TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

SSRI -Part 12



SSRI -Part 12

0 "T… tapi, Selir Cheng. Kita—"     
0

"Kita kembali ke balai agung, apa kau tak mendengar dengan jelas perkataanku?" geram Selir Cheng Wan Nian lagi. "Kalian tahu, Yang Mulia Raja sampai detik ini tak kunjung datang. Dan aku tidak mau kalau sampai singgasana diambil alih oleh Iblis bejat seperti Pangeran Wu Chong Ye. Aku tidak mau disentuh apalagi dijamah oleh Iblis busuk itu!" marahnya kemudian. Dengan langkah cepat dia berjalan menuju balai agung. Tapi langkahnya terhenti, saat dia melihat sosok yang mengenakan hanfu berwarna putih itu berdiri di hadapannya. Mata Selir Cheng Wan Nian tampak nanar, dia nyaris ambruk kembali kalau tidak ditangkap oleh sosok itu.     

"Kenapa kau jadi selemah ini?" tanya sosok yang sudah mendekapnya itu.     

"Apakah Yang Mulia tidak bertanya, betapa berat hati hamba menahan rindu karena kehilangan Yang Mulia?" lirih Selir Cheng Wan Nian.     

Chen Liao Xuan tampak tersenyum, kemudian dia mengangkat tubuh Selir Chen Wan Nian ke dalam gendongannya. Berjalan menuju pavilion utama, kemudian dia masuk ke dalam dan membaringkan Selir kesayangannya itu di dalam kamar utama.     

Selir Cheng Wan Nian, memeluk suaminya itu dengan begitu erat, air matanya tumpah ruah karena rasa rindunya yang mendalam kepada sang suami. Untuk kemudian, Chen Liao Xuan menitahkan kepada para pengawalnya, untuk menutup pintu kamarnya agar dia bisa menikmati romansa berdua dengan Selir tercintanya itu.     

"Sekarang, Yang Mulia bersiaplah. Sebentar lagi purnama merah akan muncul. Hamba tidak mau kalau sampai iblis-iblis jahat itu menggeser kedudukan Yang Mulia," kata Selir Chen Wan Nian. Dia hendak berdiri untuk menyiapkan pakaian agung dari Chen Liao Xuan. Tapi, tangan Chen Liao Xuan menarik kembali tubuh Selir Cheng Wan Nian ke dalam dekapannya. Hingga keduanya ambruk di atas ranjang, dengan wajah yang saling berhadapanan.     

"Sebelum itu, aku ingin menikmati tubuhmu dulu," bisiknya. Yang langsung menyerbu bibir Selir Cheng Wan Nian dengan rakus. Melepaskan setiap helai demi helai pakaian dari selirnya, kemudian dia mencumbu tubuh istrinya dengan sangat nyata. Matanya terpejam, lintasan-lintasan yang dia lakukan malam itu bersama dengan Anqier terus saja memenuhi otaknya. Rahang Chen Liao Xuan mengeras, bagaimana bisa dia bercinta dengan selirnya tapi di otaknya malah muncul gambaran wanita lain. Dan kenapa dia menjadi tak segairah biasanya dengan istrinya.     

Hingga kemudian, Selir Cheng Wan Nian menarik tubuh Chen Liao Xuan dan mencumbu bibir suaminya itu. Keduanya melakukan penyatuan dengan sangat sempurna, melepaskan kerinduan yang selama ini mereka rasakan.     

"Yang Mulia Raja, kenapa kau terus memejamkan matamu? Apa yang sedang kau pikirkan saat bercinta denganku?" tanya Selir Cheng Wan Nian saat melihat suaminya terus-terusan memejamkan matanya.     

Tapi, Chen Liao Xuan tak mengaku. Dia kemudian membuka matanya. Bahkan, saat membuka matanya seperti ini, dia seperti sedang bercinta dengan Anqier. Anqier, apa yang sebenarnya terjadi pada otaknya, kenapa gadis kecil itu terus saja membuat otaknya penuh akan dia?     

"Aku sedang menikmati bagaimana kau melayaniku, Selir Cheng," bisik Chen Liao Xuan tepat di telinga Selir Cheng Wan Nian.     

Dan itulah salah satu keistimewaan dari Selir Cheng Wan Nian. Di saat semua selir Sang Raja nyaris bahkan tak disentuhnya sama sekali. Tapi dia menjadi satu-satunya selir yang Sang Raja ajak bercinta ketika Sang Raja ingin. Satu-satunya kandidat yang bisa melahirkan keturunan penerus dari Raja Iblis.     

