TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

SSRI -Part 8



SSRI -Part 8

0 Mendengarkan hal itu, Liu Ding Han tampak mengulum senyum. Setidaknya, Chen Liao Xuan cukup tahu diri di mana tempatnya sekarang. Ini bukan perkara dia percaya tentang ramalan yang diceritakan oleh mendiang suaminya, tidak sama sekali. Malah-malah dia menentang apa yang dikatakan oleh suaminya setelah melihat ciri-ciri itu ada pada Chen Liao Xuan.     
0

Sosok Chen Liao Xuan sendiri menurut Liu Ding Han selama kurang lebih sehari berada di sini adalah sosok yang sangat sopan dan baik. Meski dia lebih terkesan seperi pribadi yang dingin dan angkuh. Sebab, sopan santunnya kepadanya juga dia masih mau menjawabi setiap ucapannya membuat Liu Ding Han setidaknya salut. Akan tetapi, yang membuat Liu Ding Han menolak mentah-mentah ramalan itu adalah, karena Chen Liao Xuan bukanlah dari bangsa manusia. Bagaimana masuk akal, seorang manusia biasa seperti putrinya bertakdir dengan makhluk dari bangsa siluman. Siluman rubah? Atau… siluman apa pun yang bahkan tubuhnya saja abadi. Berbeda dengan manusia yang mungkin hanya hidup sampai 100 atau 150 tahun saja. Tapi siluman? Jika dia tak terkena benda abadi dari kerajaan langit dia tak akan musnah. Bahkan proses penuaannya sangat lama, hidupnya puluhan bahkan ratusan ribu tahun lamanya. Jadi, Liu Ding Han tidak akan pernah merasa percaya jika apa yang dikatakan oleh mendiang suaminya itu benar.     

"Baiklah jika seperti itu, aku sangat menghormati keputusanmu, Tao. Tetap hati-hati, dan tunggu sebentar," Liu Ding Han mengambil sesuatu di dalam rumahnya, untuk kemudian dia memberikan sebuah penutup kepala serta beberapa bekal yang dia taruh dalam lilitan kain. "Jika kau lapar…," ucapnya dengan senyuman simpul. "Kau tahu aku tak mengetahui apa jenis makananmu. Tapi di dalam ada beberapa buah-buahan segar dan bakpao. Kau bisa memakannya kalau kau ingin. Di perbatasan kota Han, yang tak jauh dari hutan pinus tempat kau bertemu dengan Anqier pertama kali. Di sana ada hutan persik yang sangat luas, setiap musim bunga semua orang begitu sangat ingin berada di sana hanya untuk menikmati betapa indahnya tempat itu, dan saat mereka berbuah, semua orang pun ingin ke sana untuk sekadar memetiknya. Tapi ingat, Tao, jangan pernah lakukan itu sekalipun kau benar-benar kelaparan. Hutan persik itu adalah tanda batas dari bangsa iblis berada. Jika sekali saja kau masuk apalagi mengambil buah yang ada di sana maka nyawamu tak akan tertolong lagi. Aku, sangat mengkhawatirkanmu sebagai seorang Bibi. Jadi, jaga dirimu baik-baik,"     

Chen Liao Xuan hanya tersenyum tipis, kemudian dia mengangguk. Berpamitan dengan Liu Ding Han kemudian dia beranjak pergi. Tidak… dia tak berjalan menuju kota Han. Tapi dia berjalan menuju bukit-bukit dan hutan-hutan. Sebenarnya, bisa saja dia menghilang atau terbang. Hanya saja dia merasa, mumpung saat ini dia masih pura-pura menjadi manusia, dia ingin menikmati bagaimana alam manusia itu yang sebenarnya. Sebelum petang datang, dan dia harus berada di istana saat itu juga.     

"Hey, Tuan Chen Tao!"     

Chen Liao Xuan langsung menoleh, rupanya di sebuah danau di belakang kediaman keluarga Liu ada Yang Si Qi. Tampaknya, gadis kecil itu sedang mencuci pakaiannya. Dia melambaikan tangannya kuat-kuat, membuat Chen Liao Xuan akhirnya berhenti juga meski sebenarnya dia sangat tidak ingin.     

