TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Ingat Kembali -Part 3



Ingat Kembali -Part 3

0"Nona Liu, bisakah kita jalan-jalan sebentar?"     
0

Wajah Anqier kembali bersemu merah, kemudian dia mengangguk dengan malu-malu. Sebuah tangan itu tampak mengulur tepat di depannya, Anqier pun memandang kemudian menyambut uluran tangan itu. Hingga kini keduanya berdiri berhadapan, dengan Anqier yang masih menunduk, sementata Lin Qiang Long memandangi wajah cantik calon istrinya itu.     

Ya, rupanya apa yang menjadi bahan perdebatan pemuda-pemuda kota Han benar adanya. Semua itu memang nyata dan tak mengada-ada. Dikabarkan bahwa putri dari tabib suci Liu adalah seorang gadis yang paling cantik di kota Han. Malahan, tidak hanya di kota Han. Kecantikan yang murni dari gadis itu seolah membius semua pemuda yang melihatnya. Dalam kesederhanaannya dan kemurniannya kecantikan dari Nona Liu benar-benar sangat luar biasa. Bahkan ketika seorang pemburu siluman ketika singgah di kota Han, mereka bertanya tentang betapa cantiknya para siluman rubah, pemburu akan mengatakan kalangan siluman rubah adalah yang memiliki kencantikan paling luar biasa pada masanya. Namun, ketika dia melihat putri dari Tabib Suci Liu melintas. Dia kemudian meralat ucapannya, jika ada sosok manusia yang bahkan memiliki kecantikan yang begitu murni melebihi kecantikan dari kalangan siluman rubah. Dan pada suatu saat seorang pendeta tertinggi singgah, mereka pun kembali bertanya kepada pendeta yang mengatakan telah melihat Dewi dan Dewa langit. Ketika ada putri dari Tabib Suci Liu lewat, pendeta itu pun berkata, mungkin kecantikan gadis kecil yang melintas itu akan sebanding dengan Dewi tertinggi di langit. Dan setelah pengakuan dari beberapa orang di sana, agaknya Lin Qian Long paham, jika semua yang dikatakan oleh para pemuda di kota Han bukanlah sebuah bualan. Itu nyata… benar-benar nyata.     

Bahkan Lin Qian Long dalam berbagai perjalanannya, dalam berbagai peperangannya begitu banyak gadis-gadis yang telah dia lihat. Para gadis yang dikatakan memiliki paras cantik di kotanya. Tapi dia sama sekali belum pernah melihat gadis secantik calon istrinya ini. Apakah ini sebuah berkat kepadanya akan menikah dengan seorang wanita yang memiliki kecantikan yang luar biasa?     

"Tuan Muda Lin, apa kau tidak apa-apa?" tanya itu mengagetkan Lin Qian Long dari lamunannya. Kemudian dia tampak terkesiap sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia menyunggingkan seulas senyum, lalu dia kembali memandang Aniqer.     

"Aku hanya sedang sedikit mengagumi ketika ada bunga-bunga persik di bumi, yang keindahannya tak kalah dengan bunga-bunga persik yang ada di kerajaan langit. Aku tahu kau sangat menyukai bunga persik, Nona Liu,"     

Anqier kembali tersenyum, kemudian dia berhenti, membuat Lin Qian Long ikut berhenti. Keduanya kini sudah berada di jembatan yang ada di dekat pohon persik di taman rumahnya.     

"Pohon persik itu, selama aku tinggal dan hidup di sini, hampir tak pernah mau berbunga dan berbuah. Tapi entah kenapa, beberapa waktu yang lalu dengan cara yang tiba-tiba pohon itu berbunga dengan begitu indah. Tapi sekarang dia perlahan mulai menggugurkan kelopaknya, dan akan kembali seperti dahulu kala,"     

Anqier memandang pohon persik itu, membuat Lin Qiang Long ikut melihatnya juga. Pohon yang begitu indah dengan warna indahnya yang sangat menggoda.     

"Percayalah, setelah kita menikah, aku akan menanampak ratusan pohon persik tepat di depan kamar kita," kata Lin Qian Long kemudian.     

Anqier tampak kaget, kemudian dia memandang manik mata Lin Qian Long. Sesaat Lin Qian Long terdiam sejenak, tanpa sadar dia menelan ludahnya dengan susah.     

"Nona Liu,"     

"Ya, Tuan Muda Lin?"     

