TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

SSRI -Part 14



SSRI -Part 14

0Kini Pangeran Wu Chong Ye tampak berdiri berhadap-hadapan dengan Chen Liao Xuan. Keduanya saling pandang, dengan mimik wajah yang tak bisa ditebak. Ya, Wu Chong Ye yang berada di singgasana dan hampir duduk, dengan Chen Liao Xuan yang baru masuk ke balai agung. Tampak sangat janggal dan sangat menegangkan. Bagaimana bisa, Pangeran Wu Chong Ye tampak kurang ajar ingi menduduki singgasana kerajaan, di saat Rajanya bahkan masih hidu? Itu adalah kesalahan besar yang tak bisa diampuni oleh siapa pun juga.     
0

Akan tetapi, rasa tinggi hati Wu Chong Ye seolah enggan untuk sekadar minta maaf kenapa Chen Liao Xuan atas tindakan kurang ajarnya itu.     

"Maafkan Pangeran Wu Chong Ye, Yang Mulia Raja! Maafkan kesalahan Pangeran Wu Chong Ye, Emo Shao Ye!" Kasim Ma dan beberapa pendukung dari Wu Chong Ye pun tampak bersimpuh tepat di hadapan Chen Liao Xuan. Membuat Chen Liao Xuan melirik dengan tatapan sedingin es, kemudian dia kembali menebas jubahnya.     

"Kalian benar-benar seperti tikus pengganggu yang tak tahu diri, bisa-bisanya kalian hendak menduduki singgasana Raja di saat Rajanya bahkan hidup!" marah Chen Liao Xuan. Kemudian dia berjalan, mendekati Wu Chong Ye, yang bahkan tak menundukkan sama sekali pandangannya kepadanya. Malah sebaliknya, Wu Chong Ye seolah menantang Chen Liao Xuan sama sekali. "Kau berlututlah di hadapanku, agar aku bisa mengampuni kesalahan besarmu ini," perintah Chen Liao Xuan.     

Semua pendukung dari Wu Chong Ye tampak kaget bukan main. Ini adalah penghinaan terbesar bagi seorang pangeran untuk bertekuk lutut di depan Raja. Raja yang bahkan tak memiliki garis keturunan dari Raja-Raja terdahulu.     

Wu Chong Ye masih diam, dia seolah enggan untuk mengatakan apa pun. sementara Chen Liao Xuan kini sudah melangkah tepat di bawah sinar rembulan purnama merah. Sebuah cahaya hitam pekat mulai muncul dari tubuhnya. Rambut hitam legamnya kini berubah menjadi putih. Di atas kepalanya keluar tandung, giginya kini bertaring dengan kuku-kuku panjang yang menghiasi jarinya. Mata merah dengan kornea kecil yang memanjang terlihat sangat kejam dan mematikan. Membuat semua orang yang ada di sana bersimpuh ketakutan.     

Ya, Chen Liao Xuan ketika telah berubah seutuhnya menjadi Emo Shao Ye, dia bahkan nyaris tak memiliki rasa ampun. Jangankan hanya Wu Chong Ye yang notabene adalah sosok yang paling dia benci. Bahkan, selir kesayangannya sekalipun ketika berbuat salah saat dia berubah menjadi seperti itu, maka dia tidak akan segan-segan untuk menghabisinya saat itu juga.     

Melihat hal itu Wu Chen Liao pun terpaksa langsung bersimpuh di bawah kaki Chen Liao Xuan. Meski harga dirinya merasa benar-benar ternodai dan hancur. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.     

"Maafkan hamba, Emo Shao Ye! Hamba benar-benar telah lancang dan berniat menduduki singgasana yang agung. Maafkan hamba!" kata Wu Chong Ye pada akhirnya.     

Chen Liao Xuan tak menanggapi itu, membuat Panglima Juang Kang Hua dan Penasihat Li Zheng Xi bergegas menyuruh para pelayan serta petinggi kerajaan lainnya yang mendukung Chen Liao Xuan untuk segera mempersiapkan ritual malam purnama merah itu.     

