TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

SSRI -Part 3



SSRI -Part 3

0"Kau akan tidur di kamar tamu, Tuan Chen. Jadi, silakan kau membersihkan diri di pemandian yang ada di belakang kamar," kata Anqier.     
0

Chen Liao Xuan tampak diam sejenak, ketika wanita kecil itu mendekatinya. Dia tampak mengibaskan jubahnya, lalu dia kembali memandang lurus-lurus jalanan sepi yang ada di depan matanya.     

"Segeralah membersihkan diri. Sebentar lagi makan malam akan siap,"     

Setelah mengatakan itu, dan tak ada respon dari Chen Liao Xuan. Akhirnya, Anqier memutuskan untuk pergi.     

Sementara itu, Chen Liao Xuan memilih untuk berjalan menyusuri rumah kediaman keluarga Liu. Dia tampak menebarkan pandangannya, sesekali meneliti dengan cara pandang yang berbeda. Rupanya, dunia manusia bukanlah dunia yang semembosankan itu. Ada banyak ketenangan yang dia dapatkan di sini. Ketenangan yang bahkan dia sendiri bingung harus berbuat apa.     

Untuk kemudian, Chen Liao Xuan menghentikan langkahnya, pada sebuah kolam berbentuk bundar yang tampak besar. Di sana airnya tampak penuh dengan asap, mungkin itu adalah sumber air panas. Atau malah, itu adalah tempat mandi yang dimaksud oleh Anqier tadi. Untuk kemudian, Chen Liao Xuan mengikat kedua tangannya di belakang punggung, melewati jembatan kecil antara sungai yang ada di sana. Kemudian, langkah dari Chen Liao Xuan kembali terhenti lagi. Matanya terbelalak tak percaya. Tangannya menengadah, ketika sebuah kelopak bunga terjatuh tepat di tangannya.     

Dia kini berdiri pada sebuah pohon persik yang ada di pekarangan rumah keluarga Liu. Pohon persik satu-satunya, dan pohon ini….     

Sama dengan pohon yang ada di istananya? Apakah ini sebuah kebetulan? Ataukah ini sebuah pertanda sesuatu?     

Chen Liao Xuan tampak mendongak, bunga-bunga itu mulai bermekaran bahkan memenuhi setiap ranting yang ada di sana. Kelopaknya berjatuhan secara nyata hingga menjadikan seperti hujan salju yang indah.     

Untuk kemudian, dia menoleh, melihat sosok yang kini sedang berdiri tak jauh darinya. Di tangannya ada sekeranjang kecil buah, matanya pun tak berhenti untuk memandangnya. Kedua insan itu kini berhadap-hadapan, di bawah naungan pohon persik yang ada di sana. Semakin lama, bunga-bunga pohon persik kembali bermekaran, lalu kelopaknya menghujani mereka dengan begitu nyata.     

Chen Liao Xuan hanya terdiam, air matanya kini sudah menetes dengan sempurna di pipinya. Untuk kemudian dia menyentuh butiran bening itu, bahkan dia tak tahu, bagaimana ceritanya dia bisa menangis. Bagaimana bisa seorang Raja Iblis menangis?     

"Aku tak pernah menyangka, jika pohon persik di rumah akan bisa seindah ini. Padahal, selama aku hidup pohon ini nyaris tak mau berbunga sama sekali. Kau sangat beruntung, Tuan Chen, bisa menyaksikan keindahan yang paling langka di rumahku," kata Anqier dengan mimik wajah bahagianya.     

Chen Liao Xuan mengibaskan jubahnya, kemudian dia terbang. Dengan cepat dia menarik tubuh Anqier, lalu Chen Liao Xuan membawa Anqier naik di atas ranting tertinggi dari pohon persik itu. Chen Liao Xuan memandang Anqier dengan mimik wajah seriusnya. Dia bahkan tak tahu dia ini siapa.     

"Sebenarnya kau ini siapa?" tanya Chen Liao Xuan pada Anqier. Anqier agaknya bingung dengan pertanyaan aneh dari pemuda itu. Dia hampir menoleh tapi tangan Chen Liao Xuan sudah menarik dagu dari Anqier. Tanpa basa-basi Chen Liao Xuan langsung melumat bibir Anqier. Dia ingin memastikan sesuatu, sesuatu yang membuatnya bingung sendiri. Awalnya Anqier mencoba berontak, tapi lama-lama tangan kecil gadis itu menggenggam erat jubahnya. Chen Liao Xuan memejamkan matanya. Kilasan-kilasan tragedi yang sama sekali tak pernah dia tahu sebelumnya tampak samar-samar melewati otaknya.     

