TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Pengakuan Tanpa Kata -Part 6



Pengakuan Tanpa Kata -Part 6

0Chen Liao Xuan melihat sebuah ingatan muncul di kepalanya. Dia sedang berjalan dengan memakai pakaian perang. Dia berjalan dengan cepat dan tampak bahagia, seolah kemenangan peperangan itu adalah hal yang sangat dia nantikan. Untuk kemudian, bayangan itu kabur. Membuatnya mengerutkan kening, dia membuka mulut Liu Anqier dan menekan bibir Liu Anqier, membuat ingatan itu kembali tampak jelas. Dia berjalan pada sebuah bukit yang tampak mengerikan. Kemudian dia melihat sosok yang terkapar tak berdaya di bukit itu. Dia memakai pakaian serba putih, sosok itu terkapar dengan darah berwarna putihnya yang sangat nyata, dan sosok itu adalah… Liu Anqier?     
0

Chen Liao Xuan langsung menjauhkan tubuhnya dari Liu Anqier, matanya terbelalak lebar, sangat kontras dengan pupilnya yang mengecil. Untuk pertama kali seumur dia melihat kilasan ingatan itu, kenapa kilasan ingatan mengerikan malah yang muncul saat dia mencium Liu Anqier. Sebenarnya apa yang terjadi pada Liu Anqier? Sebenarnya ada kisah pilu apa antara dia dan Liu Anqier sampai dia berada di sini dan Liu Anqier menjadi sosok manusia? Chen Liao Xuan tampak bingung setengah mati dengan itu.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia," kata Liu Anqier yang berhasil membuat Chen Liao Xuan tersadar dari lamunannya, dia menatap dalam wajah Liu Anqier, kemudian dia takut sendiri. Apakah dia yang menyebabkan Liu Anqier terkapar dengan banyak darah itu?     

Chen Lia Xuan menyentuh pipi Liu Anqier, kemudian dia tersenyum getir. Dia mulai ketakutan kehilangan gadis ini. Sementara itu mata Liu Anqier menangkap sebuah cincin giok yang melingkar manis di jari Chen Liao Xuan. Jadi, cincin yang satunya benar-benar dipakai oleh Chen Liao Xuan?     

"Dayang Liu, temani aku membaca buku di perpustakaan," perintah Chen Liao Xuan pada akhirnya.     

"Apa?" tanya Liu Anqier yang agaknya bingung, namun kemudian dia menundukkan wajahnya kemudian mengangguk. "Baik, Yang Mulia,"     

Liu Anqier melirik Lee Huanran, kemudian dia berdecak. Tapi wanita itu malah melambaikan tangannya dan mengedipkan matanya nakal kepada Liue Anqier.     

"Dayang Liu? Apa perlu aku menyeretmu untuk segera berjalan?"     

"Oh, baik, Yang Mulia!"     

Liu Anqier kemudian berjalan di belakang Jiang Kang Hua, dan Li Zheng Xi. Dia agaknya bingung sendiri dengan sikap aneh Chen Liao Xuan.     

Sementara itu Chen Liao Xuan mendengus melihat Liu Anqier yang memilih berjalan di barisan paling belakang. Bukan di sampingnya. Hingga akhirnya dia memelankan langkahnya, sampai pada dia berada di samping Liu Anqier kemudian keduanya jalan bersama.     

Liu Anqier hendak mundur, tapi tangannya langsung digenggam oleh Chen Liao Xuan, tatapan Chen Liao Xuan melirik tajam kepada Liu Anqier.     

"Apa kau pikir kau boleh berjalan di belakangku?" geramnya.     

"Tapi, bukankah,"     

"Berjalanlah di sampingku, jika ada musuh menyerangku tiba-tiba aku bisa menggunakanmu sebagai tameng. Bukankah kau tak bisa mati? Kau bisa cepat sembuh dari luka seserius apa pun dengan kekuatan anehmu itu,"     

"Baik, Yang Mulia," jawab Liu Anqier lagi.     

Keduanya pun berjalan beriringan. Liu Anqier tampak sesekali menundukkan kepalanya, sementara Chen Liao Xuan tampak mengikat kedua tangannya di belakang punggung. Sesekali, Chen Liao Xuan merapatkan tubuhnya pada Liu Anqier, kemudian dia melepaskan kedua tangannya. Sesekali tangannya menyentuh tangan Liu Anqier membuatnya berdehem, lalu tangan mungil itu dia gandeng dengan erat. Liu Anqier memandangnya, tapi Chen Liao Xuan mengalihkan pandangannya. Liu Anqier memandang tangan rajanya yang menggenggam tangannya erat itu.     

