TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Kembalinya Ingatan -Part 2



Kembalinya Ingatan -Part 2

0"Kenapa kau bertanya seperti itu, Panglima Jiang?" tanya Chen Liao Xuan pada akhirnya. Jiang Kang Hua kembali menundukkan wajahnya, kemudian dia mendekati Chen Liao Xuan.     
0

"Karena hamba melihat ada yang berubah dari Anda, setelah Anda bertemu dengan Dayang Liu, dan sebelum Anda meninggalkan gerbang tadi," kata Jiang Kang Hua.     

Chen Liao Xuan terdiam, dia tak mengatakan apa pun untuk menjawab ucapan dari Jiang Kang Hua.     

"Sikap Yang Mulia juga berubah. Menjadi lebih dewasa dan memiliki pemandangan lain sekarang," lanjut Jiang Kang Hua. Chen Liao Xuan melirik Jiang Kang Hua kemudian dia tersenyum tipis.     

"Apa kau pikir aku sedang kerasukan atau tak waras?" tanya Chen Liao Xuan. Jiang Kang Hua menggeleng dengan cepat.     

"Bukan, Yang Mulia. Hanya saja aura Yang Mulia tampak berbeda,"     

"Ck! Simpan celotehanmu itu, Panglima Jiang,"     

Chen Liao Xuan langsung memutuskan untuk pulang, dia benar-benar tidak enak hati sekarang. Dia masih belum bisa menerima apa yang telah terjadi kepada dirinya, takdirnya serta ingatannya.     

Hingga dia masuk ke dalam kamar dengan tubuh menggigil hebat, dan dia ambruk begitu saja di lantai.     

Sementara itu, Li Zheng Xi tampak berdiri di depan altar. Dia agaknya bingung untuk mengumumkan hal ini. Dia bisa melihat bagaimana Kasim Agung dengan penuh percaya diri seolah sudah yakin kalau putrinyalah yang memenangkan perlombaan ini, pun dengan Cheng Wan Nian. Bahkan, Jiang Kang Hua tidak ada untuk mendampinginya.     

"Jadi, siapa yang memenangkan kontes ini, Penasihat Li?" tanya Kasim Agung itu dengan nada penasaran yang luar biasa.     

"Baiklah, Kasim Cheng. Hamba akan mengumumkannya. Karena para Selir saat ini benar-benar mempermalukan Yang Mulia Raja. Jadi Yang Mulia Raja telah memutuskan untuk mengambil satu pemenang. Yaitu Selir yang belum pernah merasakan malam pengantin dengan Yang Mulia agar semua kasih sayang Yang Mulia adil merata….," kata Li Zheng Xi yang tampak berputar-putar. "Selir Lim, kau adalah pemenang untuk perayaan bulan merah kali ini,"     

Kasim Agung dan Cheng Wan Nian tampak kaget tak percaya dengan keputusan dari Chen Liao Xuan itu. Kemudian keduanya memandang Lim Ming Yu dengan tatapan tidak percayanya. Lagi, keduanya kini memandang Lim Ming Yu yang tampak sedang bersorak-sorai dengan para Selir lainnya.     

"Penasihat Li, tidakkah ini adalah hal ini telah mempermalukanku?" kata Kasim Agung itu.     

Li Zheng Xi kini menundukkan wajahnya dalam-dalam. "Kasim Agung, Anda tahu sendiri siapa Selir Cheng. Bahkan, tanpa dia memenangkan kontes perayaan malam ini, dia adalah tetap menjadi Selir kesayangan Yang Mulia Raja. Dan Yang Mulia Raja sudah memikirkannya ini semalaman. Jika Yang Mulia Raja memenangkan Selir Cheng padahal posisi Selir Cheng sudah lebih sering menghabiskan malam dengan Yang Mulia Raja, nanti Kasim lainnya dan para Selir lainnya akan cemburu, Kasim Agung Cheng. Jad hamba mohon bisalah untuk mengerti apa yang dimaksud Yang Mulia. Selir Cheng untuk bersama dengan Yang Mulia menghabiskan malam-malam panas mereka tak perlu menunggu perayaan bulan merah. Mereka bisa melakukannya setiap waktu. Bahkan, setiap kali Yang Mulia kembali dari bertapa, yang beliau cari adalah Selir Cheng, kemudian mereka menghabiskan malam panas mereka sebelum Yang Mulia mengadakan pertemuan di aula agung istana."     

