TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Mulai Berperang -Part 2



Mulai Berperang -Part 2

0Lee Huanran menoleh, kemudian dia emmandang Liu Anqier dengan tatapan bingungnya.     
0

"Apa yang kau maksud, Anqier? Maksudmu di pavilionmu ada pohon persik seperti ini?" tanya Lee Huanran tak mengerti.     

Liu Anqier menggeleng, kemudian dia berjalan mendekati pohon persik itu, menyentuhnya dengan sepenuh hati.     

"Bukan, Huanran. Tapi di kediamanku, di bangsa manusia. Di kediamanku tumbuh sebuah pohon persik, yang tingginya, bentuknya, sama persis dengan pohon persik ini. Dan dari aku dilahirkan hingga sekarang, pohon persik itu nyaris tak berbunga. Dia hanya berdiri dengan kokoh di tempatnya. Hanya sekali pohon persik itu berbunga…," ucapan Liu Anqier terhenti, kemudian dia tersenyum kecut. Ya, hanya sekali pohon persik itu berbunga, saat rembulan tengah menampakkan sinyarnya yang megah, dan saat Chen Liao Xuan ada di sana.     

Kenapa?     

"Ah sudahlah, Huanran. Apa kau sudah merasa puas melihat pohon persik yang hampir mati ini?"     

"Sebentar, Anqier. Bukankah kau punya ramuan sari pati abadi dari ayahmu? Bisa tidak jika ramuan itu kau berikan kepada pohon ini? Agar dia tidak mati?" tanya Lee Huanran lagi.     

Liu Anqier diam sejenak, kemudian dia mengambil ramuan itu di dalam sakunya, meneteskan ramuan itu ke pohon persik tapi pohon persik itu tampak tak bereaksi sama sekali.     

"Huanran, pohon persik ini adalah pohon persik ajaib. Di mana tidak semabarang hal bisa kita lakukan seperti pada tumbuhan lainnya. Terlebih, ini adalah alam iblis, aku tak bisa merawat pohon ini seperti yang ada di alam manusia. Jika di alam manusia cukup disiram, diberi pupuk dan mendapatkan sinar matahari. Kalau di sini?"     

"Ya, aku juga tidak tahu…," jawab Lee Huanran dengan senyumannya. Liu Anqier hanya mendengus mendengar hal itu. Dia juga tidak tahu, sebab meski siang hari, matahari di sini tak secerah matahari di alam manusia. Dia cenderung mendung setiap waktu, dengan kabut di berbagai sisi. Alam iblis benar-benar sangat membuat orang sesak, pengap dan menyebalkan. "Di kediamanku, aku nyaris tak punya tanaman. Aku dan keluargaku tak menyukai hal semacam itu. Aku hanya memiliki sebatang kaktus yang ada di depan rumah. Itu pun diberikan oleh salah satu teman Ayah. Kaktus itu aku tanam dan biarkan begitu saja. Dia tumbuh sendiri begitu saja,"     

"Sangat keren kau memiliki kaktus di rumah," puji Liu Anqier.     

Keduanya tampak berjalan pergi dari sana, sambil berbincang-bincang. Sesekali keduanya tampak terkekeh karena ucapan-ucapan mereka itu.     

Ya, agaknya para Dayang di sini memiliki cukup waktu senggang. Karena hampir separuh penghuni kerajaan iblis ikut berperang. Hanya tersisa para Dayang, para Selir, serta beberapa kasim yang ada di sini. Jadi, mereka—para Dayang memiliki waktu cukup untuk sekadar bersantai dan berbincang dengan teman-temannya.     

*****     

Cheng Wan Nian tampak sedang menyulam sebuah kain, di sana seekor angsa serta bunga teratai, tampak sangat indah. Bibirnya terus menyunggingkan seulas senyum, pertanda jika dia sangat bahagia sekarang. Dia merasa telah menjadi sepasang suami istri yang sangat sempurna dengan Chen Liao Xuan.     

"Selir Cheng, sepertinya Anda sedang sangat bahagia sekarang. Apakah malam pengantin Anda dengan Yang Mulia Raja terjadi sangat sempurna? Ataukah Dayang Liu sudah cukup untuk tahu diri?"     

Cheng Wan Nian menoleh, saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Tan Lian. Kemudian dia kembali sibuk dengan sulamannya.     

