TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Siasat -Part 4



Sebuah Siasat -Part 4

0Pagi ini kepala Liu Anqier agaknya pusing, dia tidak tahu kenapa dia menjadi seperti ini sekarang. Perutnya sangat sakit dan terasa begitu kram. Dia bahkan tertarih untuk sekadar turun dari tempat tidur.     
0

Setelah dia bersiap ala kadarnya, Liu Anqier mengerutkan kening. Setelah dia tidak datang bulan bulan kemarin, sekarang dia datang bulan lagi. Padahal biasanya tamu itu selalu datang rutin. Liu Anqier tampak menelan ludahnya, apakah itu efek dari dia telat datang bulan sehingga dia merasakan hal yang seaneh ini?     

Tubuh Liu Anqier tampak gemetar hebat, dia bahkan berjalan tertatih, sesekali dia megerang kesakitan.     

"Dayang Liu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lee Huanran, Liu Anqier nyaris terjatuh kemudian dia menggenggam erat Lee Huanran. "Kau kenapa Anqier, katakan kepadaku, kau kenapa?" panik Lee Huanran pada akhirnya.     

Tadinya, dia disuruh oleh Zhao Mimi memberitahu kepada Liu Anqier jika kereta yang akan membawanya berburu menemani Emo Shao Ye sudah siap. Tapi kenapa bisa sekarang dia melihat Liu Anqier menjadi lemah seperti ini.     

"Huanran, mungkin aku sedang tidak enak badan."     

"Kenapa, Anqier katakanlah kepadaku?" tanya Lee Huanran panik.     

"Bulan kemarin aku terlambat datang bulan, Huanran. Sekarang, aku baru datang bulan, dan rasanya tubuhku benar-benar tidak enak. Kepalaku pusing, perutku sakit seperti diremas-remas, dan aku lemas," kata Liu Anqier menjelaskan.     

Lee Huanran tampak meriksa denyut nadi dari Liu Anqier kemudian dia memeriksa kening dari sahabatnya itu.     

"Kau baik-baik saja? Denyut nadimu lemah, Aniqer… dan ini… kamu pendaran? Bagaimana bisa ada datang bulan sampai sebanyak ini!"     

"Entahlah, aku juga tidak tahu, Huanran. Bisakah kau katakan kepada Emo Shao Ye kalau aku sedang tidak enak badan dan ingin istirahat dulu. Nanti ketika aku sudah sehat aku akan menyusul."     

"Tapi—"     

"Tolong, Huanran. Tidak ada satu sosok pun di sini yang bisa aku percaya selain dirimu, aku mohon," pinta Liu Anqier lagi.     

Lee Huanran ingin menangis, dia takut terjadi apa-apa dengan Liu Anqier. Dia harus mengatakan ini kepada Kepala Dayang Istana, agar sahabatnya mendapatkan pertolongan yang tepat sekarang.     

"Sini, kau berbaringlah. Aku akan memanggil tabib untuk memeriksamu," kata Lee Huanran kemudian.     

Dia berlari sekuat tenaga menuju tempat Tabib Istana berada, dia langsung memegangi lututnya dengan napas terengah setelah tiba di tempat Tabib Istana.     

"Tabib Istana, bisakah kau menolongku!" teriak Lee Huanran. Tak berapa lama tangan kanan dari Tabib Istana itu pun keluar, dia membuka pintunya sambil sambil menunduk. Hingga sosok Tabib Istana yang kebetulan sedang memeriksa Cheng Wan Nian itu menoleh.     

"Ada apa, Dayang Lee? Kenapa kau mencari Tabib Istana di pagi hari seperti ini? Apakah ada salah satu Selir Istana yang sedang sakit?" tanya Cheng Wan Nian. Dengan nada sedikit tak suka karena merasa jika ketenangannya telah terganggu.     

"Tabib Istana, tolong Dayang Liu. Dia terkapar di kediamannya, dalam kondisi dia datang bulan dengan begitu banyak. Tubuhnya lemah, kepalanya berkunang-kunang, perutnya sakit dan dia tidak bisa untuk melakukan kegiatan apa pun. Hamba mohon tolonglah Dayang Liu, Tabib!"     