Helaian-helaian tirai yang menutupi tubuh mereka, menampilkan seluet yang sangat indah. Ketika keduanya saling pangku, dengan rambut panjang mereka yang menjuntai. Lekuk tubuh indah dari Selir Cheng Wan Nian yang kini di atas pangkuan Sang Raja tampak bergerak-gerak gelisah. Dan Sang Raja tampak begitu menikmati setiap inci tubuh istrinya. Sentuhan-sentuhannya, menampilan seluet utuh yang sangat sempurna, saat penyatuan yang menggairahkan dari sepasang suami istri.     

Para prajurit yang ada di luar, agaknya cukup memiringkan wajah mereka, saat suara desahan kenimmatan itu lolos dari cela-cela pintu yang agaknya belum tertutup sempurna itu. Mereka tampak menelan ludah mereka, kemudian saling pandang satu sama lain.     

"Seorang suami yang lama menghilang, ketika bertemu dengan istrinya tercinta. Apalagi memang yang akan mereka lakukan kalau tidak melakukan kenikmatan yang tak bisa ditandingi oleh apa pun itu," celetuk yang prajurit.     

"Aku juga ingin nanti, kuambil salah satu dayang untuk memuaskanku," timpal prajurit lainnya.     

"Liao Xuan… panggil namaku!"     

"Selir Cheng Wan Nian… Wan Nian," lirih Chen Liao Xuan.     

"Katakan jika kau mencintaiku," pinta Selir Cheng Wan Nian kemudian.     

Sejenak Chen Liao Xuan terdiam, dia menelan ludahnya dengan susah. Untuk kemudian dia tersenyum kaku kepada selir Cheng Wan Nian.     

"Kenapa kau terus meminta hal itu, Selir Cheng? Bukankah kau sudah tahu jawaban dari permintaanmu itu?" ucap Chen Liao Xuan. Dia hendak menyelesaikan ini dengan cepat, tapi ditahan oleh Selir Cheng Wan Nian. Meski dia sedikit kecewa setiap kali permintaan itu ditolak oleh suaminya. Tapi, dia tak ingin masa-masa memadu rindu ini akan berakhir begitu saja.     

"Kenapa kau susah sekali mengatakan aku cinta kamu, Yang Mulia? Apakah menurutmu hal itu menunjukkan kelemahan seorang Raja?" tanya Selir Cheng Wan Nian.     

Chen Liao Xuan tampak menarik napasnya, kemudian dia kembali tersenyum kepada Selir Cheng Wan Nian. Dia mengecup bibir istrinya itu sekilas, kemudian keduanya ambruk bersama-sama di ranjang.     

"Karena bagiku, aku tak membutuhkan kata-kata sampah seperti itu, Selir Cheng," jawab Chen Liao Xuan mantap.     

Selir Cheng Wan Nian tampak tersenyum, kemudian dia bergegas berdiri dengan tubuh tanpa busana, berjalan ke arah tempat pakaian sang raja diletakkan, kemudian dia kembali kepada Sang Raja.     

"Kau benar-benar kaku, Yang Mulia. Tapi ingatlah, aku akan membuatmu mengatakan itu…," percaya diri Selir Cheng Wan Nian. Tangan mungilnya kini meraba dada bidang suaminya, kemudian dia kembali tersenyum. "Sekarang, bagaimana kalau Hamba memandikan Yang Mulia, sebelum Yang Mulia pergi ke balai agung istana?"     

"Mandi bersama?" tanya Chen Liao Xuan. Selir Cheng Wan Nian pun mengangguk sambil mengulum senyum. "Baiklah, maka kita gunakan mandi bersama untuk melakukan yang lainnya juga,"     

Dengan satu hentakan tubuh Selir Cheng Wan Nian kembali ke dalam gendongannya. Chen Liao Xuan masuk ke dalam bilik mandinya yang luas kemudian masuk bersama dengan istrinya. Dan lagi, apa yang dia inginkan pun harus terpenuhi, Selir Cheng Wan Nian kembali melayaninya sebelum suaminya itu benar-benar merasa puas dengan dirinya.     

Selir Cheng Wan Nian tampak mengulum senyum, setiap kali sentuhan-sentuhan itu mendarat di tubuhnya. Tapi, otaknya masih mengingat jika malam ini suaminya harus bergegas kalau tidak dia akan benar-benar kehilangan singgasananya.     

Dan sebentar lagi, purnama merah akan berada tepat di atas kepala. Kalau dia tak juga melakukannya dengan cepat, semuanya akan menjadi percuma belaka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.