TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Singgasana Raja Iblis



Singgasana Raja Iblis

0Sepanjang perjalanan, Yang Si Qi dan Anqier dibuat takjub dengan tingkah aneh dari Chen Liao Xuan. Laki-laki berparas tampan itu benar-benar seperti makhluk lain yang tersesat di alam manusia. Nyaris semua hal-hal yang ada di alam manusia dia tak tahu. Membuat Anqier agaknya mulai memikirkan tentang pikiran awalnya. Jika memang benar, Chen Liao Xuan memang bukanlah manusia. Dia mungkin Dewa yang menyamar, atau siluman rubah. Bangsa-bangsa yang Anqier tahu terkenal dengan wajah rupawan yang abadi mereka.     
0

Ya, siapa yang tak akan mengerika seperti itu. Bahkan, sekarang tatapan penduduk desa dan orang-orang yang ada di pasar mengarah kepada Chen Liao Xuan semua. Banyak yang mengagumi dengan cara sembunyi-sembunyi atau bahkan dengan cara nyata.     

Siapa memang yang tak mengangumi sosok agung ini? ketampanan yang tiada tara, cara pakaian dan gerak-gerik tubuhnya yang benar-benar nyaris sempurna. Seolah, semua hal yang dia lakukan sudah dilatih dengan sangat apik oleh seseorang yang mahir di bidangnya.     

"Ujung itu adalah rumahku," kata Anqier memperkenalkan sebuah rumah dengan banyak kayu bakar yang tertata rapi di bagian depannya. Asap tampak mengepul, dan rumah itu terlihat lebih sederhana dari pada rumah lainnya. Meski seperti itu, bangunannya terbuat dari bahan yang tidak main-main. Tampak jelas, jika orangtua Anqier adalah sosok yang tidak main-main. "Ayahku dulu adalah seorang tabib istana kepercayaan Raja. Namun, setelah perang dengan kerajaan lain, kedudukan Sang Raja tergantikan oleh musuh. Ayah yang merasa tidak memiliki tanggung jawab lagi di istana, akhirnya meminta izin dengan baik-baik untuk mundur dari jabatannya itu. Beruntungnya, Sang Raja baru cukup baik hati untuk mengabulkan permohonan Ayah. Hingga akhirnya, Ayah memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat Desa setempat. Memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkan tanpa meminta upah sepeserpun."     

"Tanpa meminta upah?" tanya Chen Liao Xuan. Mereka bertiga kini masuk ke dalam gerbang rumah Anqier. Kemudian Anqier mengangguk kuat. "Lalu, bagaimana caramu dan keluargamu makan? Juga memenuhi kebutuhan hidup? Dari yang kulihat pakaianmu juga tak seburuk penduduk Desa. Malah bahannya cukup mahal."     

"Karena Ayah adalah orang baik. Itu sebabnya, hampir setiap enam bulan sekali, salah satu sahabat Ayah yang berjualan kain di istana selalu menyisihkan kain-kainnya untukku juga Ibu. Dan kain-kain itu dibuat Ibu untuk pakaian kami. Kalau masalah makan, Ayah berkebun di belakang. Selain menanam beberapa tanaman obat, dia juga menanam sayuran. Ikannya, tinggal ambil di sungai. Para penduduk sini rata-rata melakukan hal itu, tentu saja. Kalau tidak, bagi mereka yang tak memiliki sayur bisa bertukar dengan ikan atau sebagainya. atau mereka akan berburu agar bisa memakan daging rusa atau kelinci. Itulah yang kami lakukan. memangnya, apa lagi? Apa kau pikir kami akan sering mengunjungi beberapa rumah makan atau semacamnya seperti itu? Kami bukan orang mampu sepertimu, Tuan…"     

"Tuan Chen, dia mengatakan kalau nama marganya Chen, Anqier," kata Yang Si Qi.     

"Tuan Chen?" tanya Anqier kemudian.     

Chen Liao Xuan tak menjawabi pertanyaan itu. Dia malah fokus kepada sosok yang kini tampak sedang memetik beberapa tanaman obat untuk diramu. Wanita yang berusia matang, dengan mimik wajah seriusnya, meramu beberapa obat, dan bahkan ada beberapa bahan obat-obatan yang ia keringkan. Aromanya begitu khas dan tampak menusuk-nusuk indera penciuman Chen Liao Xuan.     

