TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

~Pengakuan Tanpa Kata~



~Pengakuan Tanpa Kata~

0"Panglima Jiang, di mana Emo Shao Ye berada?" tanya Li Zheng Xi. Dia tak melihat sosok rajanya. Tidak ada di mana pun, bersama dengan pasukannya.     
0

Jiang Kang Hua menebarkan pandangannya, kemudian dia mengerutkan keningnya. Ya, rajanya tidak ada di mana pun. Di mana gerangan rajanya berada? Padahal tadi, saat kembali ke alam iblis rajanya ikut serta berada di barisan paling belakang. Tapi kenapa Emo Shao Ye menghilang?     

"Sebentar lagi mungkin sampai. Sebab yang kutahu Yang Mulia ada di barisan paling belakang tadi. Aku sama sekali tidak memerhatikan hal ini," Jiang Kang Hua menghela napas panjang, kemudian dia menarik tali kudanya, dia berjalan menuju gerbang perbatasan, sehingga Li Zheng Xi mengejarnya dengan kuda putihnya.     

"Panglima Jiang, kau mau ke mana?" tanya Li Zheng Xi kemudian.     

"Aku ingin melihat apakah benar Yang Mulia Raja tertinggal atau belaiu pergi ke suatu tempat lainnya,"     

Li Zheng Xi tak bisa menjawab apa pun, Jiang Kang Hua langsung memacu kudanya kembali keluar lewat gerbang antara bangsa siluman iblis dan bangsa manusia. Untuk kemudian, dia melewati hutan persik, lalu menjalankan kudanya sampai ke hutan pinus. Tidak ada siapa pun, tidak ada rajanya di mana pun. Jiang Kang Hua memejamkan matanya, dia melihat bayangan rajanya mengambil jalan ke arah kanan. Mau ke mana jaranya itu? Jiang Kang Hua lantas mengikuti jejak kuda milik Chen Liao Xuan. Kemudian dia berhenti di hutan pinus yang sangat lebat. Pohon pinus yang aneh, yang bahkan tampak sangat membingungkan.     

"Emo Shao Ye, di mana gerangan kau berada? Penasihat Li merindukanmu!" teriak Jiang Kang Hua.     

Chen Liao Xuan yang sedang menyantap hidangan Liu Ding Han pun terdiam. Dia mendengar cukup keras teriakan dari panglimanya itu. Dia tampak diam, sambil melirik sisi kanannya.     

"Tao, apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba diam seperti itu?" tanya Liu Ding Han. Chen Liao Xuan pun tersenyum, kemudian dia mempercepat makannya. Menaruh mangkuk beserta sumpitnya di atas meja kemudian dia memberi hormat kepada makanannya.     

"Maafkan aku, Nyonya Liu, Nona Yang. Aku sedan dicari kawanku. Sepertinya, kepergianku secara tiba-tiba membuatnya khawatir. Aku pergi dulu," kata Chen Liao Xuan. Tapi, saat dia hendak berdiri, tangannya dipegang oleh Liu Ding Han.     

"Tao, bolehkah aku bertemu dengan temanmu itu? Aku ingin memberikan beberapa makanan juga untuknya."     

Chen Liao Xuan tampk menelan ludahnya dengan susah. Kemudian dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.     

"Tapi—"     

"Aku membawakan beberapa asinan dan beberapa makanan untuk kalian," paksa Liu Ding Han.     

Chen Liao Xuan pun akhirnya mengangguk, dia tak bisa berkata apa-apa selain menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah, Nyonya Liu. Aku akan menunggumu di luar. Tiba-tiba keluar dari tempat ini akan membuat dia kaget akan kita," kata Chen Liao Xuan.     

Dia kemudian mengambil sisi bagian sebaliknya, kemudian keluar dari gubug itu. Tak berapa lama Liu Ding Han pun mengikuti langkahnya.     

Chen Liao Xuan kemudian berjalan menyusuri sisi tepi hutan pinus, membuat Liu Ding Han agaknya bingung. Bukan, bukan hanya Liu Ding Han. Tapi, Yang Si Qi pun ikut serta bersamanya.     