Mendengar hal itu, Kasim Agung pun agaknya sekarang mengerti. Benar memang apa yang dijelaskan oleh Li Zheng Xi kepadanya. Meski dia selalu berharap jika putrinya akan menjadi Selir kesayangan yang dinomor satukan. Akan tetapi, jika perayaan awal dan penutup selalu putrinya yang menemani Raja maka akan berdampak buruk kepada Selir-Selir lainnya terhadap putrinya.     

"Baiklah, Penasihat Li. Aku paham dengan apa yang kau maksudkan," kata Kasim Agung itu kemudian.     

Li Zheng Xi langsung memberi hormat kemudian dia memutuskan untuk segera undur diri dari pada dia harus menerima banyak hal membingungkan di sini.     

Sementara itu, Cheng Wan Nian tampak sedang marah. Matanya tampak merah dan tangannya meremas kuat-kuat ujung pakaiannya.     

"Selir Cheng," kata Tan Lian. Tapi Cheng Wan Nian tidak menjawab, dia langsung berjalan pergi meninggalkan tempat perayaan tanpa kata apa pun.     

Sementara itu Lim Ming Yu tampak tersenyum mendengar jika dia adalah pemenang dalam perayaan ini. Dia tahu, jika rajanya itu sudah tidak memiliki empati kepada Cheng Wan Nian. Meski mungkin dulu rajanya tidak akan pernah peduli dengan nasib para Selir yang terlantarkan. Setelah kejadian Liu Anqier keguguran, rajanya kini mulai berubah. Rajanya mulai tahu betapa jahat Selir kesayangannya itu. Dan kini Lim Ming Yu akan berusaha dan berjuang, untuk melindungi para Selir atas hak-hak yang telah dipaksa rampas dari tangan mereka oleh Cheng Wan Nian. Agar Selir yang selalu memposisikan diri sebagai Ratu itu tahu diri di mana tempatnya sebenarnya. Bukan berarti jika dia adalah putri dari seorang Kasim Agung, lantas dia memiliki kekuasaan mutlak atas istana. Tapi, semuanya harus berjalan rata dan seimbang tanpa harus ada yang disisihkan. Ya, Lim Ming Yu ingin berjuang untuk itu.     

"Selamat Selir Lim. Anda telah menjadi pemenang untuk kali ini," kata Zhao Mimi memberi selamat. Pun dengan para Selir lainnya.     

"Tapi ini bukanlah sebuah kemenangan, Kepala Dayang Zhao. Ini adalah awal, dari perjuangan atas keadilan di istana untuk ditegakkan. Agar Selir Cheng tahu kedudukannya sekarang, jika dia bukanlah Ratu di istana ini, melainkan salah satu Selir di antara Selir lainnya. Aku tidak akan pernah terima atas penghinaan malam ini yang dia berikan kepada Baginda Raja, pun dengan para Selir lainnya. Karenanya, para Selir tidak bisa untuk sekadar berkompetisi dengan adil. Mereka harus rela mengalah karena ambisinya untuk memiliki Yang Mulia seutuhnya. Ya, Kepala Dayang Zhao. Bagi Selir Cheng Yang Mulia hanyalah miliknya seutuhnya. Dia lupa jika, suaminya adalah seorang Raja yang memiliki istri-istri lain selain dirinya. Dan mereka juga butuh perhatian, butuh waktu dan membutuhkan hak-haknya sebagai seorang istri,"     

"Anda benar, Selir Lim. Tapi, untuk bisa ke titik itu sangat sulit sekali Anda harus bekerja lebih keras agar semuanya bisa terwujud dengan baik dan benar. Karena musuh yang kita hadapi bukanlah musuh sembarangan. Mereka adalah klan dari penguasa terbesar dari prajurit istana ini," kata Zhao Mimi memperingatkan.     

"Sebenarnya, mereka tidak ada apa-apanya Kepala Dayang Zhao. Satu Yang Mulia bisa menghancurkan mereka semua. Hanya saja, aku pikir Yang Mulia terlalu banyak berpikir karena tekanan dari Penasihat Li yang mau mengatur semuanya menjadi apa yang dia pikirkan. Sehingga menjadikan Yang Mulia terlihat sangat lemah. Dulu aku sering melihat Yang Mulia berperang, Kepala Dayang Zhao. Hanya dengan mengangkat kedua tangannya saja seluruh pasukan dari bangsa air lenyap tak bersisa. Dan menurutku sekarang, semuanya ada di tangan Yang Mulia Raja,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.