TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Pengakuan Tanpa Kata -Part 5



Pengakuan Tanpa Kata -Part 5

0"Tapi anehnya, Yang Mulia meminta seorang Dayang kamar, entah kebetulan atau sengaja kaulah yang dipilih. Bahkan Yang Mulia memperlakukanmu seistimewa ini. Bukankah itu suatu hal yang sangat istimewa? Setelah Panglima Jiang, sekarang Yang Mulia Raja. Itulah yang membuatmu istimewa, Dayang Liu. Namun seperti itu juga, banyak Dayang yang Selir yang tidak meyukaimu karena mereka iri denganmu," kata Zhao Mimi lagi.     
0

"Aku tahu, Dayang Zhao. Karena aku dari bangsa manusia, terlebih aku baru di sini,"     

"Dan karena juga, Panglima Jiang dan Yang Mulia adalah sosok yang berpengaruh di sini," imbuh Zhang Hana.     

Liu Anqier kembali mengangguk, hingga akhirnya dia selesai membersihkan diri. Dia agaknya menyukai aroma wangi yang ada pada tubuh dan rambutnya ini. Untuk kemudian, dia berjalan naik dari kolam, kedua Kepala Dayang itu lantas memakaikannya pakaian yang sangat indah. Terbuat dari bahan sutra terbaik. Liu Anqier bahkan belum pernah memakai pakaian seperti ini. Pakain indah yang mungkin hanya kalangan Selir dan Ratu yang bisa memakainya.     

Setelah dia memakai pakaian itu dengan sempurna, kini wajahnya dirias, dengan rambutnya mulai disisir dan diberi hiasan-hiasan indah di sana. Jemarinya diberi sebuah cincin giok yang di dalamnya ada sebuah ukiran yang sangat indah.     

"Kepala Dayang Zhao, cincin ini—"     

"Pakailah, Dayang Liu. Ini pemberian dari Yang Mulia,"     

"Tapi, bukankah ini cincin giok yang dipakai juga oleh para Selir yang ada di sini? Sebab hamba tak sengaja memerhatikan mereka menggunakan cincin seperti ini,"     

"Serupa, tapi tak sama…," jawab Zhang Hana. "Nanti jika kamu bertemu dengan Yang Mulia, kamu akan sadar perbedaannya," lanjutnya kemudian.     

Zhao Mimi dan Zhang Hana agaknya tampak puas dengan hasil kerja mereka. Keduanya kini kembali tersenyum.     

"Dayang Liu, dengan perlakuan istimewamu ini oleh Yang Mulia, bukankah kau tahu jika Yang Mulia menyukaimu?" tanya Zhang Hana. Liu Anqier menundukkan wajahnya lagi.     

"Tapi hamba adalah manusia, Kepala Dayang Zhang, dan Yang Mulia adalah iblis. Hamba tidak memiliki mimpi untuk memiliki suami seorang iblis," jawab Liu Anqier. Ada getar di suaranya, ada sakit di dadanya yang dia berusaha untuk simpan dalam-dalam.     

Kedua Kepala Dayang itu, tak lagi bisa untuk berkata apa-apa. Mereka hanya saling pandang dan menahan napas mereka dalam-dalam.     

"Baiklah, kamu telah siap. Kami akan pergi. Sekarang, hidangan Yang Mulia sudah ada yang menyiapkan. Kau tunggulah di sini atau berjalan-jalan sesukamu, tugasmu mulai sekarang bukan lagi ke dapur istana. Tapi duduk manis di sini melayani Raja. Itu saja,"     

Liu Anqier kembali mengangguk, kedua Kepala Dayang itu langsung pergi keluar. Kini, Liu Anqier agaknya bingung. Setelah kalung, kini ada gelang dan cincin yang melingkar manis padanya. Dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh Chen Liao Xuan itu. Tapi entah mengapa, di balik hatinya yang terasa kelu, ada rasa tenang dan bahagia di sana. Liu Anqier tak tahu, rasa senang karena apa itu. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman istana untuk sekadar mencari hiburan pada dirinya sendiri.     

"Itu Dayang Liu kan? Dia benar-benar seperti seorang Dewi memakai pakaian sebagus itu!"     

Liu Anqier mendengar cukup jelas tentang itu, tapi dia tak menghiraukannya. Dia memilih untuk tetap berjalan sambil melihat-lihat beberapa bunga-bunga indah yang ada di sana.     

"Dayang Liu, kau kah itu? Ya Tuhan, kau benar-benar begitu cantik. Bahkan, bunga yang ada di taman ini pun kalah cantik denganmu, kau tahu?" Lee Huanran mendekati Liu Anqier, membuat Liu Anqier tersenyum kepadanya.     