"Apakah pertanyaan itu patut kau tanyakan, Kepala Dayang Tan? Tapi, aku akan memberitahumu sesuatu…," kata Cheng Wan Nian kemudian. "Dayang Liu tidak mungkin jatuh hati kepada Yang Mulia Raja, pun dengan sebaliknya."     

"Kenapa bisa seperti itu, Selir Cheng? Bukankah menyingkirkan kedudukanmu adalah hal yang begitu Dayang Liu inginkan?" Tan Lian agaknya tidak rela kalau sampai rasa kebencian Cheng Wan Nian akan pudar kepada Liu Anqier. Dia harus mencari cara agar Cheng Wan Nian tetap memenci Liu Anqier.     

"Karena Ayah dari Dayang Liu telah dibunuh oleh Yang Mulia Raja. Dan kemungkinan besar, alasannya untuk berada di sini sampai dia sudi menjadi Dayang kamar Yang Mulia adalah, karena dia ingin membalas dendam atas kematian ayahnya,"     

"Tapi, Selir Cheng. Bukankah itu malah akan membuat nyawa Yang Mulia Raja berada dalam bahaya? Karena dengan seperti itu, kemungkinan besar Dayang Liu bisa melukai Yang Mulia. Terlebih, dia memiliki seni bela diri juga, Selir Cheng."     

"Apa kau meremehkan Yang Mulia Raja, Kepala Dayang Tan? Emo Shao Ye, sampai detik ini tidak ada satu makhluk pun yang mampu menyakitinya. Jadi, untuk apa kau menkhawatirkan tikus kecil seperti Dayang Liu? Seribu kalipun dia mencoba, maka seribu kali pula dia akan kecewa dengan usahanya yang sia-sia itu. Dengan begitu saja, dia pasti sudah akan merasa kalah dengan dirinya sendiri. Jadi, biarkan… biar dia berperang dengan batinnya sendiri. Sebab aku rasa, itu akan lebih menyiksa dirinya dari pada kita ikut campur,"     

"Tapi, bagaimana jika Dayang Liu mengandung calon penerus kerajaan iblis, Selir Cheng?"     

Mendengar hal itu, Cheng Wan Nian kembali diam, kemudian dia kembali melanjutkan sulamannya.     

"Maka, aku akan gunakan anak itu untuk mendapatkan kedudukan tertinggi. Kau tahu, Kapal Dayang Tan. Meski seorang Dayang yang telah memiliki keturunan dari Yang Mulia Raja. Mereka hanya bisa menjadi seorang Selir, tidak akan pernah bisa menjadi Ratu. Jika aku bisa menggunakan anak itu sebagai Putra Mahkota untuk melanjutkan keturunan dari Yang Mulia Raja. Bukankah Yang Mulia Raja membutuhkan seorang Ratu untuk mencapai tujuannya?"     

Tan Lian diam, dia tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Sementara Cheng Wan Nian kembali tersenyum. Liu Anqier mengandung calon penerus dari Emo Shao Ye? Bahkan dia tidak akan pernah membiarkan itu sampai terjadi.     

Sementara itu di sisi lain, Liu Anqier sedang membaca beberapa buku. Dan menyalinnya di sebuah kertas di sebuah pavilion utara, yang berada di atas kolam dengan berbagai tumbuhan tulip di atasnya. Dia sendirian, dia lebih suka menyibukkan diri sendirian.     

"Dayang Liu, ini adalah ramuan untukmu. Yang diberikan oleh Selir Cheng secara pribadi. Selir Cheng ingin berterimakasih dan meminta maaf kepadamu, karena telah salah paham. Kau tak ingin merebut Yang Mulia Raja, dan kau melayaninya hanya karena terpaksa," Tan Xia, seorang Dayang dari istana Selir itu pun memberikan sebuah ramuan, berwarna hijau dalam segelas mangkuk kecil. Liu Anqier memandang ramuan itu, dia mencoba untuk mengenali dari apa saja ramuan itu dibuat. Tapi, mustahil. Sebab tumbuhan yang digunakan dalam ramuan ini sungguh berbeda dari tumbuhan yang ada di bangsa manusia.     

"Maaf, Dayang Tan. Ini ramuan apa? Dan kenapa aku harus meminumnya?" tanya Liu Anqier kemudian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.