TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Siasat -Part 3



Sebuah Siasat -Part 3

0"Untuk apa ini, Dayang Tan? Kurasa aku tidak pantas untuk mendapatkannya," kata Liu Anqier dia menutup kembali kotak yang berisikan perhiasan dari giok itu, kemudian dia maruhnya kembali pada tangan Tan Xia.     
0

"Tapi, ini adalah hadiah dari Selir Cheng. Kalau kau menolaknya itu sama saja dengan kau menghina Selir Cheng. Apa kau mau menghina Selir Cheng dengan menolak perhiasan ini?" ucap Tan Xia.     

"Tapi—"     

"Pakailah, Dayang Liu. Aku sama sekali tidak ingin diberi hukuman hanya karena aku tidak bisa menjalankan perintah dari Selir Cheng."     

Liu Anqier tampak diam, kemudian dia memandang Tan Xia. Sebenarnya, dia masih merasa kalau kebaikan dari Cheng Wan Nian adalah hal yang sangat aneh. Terlalu mendadak dan terkesan mencurigakan.     

Namun dia tidak ingin juga untuk berburuk sangka, karena Cheng Wan Nian sudah melakukan sampai sejauh ini. Memperhatikannya dengan memberikan ramuan kesehatan, terlebih sekarang memberinya sekotak perhiasan dari giok.     

"Baiklah, aku akan menyimpannya, Dayang Tan. Nanti, aku akan berkunjung ke istana Selir Cheng untuk berterimakasih secara langsung," putus Liu Anqier pada akhirnya.     

Tan Xia tampak tersenyum, dia lalu undur diri dari kamar Liu Anqier. Senyum sinis itu tetcetak di kedua sudut bibirnya.     

*****     

"Panglima Jiang, siapkan prajurit untuk mengawal Yang Mulia Raja. Lusa, Yang Mulia ingin berburu di hutan persik," Li Zheng Xi datang, menemui Jiang Kang Hua yang kini masih berada di lapangan latihannya.     

Jiang Kang Hua yang saat itu sedang mengasah pedangnya pun menghentikan kegiatannya, dia melirik Li Zheng Xi dengan tatapan bingungnya.     

"Berburu? Kenapa Yang Mulia mau berburu?" tanyanya kemudian.     

Selama ini, dia nyaris tak pernah tahu kalau rajanya itu suka berburu. Bahkan, saat dia sedang berburu pun rajanya enggan untuk melakukannya.     

Sementara Li Zheng Xi pun mulai merasakan hal yang sama, sekarang rajanya berubah. Semuanya menjadi berubah semenjak ada Liu Anqier di sini. Li Zheng Xi benar-benar tidak mau kalau sampai Chen Liao Xuan berubah. Fokus awalnya adalah menjadi seorang Raja yang paling Berjaya nomor satu di alam semesta. Kalau sampai Chen Liao Xuan telah kehilangan arahnya, Li Zheng Xi tidak akan segan-segan untuk memusnahkan Liu Anqier. Apa pun yang terjadi.     

Li Zheng Xi terdiam sejenak, dia seperti mengingat satu hal. Dia ingat dengan jelas kalau dia dulu selalu menjaga Chen Liao Xuan sebagai seorang Putra Mahkota. Li Zheng Xi juga tahu kalau Chen Liao Xuan dulu telah jatuh hati dengan seseorang. Tapi kenapa untukh hal-hal penting ingatannya terasa kosong. Dia tak mengingat apa pun, tentang wanita yang dicintai oleh Chen Liao Xuan, dan tentang dari alam mana Chen Liao Xuan dan dia berada dulu.     

"Entahlah, aku benar-benar tidak tahu. Karena dia hendak mengajak Dayang Liu ikut serta bersamanya, sebelum purnama merah datang lagi, dan Yang Mulia menghabiskan waktunya untuk bersemedi,"     

"Baiklah, aku akan menyiapkan semuanya untuk lusa, Penasihat Li," kata Jiang Kang Hua pada akhirnya.     

Hatinya, terasa sangat hampa, entah mengapa dia merasa kosong. Kabut yang ada di istana iblis ini menjadi hal yang sangat mengerikan bagi dirinya. Untuk kemudian, dia kembali memiringkan wajahnya kepada Li Zheng Xi, yang agaknya enggan untuk beranjak dari sana.     