"Kau mau ke mana?" tanya Yang Si Qi, kemudian dia melihat jubah putih yang menjuntai milik Chen Liao Xuan, serta penutup kepala, tak lupa bekal yang dibawa oleh Chen Liao Xuan. "Sepertinya kau akan berpergian jauh?"     

"Aku akan kembali ke rumahku, Nona Yang. Permisi," kata Chen Liao Xuan yang hendak pergi.     

Tapi, Yang Si Qi adalah Yang Si Qi mana mungkin dia akan melepaskan Chen Liao Xuan begitu saja.     

"Tunggulah sebentar Tuan Chen, aku hendak bertanya beberapa hal kepadamu. Anqier bahkan pagi ini belum bangun karena semalaman dia begadang untuk melukis wajahmu. Tapi kenapa kau malah memutuskan untuk pergi sekarang? Apa kau tak ingin memberikan salam perpisahan setidaknya untuknya?" selidik Yang Si Qi. Chen Liao Xuan hanya diam. "Ayolah, Tuan Chen. Aku tahu, jika kau bukan dari bangsa kami, tentu saja. Aku kira yang paling bodoh di antara kami adalah Anqier, karena dia tak mengetahuinya sama sekali." Chen Liao Xuan pun tampak kaget mendengar ucapan Yang Si Qi. "Ya, karena serapi dan sesempurna apa pun kau berusaha membaurkan diri dengan manusia dan menutupi auramu, tetap saja auramu terlalu kuat untuk kau tutupi, Tuan Chen. Aura kematian tampak jelas di sekitarmu. Apakah kau seorang Dewa kematian? Ah, lupakan!" Yang Si Qi tampak tertawa. "Aku tahu jika kau dan Anqier baru pertama bertemu. Tapi aku rasa, sebagai seorang laki-laki dewasa sepertimu pasti kau lebih tahu jika gadis kecil itu telah jatuh hati kepadamu, bukan? Dan aku tahu, kalian tidak akan pernah bersama, tentu saja. Karena Anqier telah memiliki seorang jodohnya sendiri, seorang kepala kepolisian yang berada di kota Han. Akan tetapi setidaknya, bisakah kau memberinya salam perpisahan? Agar dia tak merasa ada hal yang membuatnya sangat kecewa karena saat dia bangun nanti, kau tak ada di mana pun. Apa kau tak merasa jika dia akan sangat menyedihkan karena itu?"     

"Tidak," jawab dingin Chen Liao Xuan.     

Yang Si Qi hanya bisa mencibir, kemudian dia tampak menggaruk tengkuknya. Mata sipitnya memnadang Chen Liao Xuan dengan tatapan kesalnya itu.     

"Baiklah, Tuan Chen. Jika itu yang kau inginkan, silakan pergi. Namun seperti itu, setelah melewati kota Han, jangan pernah kau masuk ke hutan persik meskipun pandanganmu di sana sangat indah. Aku tak mau kau memiliki kenangan buruk seperti apa yang telah dirasakan oleh Anqier. Karena di sana adalah perbatasan dari dunia iblis berada."     

Mendengar hal itu, Chen Liao Xuan pun agaknya bingung. Seperti Anqier? Apa maksud dari ucapan gadis bermata kecil ini?     

"Maksudmu? Kenapa Nona Liu memiliki kenangan buruk di sana?" tanya Chen Liao Xuan pada akhirnya.     

Mendengar pertanyaan itu, Yang Si Qi tampak mengikat kedua tangannya di belakang punggung, untuk kemudian dia menghela napasnya panjang-panjang. Dia menengadahkan wajahnya, melihat langit yang sudah mulai fajar yang tampak begitu sendu tapi menenangkan.     

"Tuan Chen, kau tahu alasan kenapa Anqier selalu berada di hutan pinus itu sendirian? Kenapa dia berada di gubuk itu sendirian? Itu karena dia sedang merindukan ayahnya. Ayahnya adalah sosok yang paling dekat dengannya lebih dari siapa pun. Namun tepat dua tahun yang lalu, Anqier dan aku melakukan kesalahan besar, yang membuat sebuah kejadian mengerikan itu datang," dada Yang Si Qi agaknya sangat ngilu setiap kali dia mengingat akan kejadian itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.