TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Siasat -Part 5



Sebuah Siasat -Part 5

0"Apa?"     
0

"Iya, Dayang Zhao. Dayang Liu… Dayang Liu… tadi hamba pergi ke kamar Dayang Liu untuk memberitahukan jika kereta yang digunakan untuknya menemani Emo Shao Ye berburu telah siap. Tapi, saat hamba berada di sana. Dayang Liu benar-benar tampak kesakitan, wajahnya pucat pasi, keringat dingin keluar dari keningnya, dia tertarih hendak berjalan keluar dari kamar. Hamba langsung menangkapnya saat dia nyaris ambruk, dan yang lebih dari itu adalah, katanya bulan kemarin dia telat datang bulan, dan sekarang datang bulannya banyak sekali bahkan sekarang dia sedang tak sadarkan diri dengan darah yang terus keluar dari tubuhnya. Apa yang harus hamba lakukan, hamba benar-benar sangat bingung!"     

Zhao Mimi dan Zhang Hana tampak saling pandang, ini adalah masalah yang serius. Apa jangan-jangan….     

"Dayang Liu kau ikut denganku untuk memanggil Tabib Istana. Dayang Liu harus mendapat pemeriksaan segera mungkin,"     

"Hamba sudah kesana, Kepala Dayang Zhao. Tapi nihil, Selir Cheng mengatakan jika Dayang tidak pantas diperiksa oleh Tabib Istana. Dia harus diperiksa oleh Tabib magang yang ada di pavilion kesehatan. Itu sebabnya hamba hendak kesana sekarang."     

"Kau jangan pedulikan, ayo ikut denganku!" perintah Zhao Mimi. Untuk kemudian, dia memandang Zhang Hana dengan mimik wajah seriusnya. "Kepala Dayang Zhang, beritahukan kabar ini kepada Emo Shao Ye. Sebab jika mungkin aku dan dan Dayang Lee tidak bisa memanggil Tabib Istana, setidaknya Emo Shao Ye bisa memanggil Tabib Istana untuk Dayang Liu."     

"Baiklah, Kepala Dayang Zhao."     

Zhang Hana langsung berjalan sambil setengah berlari, menyincing ujung pakaiannya untuk segera mungkin mengejar keberadaan Emo Shao Ye beserta rombongannya, dia harus segera sampai menemui Emo Shao Ye, sebelum Emo Shao Ye berangkat dan Liu Anqier tidak bisa diselamatkan sama sekali.     

"Tolong hamba, Penasihat Li. Hamba harus bertemu dengan Emo Shao Ye!" pinta Zhang Hana saat dia sudah berada pada rombongan Chen Liao Xuan.     

Le Zheng Xi agaknya mengerutkan keningnya bingung, kemudian dia menebarkan pandanganya, mencari keberadaan Liu Anqier tetapi tidak ada.     

"Apa yang kau lakukan, Kepala Dayang Zheng? Bukankah aku menyuruh Dayang Liu yang kesini dan bukan dirimu?" tanya Li zheng Xi kemudian.     

Zheng Hana langsung berlutut. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia sudah tidak punya waktu, Liu Anqier sudah pingsan dan belum ada perawatan untuk menolongnya. Semakin lama waktu diulur maka semakin akan mengancam nyawanya.     

"Penasihat Li, Dayang Liu tak sadarkan diri. Dia mengalami pendarahan hebat,"     

"Apa?!" pekik Li Zheng Xi.     

Untuk kemudian dia berjalan mendekati kuda Chen Liao Xuan, memandang Chen Liao Xuan yang tampak kesal karena telah menunggu Liu Anqier dengan begitu lama.     

"Ada apa, Penasihat Li? Apakah Dayang Liu membatalkan rencananya untuk ikut serta dneganku?" tanya Chen Liao Xuan dengan nada kesal luar biasa.     

"Maaf, Yang Mulia. Tapi ini keadaan darurat. Dayang Liu pingsan, dia mengalami pendarahan hebat. Saat ini Kepala Dayang Zheng datang kesini untuk meminta Yang Mulia mengutus Tabib Istana untuk menolong Dayang Liu,"     

Mendengar hal itu, Chen Liao Xuan kaget bukan main. Matanya berkaca-kaca mendengar hal itu. Dengan segera dia langsung menarik tali kudanya sehingga kudanya berlari menembus dalam istana.     

