TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Malam Perayaan -Part 8



Malam Perayaan -Part 8

0"Apakah setiap malam penyambutan purnama merah, perayaannya selalu seperti ini?" tanya Liu Anqier kemudian. Chen Liao Xuan tampak memandang langit, karena dia tampak tak mau kalau sampai Liu Anqier tahu yang sebenarnya terjadi.     
0

"Tentu saja sama. Apa kau pikir jika aku melakukan ini karenamu? Jangan besar kepala, Nona Liu. Kau tak seistimewa itu," ketusnya kemudian.     

Liu Anqier tampak mengulum senyum, dia langsung menarik tangan Chen Liao Xuan dan diajaknya berlari. Chen Liao Xuan hanya bisa tergugu sambil memandang genggaman tangan Liu Anqier yang erat ini. Keadaan seperti ini, seolah pernah terjadi. Saat keduanya berada di bukit penuh dengan pohon-pohon persik. Lantas keduanya berhenti di salah satu pohon di sana, dan saat itu Liu Anqier sedang memakai pakaian serba putihnya itu. Parasnya yang cantik dengan pakaian indahnya seolah menandakan jika dia adalah Dewi yang paling agung di sana.     

Apa, Dewi?     

"Yang Mu—"     

"Panggil aku Tao," ralat Chen Liao Xuan kemudian. Liu Anqier tampak terbelalak, kemudian dia mengangguk semangat.     

"Tao, apa kau ingat betapa rakusnya dirimu saat di alam manusia dulu ketika menyantap daging babi buatan Ibu? Aku yakin kau akan rindu itu. Sini… sini, duduklah. Sepertinya hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengisi perut, sebelum kita melihat-lihat pasar perayaan. Tapi…," kata Liu Anqier terhenti, dia kemudian menebarkan pandangannya kepada para pengunjung dan pedangang. "Ini benar-benar makanan yang bisa dimakan manusia kan? Bukan hasil tipu daya banga iblis? Sebab, semuanya benar-benar mirip seperti apa yang manusia lakukan," tanya Liu Anqier untuk meyakinkan dirinya sendiri.     

Chen Liao Xuan langsung menyentil kening Liu Anqier, kemudian dia duduk dan memanggil pelayan yang ada di sana.     

"Kau pikir ini semua tipu daya? Semua ini adalah nyata Nona Liu, jadi duduklah. Kita harus menikmati daging babi ini beserta araknya yang nikmat,"     

Liu Anqier pun langsung duduk, keduanya memesan makanan yang menjadi menu khas di sana, beserta dengan dua botol arak. Kemudian, keduanya menikmatinya dengan senang gembira. Liu Anqier bahkan menyantap makanan itu dengan rakus, meminum arak itu seolah dia sedang dahaga.     

"Apa kau lapar? Apa makanan di istana tidak enak?" tanya Chen Liao Xuan. Liu Anqier menggeleng kuat.     

"Tidak, bukan seperti itu. Beberapa waktu terakhir aku selalu meminum ramuan untuk memperbaiki rahimku, dan itu benar-benar sangat pahit. Membuat indera perasaku menjadi tawar dengan memakan makanan istana. Tidak boleh pedas, tidak boleh terlalu asam, dan tidak boleh terlalu asin. Padahal, aku sangat menyukai makanan pedas," kata Liu Anqier lagi. Chen Liao Xuan tampak tersenyum. Mungkin itu juga salah satu penyebab Liu Anqier tampak kehilangan beberapa kilo berat badannya. Liu Anqier memang tampak lebih kurus dari pada wal dia datang ke sini.     

"Itu karena demi kebaikanmu. Rahimmu yang mulai kering itu harus bisa normal lagi. Kalau tidak…," kata Chen Liao Xuan menghentikan ucapannya. Wajahnya merona merah, apakah dia berharap sampai sejauh itu untuk memiliki keturunan dari Liu Anqier? "Kalau tidak nanti kau akan menjadi menyedihkan karena tak bisa punya keturunan. Saat kau kembali ke alam manusia nanti, laki-laki mana yang akan menikahi wanita mandul. Tidak ada kan?"     

Mendengar itu, Liu Anqier menghentikan kegiatan makannya. Saat dia kembali ke bangsa manusia? Apakah dia masih bisa menikah? Dia sudah tidak perawan, itu adalah kenyataannya, dia sering melakukan hubungan badan dengan Raja Iblis. Terlebih lagi, dia pernah mengalami keguguran. Apakah masih ada keluarga terhormat yang mau dengan wanita kotor sepertinya?     

