TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Siasat -Part 2



Sebuah Siasat -Part 2

0"Apa kau tak rindu dengan ibumu dan sahabatmu itu?" tanya Chen Liao Xuan mengalihkan pembicaraan. Liu Anqier kembali tersenyum, jangankan rindu. Pasti dia rindu bahkan lebih, tapi apa gunanya dengan hal itu? Rindunya juga tidak akan pernah bisa terpenuhi dengan cara apa pun itu. "Jika kau rindu, besok aku akan ke perbatasan. Kau bisa ikut serta untuk menemui Ibu dan sahabatmu itu,"     
0

"Benarkah?" tanya Liu Anqier agaknya ragu. Chen Liao Xuan mengangguk, membuat dia mengulum senyum. Kemudian Liu Anqier mengangguk kuat-kuat. "Aku mau!" jawabnya.     

Chen Liao Xuan mengulum senyum, setelah dia mengenakan jubah yang dibuat oleh Liu Anqier dia pun memutuskan untuk keluar. Ada banyak hal yang harus diurus, terutama hal itu adalah Wu Chong Ye. Dari kemarin dia sudah berusaha menahan diri agar tidak membuat konflik, tapi Pangeran Iblis itu tampaknya masih belum bisa merelakan kedudukan Raja diambil alih olehnya.     

Li Zheng Xi dan Jiang Kang Hua tampak menoleh, tatkala keduanya melihat rajanya itu mengenakan jubah berwarna putih dengan sulaman pohon persik yang ada di balai agung. Sulaman yang cukup besar dan sangat indah.     

"Yang Mulia, apa Yang Mulia tidak salah pilih pakaian?" tanya Jiang Kang Hua pada akhirnya. Chen Liao Xuan tampak melirik. "Jika Yang Mulia memakai pakaian putih seperti itu, terlebih dengan sulaman indah seperti itu, benar-benar tidak tampak seperti Raja Iblis, melainkan seperti Putra Mahkota Kerajaan Langit. Sangat indah, dan tidak bisa ditandingi oleh apa pun di dunia ini,"     

"Kau berhentilah membual, Panglima Jiang. Aku sedang ingin mengenakan jubah baru ini," ketus Chen Liao Xuan. Dia pun mengibaskan jubahnya kemudian berjalan menuju aula agung istana. Belum sepat dia berada di aula agung istana, matanya menangkap sosok yang begitu ia benci, langkah Chen Liao Xuan langsung terhenti dengan sempurna.     

"Hormat hamba, Yang Mulia Raja," kata Wu Chong Ye, senyumannya tampak menyeringai, dan hal itu adalah hal yang sangat menyenangkan untuk Wu Chong Ye, bisa mencemooh Chen Liao Xuan adalah hal yang asyik baginya. "Hamba benar-benar sangat pangling dengan Yang Mulia Raja. Hamba berpikir jika yang tengah berjalan dengan Panglima Jiang, dan Penasihat Li adalah Dewa yang turun dari langit. Ck! Bagaimana bisa seorang Raja Iblis mengenakan pakian putih seperti ini. Sungguh memalukan,"     

Chen Liao Xuan mengibaskan jubahnya, kemudian dia memandang Wu Chong Ye dengan tatapan sinisnya.     

"Kenapa masalah warna pakaikan kau permasalahkan, Pangeran Wu. Bukankah kelakuanmu untuk melakukan pengkhianatan kepada kerajaan jauh lebih tak tahu diri dari pada apa pakaian putihku ini?" Wu Chong Ye tampak emosi dengan ucapan dari Chen Liao Xuan, bahkan ujung bibirnya tampak berkedut. "Nikmatilah hidupmu dengan tenang, Pangeran Wu. Sebelum aku menemukan bukti untuk membuat kau musnah dari kerajaan ini."     

"Apa kau mengancam hamba, Yang Mulia?" desis Wu Chong Ye.     

Chen Liao Xuan melirik Wu Chong Ye dengan tatapan lebih dingin dan tajam lagi kemudian dia pergi berlalu mengabaikan Wu Chong Ye.     

"Seorang Raja tidak pantas untuk tidak membalas ucapan dari seorang keturunan Raja terdahulu seperti hamba!"     

"Maaf, Pangeran Wu. Saat ini Yang Mulia sedang sibuk mengurus beberapa hal yang terjadi di istana bersama dengan para Kasim Agung. Jadi, maaf jika Yang Mulia sedikit tidak tenang hatinya," Li Zheng Xi pun meminta maaf, dia menundukkan kepalanya, kemudian dia berjalan mengejar langkah lebar-lebar Chen Liao Xuan.     