"Kau jangan bicara terlalu mengada-ada, Huanran. Aku benar-benar tak nyaman sama sekali,"     

"Kenapa? Kau adalah Dayang kamar Yang Mulia, mendapatkan hak istimewa adalah hakmu. Karena kau telah melayani Yang Mulia dalam segi apa pun itu,"     

Liu Anqier kembali menunduk, kemudian dia tersenyum kecut. Membahas masalah melayani, entah kenapa dia merasa malu sendiri. Dia merasa risih dengan bahasan tentang itu.     

"Dan, Dayang Lim pasti akan merasa iri dengan hal ini,"     

"Jangan biarkan dia melakukan hal jahat lagi," kata Liu Anqier. Lee Huanran melihat cincin giok yang dipakai oleh Liu Anqier, yang luarnya melingkar naga emas yang melilit cincinnya. Benar-benar sangat indah.     

"Anqier, kau memakai cincin ini?" tanya Lee Huanran yang agaknya kaget.     

"Ada apa? Apakah ada yang aneh?" tanya Liu Anqier binging. Dia memandang cincin yang melingkar di jari manisnya itu.     

"Cincin dan gelangmu itu berukiran seekor naga, itu sebenarnya adalah perhiasan milik salah satu Dewa Agung yang dulu sebelum terjadi perselisihan antara kerajaan langit dan kerajaan iblis. Perhiasan yang bahkan belum ada satu Ratu pun yang diberikan hadiah ini oleh Raja-Raja terdahulu. Dan kau, Anqier, kau sangat beruntung bisa mendapatkannya."     

"Jadi, perhiasan ini adalah perhiasan yang sangat seberharga itu? Tidak… aku tidak boleh menggunakannya. Jika Selir Cheng tahu, maka dia akan marah, Huanran. Dia akan salah paham dan cemburu denganku,"     

Liu Anqier berusaha untuk melepaskan gelang itu, tapi apa daya, gelang dan cincin itu seolah melekat ketat pada jarinya, dan nyaris tidak bisa dilepas sama sekali olehnya.     

"Tenanglah, yang tahu masalah ini hanyalah aku, karena kakekku dulu adalah Kasim yang berbakti pada kerajaan terdahulu. Kasim-Kasim sekarang dan yang lainnya tidak ada yang tahu tentang ini, kecuali Ayah dari Panglima Jiang,"     

"Kau cucu dari seorang Kasim? Lantas kenapa kau menjadi Dayang dapur istana, Huanran?" kaget Liu Anqier.     

Lee Huanran tampak mengedipkan matanya nakal, kemudian dia mengulum senyum. "Ada kalanya kita harus menjalankan misi untuk mendapatkan sesuatu kan? Jadi, jangan pedulikan aku,"     

"Aku curiga,"     

"Ck! Sudahlah, yang jelas aku ada di pihak Emo Shao Ye, dan ada di pihakmu!" kata Lee Huanran semangat.     

Liu Anqier hanya berdecak membuat Lee Huanran terkekeh juga, dia lantas menarik lengan Liu Anqier untuk berjalan santai mengelilingi taman.     

"Dan cincin yang kau pakai itu, ada sepasang. Ya, kita lihat apakah Emo Shao Ye memakai pasangannya itu? Jika iya…," kata Lee Huanran sambil menarik-turunkan alisnya. "Kemungkinan besar dugaanku benar."     

"Apa? Kau jangan berpikir yang macam-macam, Huanran!" marah Liu Anqier.     

"Hey, Sayang, kenapa kau marah kepadaku? Kenapa wajahmu menjadi merah seperti itu? Apakah ada sesuatu antara dirimu dan Yang Mulia?"     

"Huanran berhentilah," Liu Anqier memandang Lee Huanran yang terus menggodanya.     

"Kenapa aku mencium aroma-aroma cinta dari Yang Mulia Raja untukmu?"     

"Huanran!" Liu Anqier langsung berlari mengejar Lee Huanran, tapi sahabatnya itu telah berlari menghindarinya. Hingga pada akhirnya, Liu Anqier menabrak dada bidang seseorang. Dia nyaris jatuh kalau sosok itu tidak menangkapnya.     

Mata Liu Anqier terbelalak saat tahu siapa sosok yang ditabraknya itu. Tapi, saat dia hendak menjauhkan diri, sosok itu malah mencium bibirnya.     

Lee Huanran hanya bisa memekik kegirangan, matanya ditutup jari tapi jemarinya dibuka lebar-lebar.     

Sementara itu, Li Zheng Xi dan Jiang Kang Hua hanya bisa menundukkan wajahnya dalam-dalam melihat hal itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.