"Aku benar-benar merasa terpesona dengan parasmu yang cantik itu,"     

Lin Qian Lon tampak mendekat, membuat Anqier agaknya kaget. Tangan Lin Qian Long menyentuh pipi lembut milik Anqier. Namun tak lama setelah itu dia langsung menjauhkan tangannya.     

Panas, itulah yang dia rasakan. Entah kenapa dia menyentuh tubuh Anqier tangannya seperti terasa terbakar dan itu sangat menyakitkan.     

"Ada apa, Tuan Muda Lin? Kau tidak apa-apa?" tanya Anqier panik. Tangan mungilnya menggenggam tangan Lin Qian Long untuk memastikan jika Lin Qian Long tidak terluka.     

"Oh, tidak… aku pikir kau sedang demam, Nona Liu," mendengar ucapan itu, Anqier langsung memeriksa kening dan pipinya, kemudian dia mengerutkan keningnya.     

"Aku baik-baik saja, Tuan Muda Lin. Bahkan tubuhku terasa dingin," jawabnya dengan polos.     

Lin Qian Long hanya bisa tersenyum. Mungkin itu hanya perasaannya saja. Atau hanya kebetulan saja? Dia hanya bisa membatin dalam hati tanpa tahu harus berbuat apa. Atau mungkin memang tubuh Anqier memiliki sebuah benteng, tak dapat disentuh oleh pemuda yang belum resmi menjadi suaminya. Dan jika begitu adanya, betapa beruntung Lin Qian Long akan menjadi suami dari Anqier. Mengingat jika dia adalah satu-satunya pemuda yang akan bisa menyentuh tubuh istrinya itu.     

"Nona Liu, apa kau sudah tahu jika orangtua kita telah melakukan perjodohan ini?" tanya Lin Qian Long sekadar basa-basi. Anqier tampak mengangguk pelan, kemudian dia mengulum senyum.     

"Aku rasa ini benar-benar sangat berlebihan Tuan Muda Lin. Bagaimana bisa seorang Tabib yang hina seperti ayahku bisa melakukan perjodohan dengan petinggi istana, yang putranya adalah seorang kepala kepolisian yang terhormat sepertimu,"     

Lin Qian Long tampak tersenyum mendengar pujian yang bahkan nyaris tanpa cela itu. Ternyata Anqier cukup cakap dalam hal memuji seseorang.     

"Kurasa kau memiliki bakat yang sama seperti ayahmu,"     

"Ya?"     

"Bermulut manis kepada semua orang," jawab Lin Qian Long. Anqier kembali terkekeh mendengar hal itu. Hingga akhirnya, keduanya menghentikan langkahnya ketika Sang Raja berdiri tepat di depan mereka.     

Dengan kaget Anqier langsung berlutut di depan Raja Han itu. Pun dibarengi oleh Lin Qian Long. Raja Han tampak tertawa, kemudian dia menyuruh keduanya untuk berdiri.     

"Maafkan hamba, Baginda. Hamba belum sempat menemui dan memberikan hormat hamba kepada Baginda. Malah-malah hamba berada di sini, jalan-jalan sendiri seperti ini." sesal Anqier kemudian.     

Raja Han kembali tertawa, kemudian dia menganggukkan kepalanya. Agaknay dia sangat tertarik dengan kecantikan gadis kecil yang ada di depannya ini.     

"Tak masalah, Nona Liu. Aku sedang berjalan-jalan sambil mengenang masa laluku bersama dengan ayahmu. Sekarang mari kita kembali ke balai utama. Kata ibumu kau pandai dalam urusan meramu teh dan bermain kecapi, bukan? Jadi, kau bisa memanjakanku dengan itu,"     

Perintah Raja Han agaknya membuat Lin Qian Long terdiam sejenak, tapi untuk memudian dia tersenyum juga. Raja Han berjalan terlebih dulu, membuat Lin Qian Long mengulurkan tangannya kepada Anqier.     

"Bisakah kita bergandengan tangan sampai ke balai utama kediamanmu?" tawar Lin Qian Long. Anqier mengangguk dengan raut wajah malunya.     

Lin Qian Long tampak mengulum senyum saat tangan mungil yang lembut itu berada dalam genggamannya. Dia bahkan tak akan mengira jika dia bisa menyentuh tangan mungil ini. Ya, tangan milik Anqier.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.