"Ck!" decak Cheng Wan Nian yang berhasil membuat Lee Huanran mendongak. "Apa kau bercanda, Dayang Lee? Kau menyuruh Tabib Istana untuk memeriksa seorang Dayang rendahan? Apa kau ingin merendahkan Tabib Istana! Kau tentunya tahu fungsi dari Tabib Istana. Dia hanya bertugas mengurus kesehatan Raja dan para Selir. Bukan para Dayang! Jika kau ingin mencari Tabib, kau bisa mencari di pavilion kesetahan, bukan? Di sana ada bayak Tabib-Tabib magang yang bisa kau gunakan untuk memeriksa sahabatmu itu,"     

"Tapi, Selir Cheng. Biar bagaimanapun, Dayang Liu adalah Dayang kamar Emo Shao Ye. Bukankah seharusnya dia memiliki keistimewaan yang sama juga dengan para Selir? Hanya diperiksa oleh Tabib Istana pastilah semuanya akan baik-baik saja," mohon Lee Huanran.     

"Maafkan aku, Dayang Lee. Aku tidak bisa melanggar perintah. Kau bisa menyuruh Tabib magang untuk memeriksa Dayang Liu. Mungkin karena dia telah telat datang bulan sebelumnya, itulah mengapa membuat perutnya lebih sakit dari biasanya. Berikan dia ramuan dari akar tulip yang berada di belakang istana berwarna ungu itu. Setelah kau merebusnya, pastikan dia meminum dengan baik dan benar sehari tiga kali. Rasa nyerinya akan reda seiring berjalannya waktu," jelas Tabib Istana.     

Lee Huanran hanya bisa tersenyum getir, dia sama sekali tak menyangka jika akhirnya akan seperti ini. Dia hanya ingin menyelamatkan sahabatnya, tapi perlakuan dari Selir kesayangan Raja itu benar-benar sangat menyebalkan baginya.     

"Baiklah, Tabit Istana. Hamba akan mengitui saran Anda," Lee Huanran langsung berlari. Kalang-kabut dia mencari tanaman yang dimaksud oleh Tabib Istana itu. "Bunga tuip undu dicampur dengan gingseng merah? Apakah benar itu ramuan yang tepat untuk Liu Anqier?" tanya Lee Huanran kepada dirinya sendiri. Dia langsung menggelengkan kepalanya, dan harus percaya kepada Tabib Istana. Setelah dia mendapatkan apa yang dia cari, Lee Huanran langsung berlari menuju dapur istana. Meramu beberapa ramuan yang disarankan oleh Tabib Istana kemudian dia kembali ke tempat Liu Anqier berada.     

Tubuh Lee Huanran tampak bergetar hebat saat darah it uterus mengalir dengan banyak dari tubuh Liu Anqier dengan kedua tangan yang bergetar dia berusaha untuk membangunkan Liu Anqier yang tampak sangat lemah itu, dan memberinya minuman yang disuruh oleh Tabit Istana.     

"Huanran, tolong berikan aku penyembuh abadi," lirih Liu Anqier, menunjuk beberapa ramuan yang ada di mejanya, membuat Lee Huanran kembali bingung.     

"Yang mana, Anq—" ucapan Lee Huanran terhenti, saat dia melihat Liu Anqier sudah tak sadarkan diri. Dia lantas menangis, kemudian dia berlari mencari keberadaan Kepala Dayang Istana yang mungkin bisa membantu keadaan sahabatnya.     

"Kepala Dayang Zhao, Kepala Dayang Zhang tolong hamba!" teriak Lee Huanran kemudian. Kedua Kepala Dayang itu tampak sedang berjalan mendekati Lee Huanran dengan mimik wajah kaget mereka. Dipanggil tanpa ada sopan-santun apalagi di dalam istana, ada hal yang sangat tidak pantas sama sekali dilakukan oleh seseorang. Apalagi seorang Dayang rendahan seperti Lee Huanran.     

"Ada apa, Dayang Lee? Kenapa kau sangat lancang? Berteriak di dalam istana utama. Apa yang kau lakukan? Bagaimana jika Selir Cheng tahu? Kau pasti akan mendapat masalah besar!" kata Zhao Mimi memperingatkan. Tapi, Zhang Hana langsung menahan amarah Zhao Mimi saat dia melihat Lee Huanran tampak sedang menangis.     

"Dayang Lee, katakana, apa yang terjadi sampai kau sepanik itu?" tanya Zhang hana kemudian.     

"Maafkan hamba, jika cara hamba keliru. Tapi ada hal penting yang harus hamba sampaikan kepada kalian berdua. Dayang Liu sedang sakit parah, dia sedang membutuhkan pertolongan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.