TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Pengakuan Tanpa Kata -Part 2



Pengakuan Tanpa Kata -Part 2

0"Nyonya Liu, Nona Yang, sepertinya kami harus segera kembali, ada banyak urusan menanti. Dan kami juga harus melakukan banyak hal. Aku berjanji jika ada waktu senggang akan sering mengunjungimu. Tetaplah berhati-hati dan jangan pergi ke mana pun, terlebih jangan pernah pergi ke perbatasan hutan persik itu. Jika Nyonya Liu dan Nona Yang ingin, kalian bisa bilang kepadaku ketika aku datang. Aku akan mengambilkannya untuk kalian,"     
0

"Kau sangat murah hati, Tao. Terimakasih, terimakasih telah berbaik hati kepadaku dan Si Qi. Nanti ketika Anqier pulang, pasti dia akan sangat senang bisa melihatmu,"     

Jiang Kang Hua kembali menoleh pada rajanya. Sama-sama dari keluarga Liu, apakah sosok ini merupakan ibu dari Liu Anqier? Jika benar seperti itu, bukankah berarti Bibi ini yang suaminya telah dibunuh oleh rajanya? Jika Bibi itu tahu, apa yang akan dilakukannya kepada rajanya? Apakah perlakuannya masih sangat baik seperti biasanya? Jiang Kang Hua benar-benar tak bisa membayangkan akan hal itu.     

Chen Liao Xuan tampak mengangguk, kemudian dia izin dengan Liu Ding Han dan Yang Si Qi. Untuk kemudian, dia meniupkan peluit, kuda hitam legam pun berlari menuju padanya. Membuat Chen Liao Xuan menungganggi kuda itu.     

Dia langsung pergi bersama dengan Jiang Kang Hua, memacu kudanya dengan begitu kencang. Jia Kang Hua lantas menyamakan laju kudanya dengan Sang Raja.     

"Yang Mulia, apakah berarti jika Bibi Liu adalah Ibu dari Dayang Liu?" tanya Jiang Kang Hua pada akhirnya. Chen Liao Xuan hanya diam, dia tak membalas pertanyaan itu. "Jadi itu berarti jika Yang Mulia telah membunuh suaminya?"     

Rahang Chen Liao Xuan mengeras, kemudian dia memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan sinisnya.     

"Dan apakah itu sebabnya kenapa Yang Mulia baik kepadanya? Karena Yang Mulia telah merasa bersalah karena telah membunuh suaminya?"     

"Dia adalah manusia baik dan tulus," jawab Chen Liao Xuan pada akhirnya.     

Tak berapa lama, keduanya langsung memasuki gerbang kerjaan iblis. Li Zheng Xi tampak sudah menanti tepat di depan gerbang itu.     

"Yang Mulia Raja, apakah yang sedang terjadi sehingga Yang Mulia terpisah dari rombongan?"     

"Aku sedang mencari sesuatu," jawab Chen Liao Xuan ambigu.     

Li Zheng Xi tampak melihat Jiang Kang Hua membawa makanan dari bangsa manusia, dia diam. Tak bertanya, hanya memerhatikan rajanya dan panglima kerajaan itu dalam diam.     

Setelah sampai di pintu gerbang kerajaan, Chen Liao Xuan dan Jiang Kang Hua pun turun dari kuda-kuda mereka.     

Keduanya melihat Liu Anqier, yang saat ini sedang memandang mereka. Dia sedang membawa manisan di tangannya. Mata bulat Liu Anqier tampak sangat indah, wajah cantiknya begitu membius keduanya.     

Chen Liao Xuan tampak tersenyum getir, dia mengingat lagi surat yang diberikan Liu Anqier kepadanya. Dadanya terasa sesak. Seharusnya dia bisa berjalan mendekati gadis kecil itu dengan suasana yang berbeda, memeluknya kemudian mengatakan jika mungkin dia telah jatuh hati dengannya. Dia—Liu Anqier adalah sosok yang dicari selama ini oleh Chen Liao Xuan. Tapi, Chen Liao Xuan tak bisa berbuat apa-apa. Rasa frustasi membuatnya telah kalang kabut dengan hatinya sendiri.     

Liu Anqier tampak mendekat, kedua tangan Chen Liao Xuan dan Jiang Kang Hua tampak mengepal kuat-kuat. Hati keduanya berharap, tapi hati keduanya juga tampak takut. Apalagi Jiang Kang Hua, dia tak mungkin berharap lebih kepada sosok yang mendekat ke arahnya kini.     