Semua prajurit heran, Li Zheng Xi dan Jiang Kang Hua langsung menyusul kepergian Chen Liao Xuan. Sementara Zheng Hana agaknya bisa mengelus dadanya dengan lega, setidaknya dia sudah berusaha melakukan yang terbaik sekarang.     

Sementara itu, Chen Liao Xuan sudah berada di depan kamar Liu Anqier. Dia langsung turun dari kudanya kemudian dia berlari masuk ke dalam kamar Liu Anqier. Suara tangis itu terdengar sama, saat dia membuka pintu tampak Lee Huanran dan Zhao Mimi bersimpuh sambil berusaha memberikan pertolongan kepada Liu Anqier yang terkapar.     

"Anqier, apa yang terjadi kepadamu?" Chen Liao Xuan langsung merengkuh tubuh Liu Anqier yang masih tak sadarkan diri, sementara Lee Huanran dan Zhao Mimi menepikan duduk mereka.     

"Yang Mulia, tolonglah suruh Tabib Istana untuk memeriksa Dayang Liu. Dayang Liu sedang dalam keadaan bahaya, Yang Mulia. Hamba sudah dua kali kesana, tapi dua kali pula hamba tidak menghasilkan apa pun," kata Lee Huanran ketakutan.     

Chen Liao Xuan memeluk erat kepala Liu Anqier, dia benar-benar ketakutan kalau sampai Liu Anqier kenapa-napa. Kedua tangannya bergetar hebat, seolah bayangan yang ada di dalam otaknya terjadi dengan nyata sekarang. Kejadian terdahulu terulang lagi.     

"Penasihat Li, panggil Tabib Istana kesini. Kalau dia masih tidak mau, penggal kepalanya di tempat!" marah Chen Liao Xuan.     

Le Zheng Xi tampak tercengang, namun kemudian dia mengangguk sambil memberi hormat kepada Chen Liao Xuan.     

"Baiklah, Yang Mulia!" dia langsung undur diri untuk memanggil Tabib Istana.     

"Anqier, kenapa dengan kekuatanmu? Kenapa kekyuatanmu tak muncul di saat seperti ini, Anqier. Bangunlah,"     

Chen Liao Xuan benar-benar sudah habis akal, hingga akhirnya dia mengingat, jika dia terluka dengan menyentuh Liu Anqier dia bisa sembuh. Maka dia akan melakukan hal yang sama. Chen Liao Xuan mencium bibir Liu Anqier, mencoba memustakan pikiran untuk menyalurkan tenaga dalamnya. Tapi entah kenapa lambang naga di dadanya terasa sangat panas luar biasa, dia memekik kesakitan tapi dia harus melakukannya, hingga pada akhirnya sinar di tubuh Liu Anqier kini mulai muncul lagi. Untuk kemudian, sinar itu kembali hilang.     

Para Dayang yang ada di sana hanya bisa menundukkan wajah mereka, agaknya mereka tergugu dengan kepanikan Raja mereka. Untuk pertama kali mereka melihar Raja mereka kesetanan seperti ini dan begitu ketakutan kehilangan sosok Liu Anqier.     

"Anqier aku mohon bangunlah, aku tidak mau kamu pergi lagi, Anqier," peluk Chen Liao Xuan.     

Tak lama, Tabib Istana itu datang dengan tergopoh, karena Chen Liao Xuan kesal dia mengibaskan tangannya dan Tabib Istana langsung terpental dan menabrak dinging yang ada di belakangnya.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba tidak berani ke sini, maafkan hamba."     

"Jika kau tak bisa tahu penyakit yang diderita Dayang Liu dan tak bisa cara mengobatinya aku pastikan kau akan mati sekarang Tabib," geram Chen Liao Xuan.     

Tabib Istana langsung bergegas mengangguk, kemudian dia mendekati Liu Anqier, memeriksa Liu Anqier dengan sangat serius. Setelah dia memeriksanya, Tabib Istana itu agaknya terkejut. Kemudian, dia memandang Chen Liao Xuan dengan mimik wajah terkejutnya.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia."     

"Apa, katakan kepadaku apa yang terjadi dengan Dayang Liu? Bagaimana bisa dia datang bulan sampai pingsan seperti ini?!" marah Chen Liao Xuan.     

"Sebenarnya, Dayang Liu tidak datang bulan. Melainkan Dayang Liu sedang mengalami keguguran," jelas Tabib Istana yang berhasil membuat semua yang ada di sana kaget bukan main.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.