Liu Anqier mengulum senyum, dia merasa jika tidak asing dengan hal ini. Meski baru pertama kali, entah kenapa perasaan yang dia rasakan sangat familiar sekali.     

Setelah keduanya sampai di perpustakaan istana, Liu Anqier dan Sang Raja tampak duduk di balai depan. Di atas meja sudah ada buku-buku yang disiapkan oleh Li Zheng Xi.     

Chen Liao Xuan kembali memandang Liu Anqier, kemudian dia memberikan sebuah buku kepada gadis itu.     

"Bacalah, hafalkan. Aku biasa mendengarkan isi dari buku itu sebelum aku bangun tidur,"     

"Apa?" tanya Liu Anqier kaget, bagaimana tidak, buku ini bukanlah buku formal. Ini adalah syair-syair cinta yang ditulis oleh seorang terpelajar. "Baik, Yang Mulia," putus Liu Anqier. Dia sudah sibuk dengan buku itu, sementara Chen Liao Xuan memandang Liu Anqier sambil bertopang dagu. Agaknya, wajah cantik Liu Anqier lebih menarik dari buku-buku yang ada di depannya itu.     

Chen Liao Xuan kembali melihat kilasan yang ada di otaknya, saat dia berada di sebuah kamar bersama dengan Liu Anqier. Keduanya tampak sedang bercinta, jemari Liu Anqier meraba tanda lahir yang ada di dadanya.     

Kemudian gadis itu tampak menciumnya, dan berkata, "Yang Mulia, kau adalah Putra Mahkota yang terpilih oleh langit,"     

Chen Liao Xuan seorang ditarik paksa ke alam sadarnya, dia kembali bingung dengan ingatannya itu. Apa benar jika dia adalah Putra Mahkota Kerajaan Langit?     

Tidak… mana mungkin itu terjadi, itu sangat tidak mungkin. Chen Liao Xuan tampak tersenyum getir, kemudian dia kembali memandang Liu Anqier dalam diam.     

****     

"Kira-kira, berapa lama lagi untuk Putra Mahkota bisa ingat sepenuhnya tentang siapa dia, Dewa Li?" tanya itu terlontar dari mulut Sang Raja. Dia kini tampak sedang duduk di singga sanannya.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Tapi menurut hamba tidak akan lama lagi. Semakin Dewi Liu dan Putra Mahkota menyadari perasaan mereka dan mengakui perasaan mereka, akan semakin mempercepat kembalinya ingatan Putra Mahkota,"     

"Apakah itu berarti jika Putra Mahkota telah bertemu dengan Dewi setengah manusia itu?" tanya Sang Raja lagi.     

Li Qian Long diam, dia tak mampu mengatakan apa yang telah dia lihat. Untuk kemudian, dia memandang rajanya dengan tatapan tenangnya.     

"Yang Mulia, hamba adalah Dewa yang mengatur takdir semua makhluk di alam semesta. Jadi, sudah menjadi rahasia bagi hamba untuk takdir yang telah dijalani oleh Putra Mahkota. Hidupnya menjadi seorang Raja Iblis tidaklah mudah. Jadi, hamba ingin menghormati privasinya sebagai sosok yang tengah berjuang untuk bisa kembali ke alam langit ini."     

"Bagaimana dia sekarang? Bukankah kau kemarin bertemu dengannya kembali untuk yang pertama kali, Dewa Li?"     

"Keadaan Putra Mahkota sangat menyedihkan, Yang Mulia, karena hamba tidak bisa lagi melihat Putra Mahkota di matanya. Yang hamba lihat adalah sorot kejam dan penuh kebencian. Sorot yang membuat dada hamba terasa sesak. Hamba tak bisa melihat mata Putra Mahkota seperti itu. Dia seolah hanya memiliki raga Putra Mahkota, tapi jiwanya tidak. Terlebih sekarang, Putra Mahkota jauh lebih kurus berbeda ketika dia berada di kerajaan langit, Yang Mulia,"     

Raja Langit tampak diam, dia sebenarnya rindu dengan putra kesayangannya itu. Tapi, dia tak memiliki cukup keberanian untuk sekadar bertemu dengan putranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.