Liu Anqier memandang Jiang Kang Hua, dia hanya melirik Chen Liao Xuan sekilas. Kemudian, dia memberikan manisan itu kepada Jiang Kang Hua, yang berhasil membuat Chen Liao Xuan menoleh ke arah mereka.     

Sakit, itu pasti.     

Kecewa, apalagi.     

Tapi, apa yang bisa dilakukan oleh Chen Liao Xuan? Sebagai sosok yang telah membunuh Ayah Liu Anqier dia benar-benar tidak bisa melakukan apa pun.     

"Selemat pulang kembali, Panglima Jiang. Manisan ini untukmu, kalau di bangsa manusia, tradisi ini sering kali terjadi. Tapi itu untuk pasangan suami-istri," kata Liu Anqier sambil tersenyum tipis.     

"Terimakasih, Dayang Liu. Aku baik-baik saja,"     

Liu Anqier tampak tersenyum, kemudian dia mengangguk pelan. Membuat Jiang Kang Hua melirik rajanya lagi.     

"Ehm, bagaimana dengan Yang Mulia? Apakah kau tak membawakannya juga untuknya?" tanya Jiang Kang Hua kemudian.     

Liu Anqier tampak melirik, kemudian dia memalingkan wajahnya dari pandangan Chen Liao Xuan.     

"Karena yang baik yang berhak mendapatkan manisan itu. Bukan seorang pembunuh," sindir Liu Anqier.     

Kedua tangannya mengepal kuat, rahangnya tampak mengeras, tapi Chen Liao Xuan tak mengatakan apa-apa, selain pergi begitu saja dari tempat itu. Ya, lebih baik seperti itu dari pada dia harus semakin emosi dengan interkasi Jiang Kang Hua serta Liu Anqier. Untuk kemudian dia berjalan masuk ke dalam aula agung istana. Dia duduk di perpustakaan luar sana, tapi cukup jelas untuk melihat Liu Anqier dan Jiang Kang Hua berjalan beriringan. Liu Anqier tampak tersandung, membuat Jiang Kang Hua menangkap tubuh Liu Anqier. Kedua tangan Chen Liao Xuan mengcengkera, kuat, bahkan sampai meja kayi yang dia genggam berubah menjadi abu.     

"Yang Mulia?" sapa Li Zheng Xi. Kemudian Li Zheng Xi melihat arah pandang Chen Liao Xuan. Agaknya dia paham jika rajanya kini telah terbakar api cemburu. "Ada apa, Yang Mulia?"     

"Entahlah, aku merasa dadaku terasa panas," katanya. Beranjak dari sana kemudian berjalan menuju kediamannya. Dengan patuh Li Zheng Xi mengikuti langkah rajanya.     

"Jika tidak bisa mendapatkan hatinya, bukankah Yang Mulia bisa mendapatkan dengan kekuasaan Yang Mulia? Dia adalah Dayang kamar Yang Mulia, tentunya akan sangat mudah untuk membuatnya tak berdaya dengan Anda,"     

Chen Liao Xuan hanya terdiam, dia tak mengatakan apa pun. Tubunhya lelah, hatinya lelah, dan otaknya pun ikut lelah karena tingkah dari Liu Anqier kepadanya.     

*****     

Malam ini, Liu Anqier berjalan sambil membawa hidangan untuk Chen Liao Xuan. Dia kemudian menaruh hidangan-hidangan itu di atas meja dengan sempurna. Dia melihat sosok itu sedang membaca sebuah buku dengan tenang.     

Liu Anqier memandang Raja itu, seperti sedang kesal atau sedang menyembunyikan sesuatu.     

"Yang Mulia, makan malam Anda telah siap," kata Liu Anqier. Tapi, Chen Liao Xuan seolah tak peduli. "Yang—"     

"Buang saja makanan itu, aku tak ingin memakannya."     

"Tapi—"     

"Pergilah dari pandanganku karena aku tak ingin melihatmu," ketus Chen Liao Xuan.'     

Liu Anqier diam, dia tidak tahu kenapa Chen Liao Xuan menjadi sedingin itu kepadanya. Dia akhirnya mengangguk tanpa protes, mengambil kembali hidangan yang bahkan tak disentuh oleh Chen Liao Xuan kemudian dia keluar.     

Li Zheng Xi melihat Liu Anqier berjalan keluar, gadis kecil itu tampak menghentikan langkahnya memandang langit malam. Matanya terasa panas, air matanya ingin menetes di kedua sudut pipinya. Li Zheng Xi menghela napas melihat kejadian itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.