliki keturunan laki-laki. Sebab kalau sampai dia memiliki keturunan laki-laki maka kedudukannya di istana akan kuat. Kalau dia tak memiliki keturunan laki-laki, maka kemungkinan besar bangsa iblis akan meminta calon penerus tahta kerajaan, dengan demikian kesempatan untuk Pangeran Wu menjadi calon penerus itu. Tak peduli bagaimanapun mereka, yang jelas Raja pun memiliki masanya. Kita juga tidak akan pernah tahu masa dari seseorang. Jika suatu saat nanti Emo Shao Ye meninggal, bukankah hal yang semacam itu harus diperlukan untuk kepentingan mereka bersama?"     

"Tapi, kami bangsa iblis hidup abadi, Anqier. Kami bukanlah bangsa manusia yang bisa mati."     

"Tapi kalian akan musnah jika terluka oleh senjata dari langit, bukan? Sama seperti halnya Raja Iblis terdahulu, dia juga musnah karena senjata dari langit bukan?"     

Lee Huanran pun mengangguk, benar apa yang dikatakan oleh Liu Anqier, mungkin bangsanya akan hidup abadi. Tapi ketika perang terjadi, tidak ada yang menjamin kehidupan itu. Semuanya bisa saja musnah terlebih jika senjata dari langit itu muncul dan menebas mereka semua.     

"Sebagai istana, pasti harus menunjuk seorang penerus Raja sebagai antisipasi untuk masalah seperti ini, dan jika Raja Chen tidak memiliki keturunan laki-laki, maka penerus itu bisa jatuh dengan mudah ke tangan Pangeran Wu. Dengan demikian mungkin mereka tidak akan pernah bertengkar. Atau malah Pangeran Wu menghalalkan berbagai cara agar dia bisa cepat naik tahta,"     

"Aku rasa seperti itu," jawab Lee Huanran. Keduanya pun tertawa karenanya, kemudian keduanya berjalan menuju perbatasan gerbang kerajaan.     

"Apa yang ingin kau beli nanti, Anqier? Aku ingin memberi manisan. Kau pernah memakan bola-bola yang bisa menyala belum? Dan bola-bola itu bisa dimakan,"     

"Benarkah ada yang seperti itu?" tanya Liu Anqier penasaran.     

"Tentu saja ada, yang seperti itu—" ucapan Lee Huanran terhenti. Saat dia melihat Chen Liao Xuan berdiri di depan gerbang dengan Jiang Kang Hua, dan Le Zheng Xi.     

Lee Huanran tak tahu, untuk apa rajanya itu berdiri di sana. Apakah rajanya ingin menunggu sahabatnya? Ataukah rajanya ingin menunggu para Selir? Tapi setahu Lee Huanran para Selir sudah tiba satu jam yang lalu.     

"Dayang Liu, ikutlah bersamaku sebentar. Apa kau bisa melakukannya?" tanya Chen Liao Xuan.     

Semua yang ada di sana agaknya memekik kaget, tapi mereka tak cukup untuk berani membantah.     

Chen Liao Xuan melepas jubah kebesarannya, sehingga dia mengenakan pakaian seperti rakyat biasa.     

"Tapi Yang Mulia—"     

"Bukankah kau bilang jika acara puncaknya masih dua jam lagi, Penasihat Li?" tanya Chen Liao Xuan. Li Zheng Xi pun mengangguk. "Aku tak melakukan kesalahan apa pun, aku hanya meminta satu jam saja untuk menemani Dayang Liu berjalan-jalan di sekitar istana," kata Cehn Liao Xuan.     

Li Zheng Xi tak punya kuasa lain untuk menolak, sebab apa yang dikatakan oleh Chen Liao Xuan masuk akal. Rajanya tidak sedang melakukan pelanggaran apa pun, lantas kenapa dia harus merasa jika perkara ini adalah salah?     

"Baiklah, Yang Mulia. Hamba dan Panglima Jiang akan menunggu Yang Mulia di sini. Sebelum rembulan tepat di atas kepala, hamba harap Yang Mulia segera kembali ke sini,"     

"Terimakasih, Penasihat Li,"     

Li Zheng Xi tercengang, mendengar Chen Liao Xuan mengatakan terimakasih kepadanya. Tak pernah terpikirkan olehnya, jika rajanya berterimakasih kepadanya. Mungkin, rajanya harus sering-sering berinteraksi dengan Liu Anqier, dengan demikian rajanya lebih peka kepada keadaan sekitar.     

Di sisi lain, Chen Liao Xuan sudah menarik tangan Liu Anqier untuk berlari menuju pasar perayaan. Keduanya berlari dengan cepat, sehingga membuat Liu Anqier agaknya kuwalahan mengimbangi langkah besar Chen Liao Xuan. Setelah itu, Chen Liao Xuan memelankan langkahnya, dia membalikkan badannya memandang Liu Anqier. Dia tersenyum lebar, seolah hendak menunjukkan kepada Liu Anqier tentang pasar perayaan yang seperti dengan di alam manusia itu.     

"Lihatlah, bukankah pasarnya hampir sama dengan yang ada di alammu?" tanya Chen Liao Xuan.     

Liu Anqier tampak terdiam, pandangannya terpana melihat pasar perayaan itu. Dia tampak berkaca-kaca, dan senyumnya pun tersungging dengan sempurna. Tak pernah terpikirkan olehnya, jika dia akan rindu dengan hal sepele seperti ini. Padahal dulu jika di alam manusia, dia adalah satu-satunya sosok yang paling enggan diajak ke pasar jika ibunya mengajak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.