Wanita itu memandang tiga orang yang masuk ke dalam halaman rumahnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung meninggalkan obat-obatannya dan berdiri, melangkah lebar-lebar ke arah putrinya. Sambil memukul-mukul bokong Anqier, wanita itu terus menangis.     

"Dasar kau bocah nakal! Tega sekali kau menghilang dari rumah? Apa kau tak tahu bagaimana Ibu mencarimu kesana-kesini, hah? Bahkan pagi tadi, Ibu sampai menyuruh Si Qi untuk mencarimu di hutan pinus itu! Sudah kutebak kau ada di sana, dan untuk apa kau selalu ke sana, Anqier!" kata ibunya sambil mengusap air matanya dengan kasar.     

Chen Liao Xuan tak pernah tahu, jika ada ikatan emosi seperti itu. Emosi yang benar-benar aneh, dengan air mata yang mengalir sangat nyata. Dia mulai merasa jika anggapan tentang manusia itu lemah adalah benar. Buktinya, sudah terpampang sangat nyata seperti ini. jika semua manusia itu lemah.     

"Maafkan aku, Ibu. Aku hanya ketiduran setelah berada di sana, sungguh! Aku berada di pondok Ayah. Dan bangun-bangun, sudah ada Si Qi yang berada di sampingku," dusta Anqier. Dia mana mungkin akan berkata jujur, jika kemarin telah ada peristiwa yang sangat mengejutkan. Jatuhnya laki-laki yang ada di sampingnya itu dari langit, kemudian malamnya dia dicekik oleh laki-laki itu. Terlebih banyak hal aneh yang terjadi. Bisa-bisa, dia akan dipukili ibunya sampai bokongnya berdarah-darah. Dia adalah putri dari keluarga terhormat. Bagaimana bisa dia bermalam dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya. Bahkan nanti, bisa-bisa dia akan sulit untuk mendapatkan jodoh. Tidak akan ada pemuda yang mau menikahinya. Dan dia akan membuat malu nama besar ayahnya sebagai seorang tabib suci.     

"Lantas siapa laki-laki asing ini? bagaimana bisa dua gadis berjalan dengan laki-laki asing selama perjalan dan bersama dengan laki-laki ini sejak kapan?" tanya Liu Ding Han.     

Anqier agaknya lupa, memperkenalkan Chen Liao Xuan kepada ibunya. Untuk kemudian dia melirik pada laki-laki yang sedari tadi memilih diam membisu sambil mengikat kedua tangannya di belakang punggung. Bahkan, berniat untuk memperkenalkan diri pun tidak sama sekali. Dan hal itu membuat Anqier agaknya kesal.     

"Oh, kami menemukannya di hutan, Ibu. Dia ini adalah putra dari bangsawan di kerajaan seberang. Dia kebetulan sedang berburu di hutan pinus dan tersesat. Kebetulan bertemu denganku juga Si Qi. Karena kami kasihan jadi kami membawanya untuk ikut serta.     

"Chen? Siapa nama lengkapmu, anak muda?" tanya Liu Ding Han.     

Chen Liao Xuan tampak menoleh, dia agaknya bingung, bagaimana dia harus mengatakan nama aslinya kepada mereka. Ini sangat tidak masuk akal sekali.     

"Chen… Chen Tao," jawab Chen Liao Xuan asal. Yang dia ingat sedari tadi adalah buah persik. Jadi, tak ada salahnya bukan, jika namanya seperti itu.     

Anqier dan Yang Si Qi tampak terkekeh, kemudian dia melirik Chen Liao Xuan dengan mimik wajah jenaka mereka.     

"Sepertinya, orangtuamu sangat menyukai buah persik," sindir keduanya lalu keduanya masuk ke dalam rumah.     

Chen Liao Xuan hanya terdiam, agaknya dia kesal juga dipermalukan seperti itu. Bagaimana bisa seorang Raja Iblis direndahkan sampai seperti ini oleh dia wanita tak berguna itu.     

"Maafkan mereka. Namamu benar-benar cocok dengan dirimu, Tao. Kau benar-benar sangat luar biasa tampan. Dan namamu melambangkan ketampananmu itu. Tapi, kurasa ada yang aneh dari dirimu," kata Liu Ding Han yang berhasil membuat Chen Liao Xuan agaknya waspada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.