TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Ingat Kembali -Part 8



Ingat Kembali -Part 8

0"Oh, tidak… aku tidak apa-apa, Tuan Muda Lin. Aku bawa ramuan ajaib yang diberikan oleh mendiang Ayah. Saat luka ini aku beri ramuan ajaib itu. Lukanya akan lekas hilang dan bahkan tak berbekas sama sekali," kilah Anqier.     
0

"Apa itu benar? Kau tak sedang membuatku merasa tenang, kan?" selidik Lin Qian Long yang agaknya belum bisa sepenuhnya percaya dengan jawaban dari calon istrinya tersebut. Anqier pun mengangguk pelan. Membuat Lin Qian Long memeluk tubuh calon istrinya itu dengan erat.     

Deg!     

Jantung Anqier serasa berhenti bedetak saat dipeluk seperti ini oleh Lin Qian Long. Dia bahkan tak tahu harus berbuat apa dan apakah dia harus membalas pelukan itu ataukah tidak. Tapi yang jelas, hatinya tampak begitu berbunga-bunga karena dekapan dari Lin Qian Long.     

"Aku sangat mencemaskanmu. Kau tahu…," kata Lin Qian Long lagi. Anqier tampak mengulum senyum. Tangannya masih tampak bebas karena dia tak membalas pelukan dari Lin Qian Long. "Anqier aku sangat mencemaskanmu," ulang Lin Qian Long lagi. Anqier langsug mendongak, saat pemuda tampan itu tak lagi memanggilnya dengan nama marganya. Kemudian, Anqier tampak tersenyum simpul.     

Lin Qian Long membalas tatapan Anqier dengan tatapan penuh cinta, kemudian dia hendak mendekatkan bibirnya pada bibir Anqier. Tiba-tiba….     

"Tuan Muda Lin, Anqier, apa yang kalian lakukan di sana?!"     

Anqier dan Lin Qian Long langsung menundukkan wajah mereka dengan wajah yang bersemu merah karena malu. Untuk kemudian, keduanya memandang Yang Si Qi yang sudah berada di bawah memanggil-manggil mereka berdua.     

"Tadi aku bertemu dengannya di perbatasan. Dia bilang kalau kau sedang dalam bahaya. Itu sebabnya kubawa sekalian dia ikut serta," jelas Lin Qian Long. Anqier kembali mengangguk.     

Lin Qian Long kemudian menggendong Anqier. Membuat Anqier kembali terbelalak, sejenak kedua pasang mata itu bertemu, nyaris tanpa kedip. Keduanya lalu turun kembali ke tanah dengan posisi mereka yang masih sama.     

"Ehem! Apakah Tuan Muda Lin tidak ingin menurunkan sahabat hamba?" celetuk Yang Si Qi.     

Lin Qian Long langsung kaget bukan main, kemudian dia menurunkan tubuh Anqier dalam dekapannya.     

"Oh, maaf," katanya. Wajahnya bersemu merah kemudian dia tampak menggaruk tengkuknta yang tak gatal.     

"Oh ya, Tuhan! Anqier. Apa yang terjadi kepadamu? Lenganmu terkoyak!" teriak Yang Si Qi panik.     

"Sudahlah, Si Qi kau tak perlu berlebihan seperti itu. Kau juga tahu kalau sebentar lagu luka ini akan segera sembuh kan?" gumam Anqier karena dia tak mau kalau sampai Lin Qian Long curiga kepadanya. Lin Qian Long kemudian menundukkan wajahnya, dia kembali mengambil belati yang digunakan untuk menyayat lengan Wu Chong Ye tadi dan diberikan kepada Anqier.     

"Aku tidak mau kau terluka lagi, Anqier. Bawalah ini bersamamu. Ini adalah belati yang dibuat dari bahan tembaga yang ada di salah satu goa yang ada di kerajaan langit. Yang jika belati ini melukai iblis, bahkan Emo Shao Ye sekali pun, dia akan terluka dan bisa mati. Simpan ini untukmu, untuk menjagamu jika suatu saat aku tidak bisa menolongmu."     

"Tapi, kau juga membutuhkan ini, Tuan Muda Lin," tolak Anqier. Tapi, Lin Qian Long kembali menahan penolakan dari Anqier itu.     

"Bawalah, aku masih memilikinya satu di rumah," jawabnya kemudian.     