Melihat mimik wajah Liu Anqier menjadi panik dan suram, Chen Liao Xuan merasa telah salah bicara. Untuk kemudian, dia memandang Liu Anqier karena dia takut jika Liu Anqier akan salah paham karenanya.     

"Kau tenang saja, Nona Liu. Saat misimu membunuhku berhasil. Kau juga tidak akan punya tanda jika telah tidur denganku. Di alam manusia kau itu masih belum terjamah. Kau akan mendapatkan keistimewaan itu," jelas Chen Liao Xuan lagi.     

Liu Anqier memandang Chen Liao Xuan, kemudian dia kembali tersenyum getir. Berkata dengan mudahnya seolah tanpa ada perasaan apa-apa di sana. Memang, lidah sepintar itu, dia tak bertulang sehingga berbicara dengan begitu gampang.     

"Baiklah, Tuan Chen. Aku sangat berterimakasih untuk itu. Aku akan mengingat apa yang kau katakana. Sebab bagaimanapun, di bangsa manusia ada sosok yang sedang memperjuangkanku."     

"Siapa?" tanya Chen Liao Xuan cepat. Kedua tangannya mengepal kuat, dan rahangnya tampak mengeras. Seolah, dia tidak rela kalau sampai Liu Anqier dimiliki siapa pun selain dirinya.     

"Kepala Kepolisian Kota Han, dia adalah calon suamiku. Kami terpaksa berpisah karena banyak hal. Dan aku—"     

Ucapan Liu Anqier terhenti saat Chen Liao Xuan memukul meja yang ada di depannya. Bahkan sampai para pengunjung yang ada di sana pun menoleh dengan nyata.     

"Tuan Tao, apa yang kau lakukan? Semua pengunjung menoleh padamu sekarang,"     

"Sejauh mana hubungan kalian?" tanya Chen Liao Xuan kemudian.     

"Siapa?"     

"Kepala Polisi Kota Han," jelas Chen Liao Xuan.     

"Kami sering bertemu, beberapa waktu lalu dia menginap di kediamanku, kemudian aku membalasnya dengan menginap di kediamannya. Hingga suatu saat ada satu hal yang—"     

"Apa yang kalian lakukan saat meningap di kediaman masing-masing?" selidik Chen Liao Xuan lagi.     

Liu Anqier mengerutkan keningnya bingung. Kenapa Chen Liao Xuan menjadi banyak bertanya seperti itu? Padahal ini adalah urusan pribadinya.     

"Kami makan bersama, menghabiskan makan bersama dengan bercerita, aku memainkan kecapi untuknya, kemudian kami…," kata Liu Anqier tampak malu-malu, dia pun mengulum senyum. "Dia menyelamatkanku dari serangan Pangeran Wu, dia memelukku dengan sangat gagah. Aku ke rumahnya dan dia mengajakku berjalan-jalan santai. Lalu kami berciuman,"     

Supit yang ada di tangan Chen Liao Xuan langsung berubah menjadi depi karena amarahnya, kemudian dia kembali memukul meja lalu dia berdiri.     

Liu Anqier memekik kaget dengan hal itu. "Hey, Tuan Chen Tao. Apa yang kau lakukan? Kau mau kemana? Makanan kita masih banyak? Hey!" teriaknya. Tapi tidak ada balasan apa pun. Chen Liao Xuan lantas mendesak dengan hati yang benar-benar panas karenanya.     

Dia sama sekali tak tahu, kenapa dia menjadi aneh seperti ini. Kenapa dia menjadi merasa memiliki Liu Anqier dan seolah tak rela jika Liu Anqier disentuh oleh laki-laki mana pun di alam semesta ini. Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Padahal jelas, dia saja sudah tidur dengan para Selir yang ada di istana. Kenapa dia menjadi egois seperti ini?     

"Tuan Chen, berhentilah!" kata Liu Anqier, napasnya terengah mengejar kepergian Chen Liao Xuan. Kemudian dengan cepat Chen Liao Xuan membalikkan badannya, tangannya menangkap kepala Liu Anqier, lalu dia mencium bibir Liu Anqier dengan panas dan menuntu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.