"Tao, di mana temanmu itu? Kenapa jauh sekali dia sampainya," tanya Liu Ding Han. Bahkan kakinya agaknya pegal berjalan mengikuti langkah Chen Liao Xuan. Tak berapa lama, Liu Ding Han dan Yang Si Qi melihat sosok yang sedang naik di atas kuda hitam. Dia menggunakan pakaian perang, sosok itu menangkap sosok rajanya yang sedang berjalan dengan dua manusia besertanya. Dengan cepat, Jiang Kang Hua mendekat.     

"Yang—"     

"Kakak Jiang, ada apa kau mencariku?" tanya Chen Liao Xuan yang memotong ucapan dari Jiang Kang Hua.     

Jiang Kang Hua agaknya bingung dengan pertanyaan itu, dia tampak bingung bukan main. Apa maksud dari rajanya? Kenapa rajanya memanggilnya Kakak?     

"Apa maksud dari—"     

"Kakak Jiang, maaf jika aku tidak sampai ke istana kita tepat waktu. Karena aku sedang bertemu dengan kenalan lamaku…," Chen Liao Xuan tampak mengedipkan matanya, seolah dia ingin agar panglimanya itu paham keadaan ini sekarang. Tapi, tak peka adalah Jiang Kang Hua. Bahkan mimik wajahnya persis seperti kerbau yang dicocok hidungnya. "Perkenalkan, ini adalah Nyonya Liu, dan ini adalah Nona Liu. Aku bertemu dengan mereka saat berada di bangsa manusia."     

"A… apa? Nyonya Liu?" tanya Jiang Kang Hua yang agaknya aneh. Matanya kini memandang rajanya yang tampak memberikan sinyal.     

"Bisakah kau tak menyebutku Yang Mulia atau semacamnya sekarang? Dan jangan pernah menyebut bangsa iblis saat ini. Kau tahu?"     

Jiang Kang Hua tampak tersenyum, saat rajanya mengatakan hal itu lewat bahasa isyarat. Kemudian, dia mengangguk sambil tersebyum lebar. Kapan lagi dia bisa mengerjai rajanya seperti ini?     

Jiang Kang Hua langsung merangkul pundak rajanya, Chen Liao Xuan agaknya kaget bukan main atas sikap kurang ajar panglimanya itu.     

"Oh, Adik Chen. Tidak jadi masalah, aku hanya mengkhawatirkan keberadaanmu karena kau menghilang begitu saja…," katanya, sambil memainkan hidung mancung rajanya. Chen Liao Xuan melotot, tapi dia malah dipelototi oleh Jiang Kang Hua. "Oh, Bibi Liu apa kabar, Nona Yang kau sungguh menawan," kata Jiang Kang Hua kemudian.     

Liu Ding Han dan Yang Si Qi tampaknya tersenyum hambar keduanya kini tampak saling pandang.     

"Apakah kalian ini peri? Kalian dari bangsa siluman apa? Wajah kalian benar-benar rupawan. Ya, meski untuk Tuan Chen benar-benar memiliki wajah yang abadi," kagum Yang Si Qi.     

Chen Liao Xuan dan Jiang Kang Hua hanya tertawa dengan hal itu, keduanya tampak saling rangkul.     

"Kau, namamu siapa?"     

"Oh, aku Jiang Kang Hua, Bibi Liu. Aku adalah Kakak seperguruan dari Adik Chen," jelas Jiang Kang Hua.     

"Kang Hua, aku memiliki beberapa makanan. Kau adalah teman baik dari Tao. Jadi, ini untukmu. Jaga Tao baik-baik, ya. Dia adalah pemuda yang baik, dan semoga persahabatan kalian abadi selamanya."     

"Tao?" tanya Jiang Kang Hua. Dia lalu berbisik kepada rajanya. "Sejak kapan Adik Chen memiliki nama Tao?"     

"Diamlah, dan jangan membuat rusuh," kesal Chen Liao Xuan.     

"Oh, baiklah, Bibi Liu. Aku akan mengingat ucapanmu ini. Biar bagaimana pun, Adik Chen adalah yang paling aku sayangi, dan untuk Nona Liu. Kami adalah makhluk yang tidak akan pernah punah sampai kapan pun, jadi percayalah ketampanan kami juga tidak akan lekang oleh waktu,"     

Chen Liao Xuan menyikut lengan Jiang Kang Hua, dia kembali tersenyum hambar karena ucapan panglimanya yang seenaknya itu. Untuk kemudian, Chen Liao Xuan memutuskan untuk pergi, dari pada dia berada di sini dan membuat panglimanya semakin bicara mengada-ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.