Anqier memandang belati itu, apa benar jika dia bisa menusukkan ini tepat di jantung Emo Shao Ye maka sosok abadi dan mengerikan itu akan mati dan musnah? Jika iya, maka dia sangat membutuhkan belati ini untuk balas dendam. Dan tugasnya tinggal bagaimana caranya dia bisa masuk kea lam iblis itu sendiri.     

"Anqier, kenapa kau dan Nona Yang ada di pusat kota. Adakah yang sedang kalian cari?" tanya Lin Qian Long penasaran. Yang Si Qi langsung menyenggol lengan sahabatnya, karena dari tadi sahabatnya itu melamun sepanjang waktu.     

"Oh, ya…," kata Anqier agaknya bingung. Dia bahkan tak mendengar, Lin Qian Long bertanya apa. "Aku hendak pergi ke kediamanmu, Tuan Muda Lin. Untuk memberikan beberapa ginseng merah yang usianya hampir 100 tahun, ginseng terbaik yang ada di Negeri ini. Tapi, di tengah perjalanan aku dan Nona Yang dihadang oleh para siluman iblis itu."     

"Jadi kau mau ke kediamanku?" tanya Lin Qian Long yang tampak sangat bahagia. Anqier pun mengangguk pelan. "Naiklah di atas kuda bersama Nona Lin. Aku akan menuntun kalian ke sana."     

"Tapi—"     

"Ini adalah perintah dari calon suamimu, Nona Liu. Apa kau akan membantahnya?"     

Anqier kembali tersenyum, kemudian dia naik ke atas kuda putih milik Lin Qian Long. Dan Yang Si Qi pun sama. Setelah keduanya berhasil naik dengan sempurna, Lin Qian Long menuntun kuda itu sambil keduanya berbincang bersama.     

Sementara di sisi lain, Chen Liao Xuan tampak meremas lengannya. Dia tak tahu bagaimana bisa saat dia sedang menunggang kuda untuk menarik Wu Chong Ye kembali ke alam iblis lengannya tiba-tiba terasa begitu perih seperti telah terkoyak senjata tajam. Dia tampak berhenti, membuat Jiang Kang Hua ikut menghentikan langkahnya.     

"Yang Mulia Raja, apa yang terjadi?" tanya Jiang Kang Hua cemas. Dia melihat rajanya itu memegangi lengannya dengan cara tiba-tiba.     

"Entahlah, aku benar-benar tidak tahu. Lenganku tiba-tiba sangat sakit. Seperti telah terkoyak oleh benda tajam," jawab Chen Liao Xuan.     

Dia tampak menghela napasnya panjang, lalu dia memandang Jiang Kang Hua dengan mimik wajah seriusnya.     

"Aku kembali ke istana. Setelah kau melihat keberadaan Pangeran Wu Chong Ye, suruh dia untuk kembali ke istana!"     

"Baik, Yang Mulia! Titah Yang Mulia akan hamba laksanakan!"     

Chen Liao Xuan langsung memutar laju kudanya. Dia kembali ke istananya dengan perasaan yang tidak karuan. Sejenak dia memejamkan mata, bayangan Anqier kembali melintas di otaknya. Saat keduanya berlari menghindari para prajurit. Lalu dia mengunci tubuh Anqier tepat di bawah pohon persik yang sedang berbunga begitu lebat. Chen Liao Xuan bisa melihat sosoknya tampak mencium bibir ranum gadis itu.     

"Anqier… apa yang sedang terjadi padamu…," lirihnya. Air matanya kembali terjatuh di pipi. Dan entah kenapa, hatinya benar-benar terasa sakit. Dia tak tahu, kenapa hatinya sangat sesakit ini. "Anqier… apa yang terjadi kepadaku. Sebenarnya, kita ini siapa?"     

Kuda hitam itu berlari dengan begitu cepat, melewati lembah-lembah dan bukit-bukit yang ada di depan pandangannya. Bulan tampak menggantung dengan begitu besar dan indah, menghiasi langit kelam dari hari yang tampak hendak larut. Chen Liao Xuan semakin mempercepat laju kudanya. Bahkan dia sudah melewati istana sekarang. Dia ingin menyendiri dulu, dia ingin menenangkan hati dan pikirannya dulu. Agar hati dan pikirannya tak menjadi lemah lagi seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.