Dia seperti telah bersembunyi, di bawah sebuah pohon persik yang sedang mekar-mekarnya. Kemudian dia juga melihat gadis kecil ini, hendak menghindar dari kejaran sesuatu. Namun, dia malah menahannya dan mencium bibir gadis kecil itu.     

Tubuh Chen Liao Xuan terasa terbakar, untuk kemudian dia mencengkeram pinggang Anqier dengan kencang. Dia kemudian jatuh terpental bersamaan dengan Anqier. Chen Liao Xuan tampak memegangi kepalanya yang begitu sakit, membuat Anqier yang tadi jatuh berusaha bangkit dan mendekati Chen Liao Xuan.     

"Tuan Chen, apa kau tak apa? Apa lukamu masih belum sembuh?" tanya Anqier khawatir. Sebenarnya dia merasa segan, karena ciuman yang diberikan oleh Chen Liao Xuan. Tapi entah mengapa, hatinya Anqier seolah menginginkan lebih. Hatinya merindukan sentuhan-sentuhan yang bahkan dia sendiri belum pernah merasakannya itu.     

"Tidak," jawab singkat Chen Liao Xuan. Dia kemudian menepis dengan kasar tangan Anqier. Berjalan tertatih masuk ke dalam kamarnya.     

Setelah dia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, Chen Liao Xuan mencengkeram pundaknya. Dibuka dengan asal jubahnya, kemudian dia menurunkan bagian dada pakaiannya. Lambang sialan itu tampak bersinar, dan hal itu membuat tubuh Chen Liao Xuan panas bukan main. Dia merasakan rasa sakit yang luar biasa pada lambang naga yang melekat di tubuhnya itu. Lambang yang bahkan dia sendiri tak tahu, harus dengan cara apa lagi dia menghapusnya.     

Tanpa basa basi, Chen Liao Xuan akhirnya melangkah masuk ke dalam kolam mandi itu. Dinginnya air setidaknya bisa menetralkan rasa panas yang membakar dari dalam tubuhnya.     

Di sisi lain, Liu Ding Han tampak masuk ke dalam kamar Chen Liao Xuan. Sambil membawa pakaian ganti dia berjalan menuju kolam mandi. Dia langsung memalingkan wajahnya, saat Chen Liao Xuan mengetahui keberadaannya.     

"Siapa! Lancang sekali masuk ke dalam bilik mandiku!" sentak Chen Liao Xuan.     

"Maafkan aku, Tao. Aku Bibik Liu. Aku tak sengaja masuk. Maafkan aku, ini adalah pakaian gantimu. Bahannya tak seindah pakaianmu, memang. Tapi setidaknya, bisa kau gunakan malam ini. Dan aku akan mencuci pakaianmu. Maaf, aku pergi,"     

Mata Liu Ding Han tampak melirik, pada Chen Liao Xuan yang tampak duduk dengan tenang sambil memejamkan matanya itu. Kemudian, Liu Ding Han tertegun. Melihat sesuatu yang bersinar di dada kanan Chen Liao Xuan. Betapa kaget Liu Ding Han saat tahu jika yang bercahaya itu adalah sebuah bentuk naga yang tampak jelas dan nyata di sana. Membuat Liu Ding Han nyaris ambuk, jika dia tak mengerahkan seluruh kekuatannya untuk terus keluar dari tempat itu.     

Liu Ding Han berlari, kemudian dia ambruk sambil memegangi dadanya dengan erat. Tidak… mana mungkin ini terjadi? Dia tahu benar, jika Chen Liao Xuan bukanlah dari bangsa manusia. Lantas bagaimana bisa, jika yang dikatakan oleh suaminya itu benar. Bagaimana bisa putrinya memiliki takdir dari sosok yang bukan dari alamnya? Ini benar-benar gila!     

"Tidak… tidak… bagaimana mungkin ini terjadi? Apakah ini takdir yang salah atau memang semuanya telah menjadi gila?!" gumam Liu Ding Han pada dirinya sendiri. Untuk kemudian dia kembali terbelalak, saat kelopak-kelopak bunga persik itu mulai memenuhi pangkuannya. "Tidak… ini tidak mungkin!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.