"Adakah hal lain yang ingin kau katakan, Penasihat Li?" tanya Jiang Kang Hua lagi.     

Li Zheng Xi tampak menahan napasnya, kemudian dia memandang Jiang Kang Hua lagi.     

"Apa kau tak merasa jika Yang Mulia telah berubah?" tanyanya pada akhirnya. Ada rasa yang sedari tadi dia coba simpan, dan rasa itu kini dia ungkapkan kepada Jiang Kang Hua. Sebagai sama-sama orang terdekat dengan Chen Liao Xuan. Li Zheng Xi ingin berbagi pikirannya yang resah ini kepada Jiang Kang Hua.     

"Mungkin benar ada beberapa hal yang berubah, Penasihat Li. Tapi untuk sejauh ini tidak ada yang berubah sama sekali dalam urusan istana. Selama Yang Mulia Raja tidak meninggalkan semua hal-hal tentang istana dan pekerjaannya aku rasa jika perubahan itu tampak baik apa salahnya. Apakah kau setuju denganku, Penasihat Li?" Li Zheng Xi tampak diam, kemudian Jiang Kang Hua tersenyum simpul. "Selama ini, Yang Mulia telah memenangkan perang, nenutup mulut Pangeran Wu dan memenangkan hati para Kasim istana. Bukankah itu adalah hal yang sangat kau inginkan, Penasihat Li? Menjadi seorang Raja yang tak pernah bisa goyah dengan hal apa pun itu."     

Li Zheng Xi kembali terdiam, memang benar apa yang dikatakan oleh Jiang Kang Hua. Sampai detik ini, Chen Liao Xuan telah melakukan banyak kemajuan pesat. Terlebih, setelah kedatangan Liu Anqier. Jika dulu Chen Liao Xuan enggan dan selalu berkata sesuka hati seolah tak peduli dengan kedudukannya, sekarang dia mulai pandai bicara, mulai bisa mencuri hati para petinggi kerajaan dan berhasil membuat mereka percaya dengannya.     

Li Zheng Xi kemudian mengangguk, sepertinya dia terlalu berpikir jauh. Liu Anqier tidak seistimewa itu sehingga merubah semua kepribadian dari Emo Shao Ye. Terlebih ketakutannya akan Emo Shao Ye yang mungkin akan menjadi lemah dan lupa dengan tahtanya ternyata telah salah. Selama Liu Anqier memberikan dampak positif, maka Li Zheng Xi akan mendukungnya dengan sepenuh hati.     

"Mungkin aku terlalu berpikir jauh, Panglima Jiang. Baiklah, aku harus menemani Yang Mulia untuk membahas beberapa pekerjaan penting dari kerajaan,"     

Jiang Kang Hua mengangguk, dia memandang kepergian Li Zheng Xi yang kini berjalan menjauh.     

Sebenarnya, yang dia khawatirkan bukanlah perkara dengan rajanya. Melainkan dengan hatinya. Hatinya terasa aneh setelah dia melihat Liu Anqier telah bercinta dengan rajanya dengan mata kepalanya sendiri. Dia benar-benar menjadi emosinal dan temperamental ketika mengingat hal itu. Ingin rasanya dia mengenyahkan semua perasaan yang membuncah di hatinya, tapi tidak bisa. Jiang Kang Hua benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Bagaimana bisa seorang Iblis sepertinya memiliki perasaan seperti ini? Bukankah iblis hanya bisa memiliki nafsu? Ah, Jiang Kang Hua tahu, perasaannya juga sebagaian dari nafsu, dan benar saja jika dia merasakannya.     

Jia kemudian menghunus pedangnya, melompat dan berlatih pedang seorang diri. Para prajurit yang baru saja selesai berlatih memilih untuk menyaksikan Panglima mereka sedang berlatih seni pedang. Bahkan sesekali mereka tampak takjub dan memekik bahagia. Tak pernah terbayang olehnya sosok yang sempurna ini memeiliki seni bela diri sampai sedahsyat itu. Bahkan mereka rasa tidak akan pernah ada Panglima dari kerajaan mana pun di alam semesta ini yang bida menandingi kepiawaian Panglima perang mereka dalam urusan seni bela diri.     

"Hidup Panglima Jiang! Hidup Panglima Jiang! Hidup Panglima Jiang!" teriak para prajurit kompak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.