*****     

"Bagaimana Dayang Tan, apakah tugasmu sudah kau laksanakan dengan baik?" Cheng Wan Nian tampak duduk di pavilion utara, dia memerhatikan beberapa Dayang yang sedang menjalankan tugas mereka. Tan Xia pun menundukkan kepalanya dalam-dalam kemudian dia tersnyum.     

"Semua perintah dari Selir Cheng sudah hamba laksanakan dengan baik. Setiap hari Dayang Liu meminum ramuan itu dengan sangat patuh, Selir Cheng,"     

Cheng Wan Nian tampak tersenyum, kemudian dia melirik Tan Xia sekilas. "Baiklah, berikanlah hadiah kepada Dayang Liu. Beberapa perhiasan giok kepadanya. Katakan kepada Dayang Liu itu adalah bukti jika aku sangat mengharapkannya menjadi saudara,"     

"Baik, Selir Cheng. Hamba akan melaksanakan titah Anda."     

Setelah itu, Tan Xia mengambil sekota pehiasan giok yang sudah disediakan oleh Cheng Wan Nian, lalu dia membungkusnya dengan kain merah yang terbuat dari bahan sutera berkualitas terbaik. Dia lalu membawa perhiasan itu menuju tempat Liu Anqier berada.     

Melihat hal itu, Tan Lian memandang saudara termudanya berjalan menuju kediaman Liu Anqier, lalu dia kembali memandang Cheng Wan Nian.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Haruskah Selir Cheng memberikan hadiah semahal itu untuk Dayang Liu? Bahkan Dayang Liu tak melakukan hal mengesankan apa pun," kata Tan Lian yang agaknya tidak terima dengan sikap Cheng Wan Nian kepada Liu Anqier. Ini benar-benar hal sangat mustahil. Bagaimana bisa sikap seseorang berubah dengan sangat cepat. Awalnya, Cheng Wan Nian begitu membenci Liu Anqier. Lalu kenapa sekarang dia sangat menyanjung Dayang tidak tahu diri itu?     

"Tenanglah, Dayang Tan. Kau tak usah risau, ini hanyalah perkara waktu. Suatu saat kau akan tahu apa yang telah aku lakukan. Semuanya akan menjadi baik untuk semuanya, dan untuk dirimu juga,"     

Cheng Wan Nian tampak tersenyum, kemudian dia berdiri dari duduknya. Berjalan dengan angkuh dan anggun menuju kediamannya.     

Sementara itu Lim Ming Yu melihat itu dari seberang, dia tampak menahan napasnya melihat gerak-gerik dari Cheng Wan Nian.     

"Ada apa, Selir Lim?" tanya Dayang pribadinya. Lim Ming Yu masih memandang Cheng Wan Nian bahkan nyaris tanpa kedip.     

"Entah mengapa, aku merasa Selir Cheng akan merencanakan sesuatu yang jahat terhadap Dayang Liu…," kata Lim Ming Yu. "Dayang Lu terus awasi gerak-gerik dari Selir Cheng. Kalau perlu beserta Dayang-Dayangnya juga. Terlebih, Dayang kecil yang selalu berinteraksi dengan Dayang Liu. Cari tahu ramuan apa yang yang dia berikan kepada Dayang Liu,"     

"Baik, Selir Lim. Hamba akan melaksanakan perintah Anda."     

Lim Ming Yu memnganggukkan kepalanya, kemudian dia berjalan menyusuri beberapa aula kerajaan. Dia ingin berkunjung ke dapur istana, untuk melihat bagaimana Dayang-Dayang dapur istana bekerja.     

Di sisi lain, Tan Xia sudah berada di kamar Liu Anqier, kemudian dia memberikan ramuan itu kepada Liu Anqier.     

"Dayang Liu, bagaimana keadaanmu? Apakah kau merasa sehat?" tanta Tan Xia. Liu Anqier pun mengangguk.     

"Berkat ramuan dari Selir Cheng, aku merasa lebih baik, Dayang Tan," jawabnya kemudian.     

Tan Xia kemudian menaruh sebuah kotak berselimutkan kain sutra merah, kemudian dia menyodorkannya kepada Liu Anqier.     

"Apa ini, Dayang Tan?" tanya Liu Anqier kemudian.     

"Ini adalah hadiah pemberian dari Selir Cheng. Karena Selir Cheng Sudah menganggapmu sebagai saudaranya,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.