Chen Liao Xuan tampak terbang tepat di atas pohon persik yang bunganya sedang bermerkaran, di bawah sinar rembulan merah yang tampak besar dan terang benderang. Rambut panjangnya terus bergerak dengan gelisa. Dan semua pengikutnya bertekuk lutut di bawah pohon itu. Sebuah mangkuk-mangkuk kecil mereka sudah siapkan di tangan-tangan mereka. sampai pada akhirnya Chen Liao Xuan berteriak sambil mengoyak nadi yang ada di tangannya. Darahnya yang berwarna hitam keemasan itu pun jatuh dengan sempurna di mangkuk-mangkuk kecil itu, membuat semua pengikutnya tampak kegirangan dan meneguk darah dari Chen Liao Xuan dengan nikmat.     

"Kalian adalah pengikutku! Apa kalian paham itu!"     

"Ya, Emo Shao Ye!"     

Setelah itu, Chen Liao Xuan kembali turun dan menginjakkan kakinya di permukaan tanah. Sepuluh tumbal dari bangsa manusia sudah berada di sana dengan kondisi tanpa busana. Mereka semua adalah gadis-gadis yang masih memiliki garis keturunan suci. Gadis-gadis yang memiliki hari lahir tepat di malam purnama merah ini.     

Chen Liao Xuan tampak mendekati manusia-manusia yang tampak ketakutan dan menggigil kedinginan itu. Mereka bahkan melihat Chen Liao Xuan begitu sangat mengerikan. Untuk kemudian, Chen Liao Xuan mencengkeram kuat leher-leher gadis itu, mengoyak lehernya sampai darah itu muncrat keluar dari tubuhnya. Gadis itu terkapar, dan para pengikutnya dengan rakus mengerubungi gadis itu dan menikmati setiap ada pada tubuh gadis itu. Kemudian Sembilan lainnya, Chen Liao Xuan biarkan hidup, sebagai tumbal untuk memuaskan hasrat dari para pengikutknya.     

"Jangan bunuh kami Emo Shao Ye!" suara itu membuat Chen Liao Xuan hendak pergi pun menghentikan langkahnya. Untuk kemudian dia memiringkan wajanganya, melihat seorang gadis menangis ketakutan di hadapannya.     

Tapi ini bukan perkara gadis yang menangis ketakutan di hadapannya, melainkan perkara sosok itu sedikit mengingatkannya kepada seseorang. Ya… Anqier. Suaranya hampir mirip dengan suara Anqier.     

Dan perlahan, tanduk yang ada di kepala Chen Liao Xuan menghilang beserta kuku-kuku panjang dan taring di mulutnya. Rahangnya mengeras, dia langsung menebas jubahnya yang terciprat darah itu lalu dia pergi.     

Sementara Penasihat Li Zheng Xi yang melihat keanehan dari Rajanya itu hanya bisa mengamati dalam diam. Rajanya kenapa bisa berubah dalam waktu sesingkat itu? Ada banyak tanya yang mulai bermunculan dari otak Penasihat Li Zheng Xi.     

Chen Liao Xuan tampak menyendiri di depan kolam yang ada di pelataran tengah istananya. Dia berdiri sendirian di atas jembatan bercatkan merah itu. Matanya terus memandang gemercik air yang bahkan terus menguapkan asap itu. Hatinya terasa benar-benar sangat kosong. Pelan, Chen Liao Xuan memejamkan matanya. Kilasan hal aneh kembali datang memasuki otaknya. Ketika dia melihat cahaya putih nan indah, cahaya yang tak dimiliki oleh makhluk mana pun du alam raya ini. Chen Liao Xuan berlari, mencari keberadaan di mana cahaya itu. Dan setelah dia berhenti di sebuah danau. Dia tertegun, melihat sosok yang memakai pakaian serba putih dengan rambut hitam yang berkilau tampak menjuntai, serta hiasan kepala yang begitu indah. Dia melihat bagaimana sosok itu mulai melepas jubahnya, kemudian dia hendak melepas pakaiannya, untuk kemudian, sosok itu menoleh tepat ke arahnya.     

Chen Liao Xuan langsung terbelalak kaget saat melihat wajah sosok itu lewat bayangannya. Dia tak pernah menyangka jika sosok yang dilihat itu adalah… Anqier.     

"Anqier?" lirihnya. Dengan mimik wajah bingung luar biasa dia menggumamkan nama itu. Untuk kemudian dia kembali memejamkan matanya karena berharap bisa mengingat kejadian setelahnya.     

Anqier tampak terbang mencarinya, hingga pada akhirnya Anqier dan dirinya kini berhadap-hadapan. Sosoknya benar-benar menyerupai Anqier, bahkan Chen Liao Xuan tak tahu apa yang melintas di otaknya itu nyata atau fatamorgana semata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.