TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Ingat Kembali -Part 13



Ingat Kembali -Part 13

0"Y… Yang Mulia Raja," ucap para prajurit itu terbata.     
0

Tapi, Chen Liao Xuan sama sekali tak peduli, kini dia menatap Wu Chong Ye dengan bengis, dan mengangkat tangannya hingga pedang itu terbang dengan sendirinya. Chen Liao Xuan, kemudian mengibaskan tangannya ke arah Wu Chong Ye. Pedang itu menancap dengan sempurna di lengan Wu Chong Ye. Wu Chong Ye menjerit kesakitan, matanya terbelalak kaget memandang Chen Liao Xuan dengan amarah yang membuncah.     

"Emo Shao Ye!" teriaknya.     

Chen Liao Xuan mengangkat kedua tangannya, lantai yang ada di dalam ruangann pribadi Wu Chong Ye langsung terbang seketika. Hancur lebur dan sangat berantakan. Bahkan, para prajurit yang sedari tadi ada di sana terpental dan terjatuh dengan sembarangan. Ada yang muntah darah, bahkan ada yang mati seketika. Sementara Wu Chong Ye berusaha sekuat tenaga untuk memberi pertahanan kepada dirinya sendiri agar dia tidak ikut terbang dan terbanting oleh pusaran kekuatan dari Chen Liao Xuan.     

Setelah amarah dari Chen Liao Xuan mereda, dia tampak menormalkan deru napasnya. Mata merahnya kini perlahan menggelap, lalu matanya memicing pada Wu Chong Ye. Rambut hitam legamnya yang panjang itu tampak bergerak-gerak gelisah.     

Tanpa mengatakan apa pun Chen Liao Xuan langsung keluar dari pavilion Wu Chong Ye. Sementara Penasihat Li Zheng Xi hanya bisa menunduk, suara gema teriakan dari Wu Chong Ye terdengar begitu keras. Tapi yang membuatnya agak bingung adalah… kenapa dengan rajanya? Kenapa dia menjadi sepemarah ini? Padahal, niat awal rajanya sampai ke pavilion Wu Chong Ye adalah untuk bertanya, berapa manusia yang sudah dia tangkap karena ulahnya pasti akan meresahkan bangsa manusia dan langit akan murka karena itu. Bukan berarti jika Chen Liao Xuan takut akan alam langit. Tidak sama sekali. Hanya saja untuk saat ini, menghindari peperangan jauh lebih penting dari pada menghadapi masalah yang tubuhnya saja saat ini masih belum benar-benar sempurna.     

"Yang Mulia…," kata Li Zheng Xi sambil mengekori langkah Chen Liao Xuan. Tangannya masih mengeluarkan darah. Bahkan darahnya menetes dengan sempurna di jalanan yang ia lewati. Li Zheng Xi melihat itu dengan sangat nyata. Tapi, dia terlalu tak berani untuk mengatakan apa pun kepada rajanya.     

Entah kenapa, setelah rajanya menghilang, sikapnya menjadi sangat aneh. Rajanya menjadi menyukai jubah-jubah warna putih, sering melamun di bawah pohon persik. Bahkan emosinya sering meledak-ledak tanpa ada alasan yang pasti.     

"Apa yang menjadi amarah Yang Mulia, sehingga Yang Mulia menghancurkan istana timur milik Pangeran Wu Chong Ye. Apakah yang membuat Yang Mulia kesal dengan Pangeran Wu Chong Ye?" tanya Li Zhen Xi hati-hati.     

Chen Liao Xuan hanya diam, kemudian dia pergi tanpa mengatakan satu patah kata pun. Li Zhen Xi tampak menelan ludahnya, dia memandang kepergian rajanya itu dalam diam.     

"Apakah Emo Shao Ye sedang mendapatkan suasana hati yang buruk, Penasihat Li?"     

Li Zheng Xi menoleh, saat Jiang Kang Hua mendekat ke arahnya. Kemudian, Li Zheng Xi kembali memandang arah perginya rajanya itu.     

"Entahlah, aku sekarang merasa ada yang berubah dari Emo Shao Ye,"     

"Padahal apa yang kau perintahkan untuk melakukan malam pengantin dengan semua selirnya sudah Emo Shao Ye lakukan. Bukankah seharusnya Emo Shao Ye bahagia?" kata Jiang Kang Hua lagi. Li Zheng Xi memandang Panglima dari kerajaan iblis itu, kemudian dia berdecak.     

"Sebenarnya apa yang hendak kau katakana, Panglima Jiang?" tanyanya tepat sasaran.     

Jiang Kang Hua tampak menghela napas panjang, kemudian dia berdiri tepat di samping Li Zheng Xi.     

"Penasihat Li, aku rasa dalam hal perasaan Emo Shao Ye berbeda dari Raja-Raja pada umumnya. Dia tipikal Raja yang hanya menyukai satu wanita dalam hidupnya. Tentang malam pengantin untuk para selir hanya karena agar para petinggi istana mendukungnya penuh, itu hanyalah beban yang ia lakukan. Sama halnya saat dia kita beri pilihan untuk menikahi mereka. Sebenarnya dalam hati dia sedang menunggu seseorang."     

"Siapa?" tanya Li Zheng Xi kemudian. Tidak… Emo Shao Ye tidak boleh bertemu dengan wanita itu.     

"Aku juga tidak tahu, hanya asal menebak. Jika benar Selir pertama adalah Selir kesayangannya. Yang meski mereka telah melakukan hubungan badan berkali-kali. Tapi kenapa sampai detik ini Selir Cheng belum juga diangkat sebagai Ratu kerajaan iblis? Bahkan, sampai detik ini pun posisi Ratu masih tetap kosong? Dan ketika ada acara-acara besar di kerajaan kita, Selir Chen pun tak tampak duduk di sebelah Emo Shao Ye," Jiang Kang Hua kini menepuk bahu Li Zheng Xi. "Dengarkan aku, Penasihat Li. Jujur aku sangat paham denganmu, yang menginginkan kebaikan atas Emo Shao Ye sehingga setiap apa pun yang kau lakukan semuanya agar hidup Emo Shao Ye berjalan dengan mulus dan tenang. Bisa menjadi seorang Raja yang lebih lama untuk selamanya kalau bisa. Akan tetapi, Emo Shao Ye adalah Raja Iblis, kekuatannya jauh di atas kita, dan dia pun bukan manusia yang bisa kita jadikan boneka. Dia bisa berdiri dengan dirinya sendiri, yang apa pun kemauannya kita juga tidak selamanya mengerti. Jadi menurutku, meski kau menginginkan yang terbaik dengan aturan-aturanmu kepada Emo Shao Ye, alangkah baiknya yang pertama kau lakukan adalah bertanya kepadanya, apakah setiap keputusan yang kau ambil untuk Emo Shao Ye adalah yang dia suka atau tidak."     

"Jika aku bertanya dulu, tentang keputusan yang dia suka atau tidak. Lemah adalah hal yang akan terjadi setelahnya," kata Li Zheng Xi.     

Mendengar hal itu Jiang Kang Hua tampak mengerutkan keningnya, agaknya dia tak paham dengan ucapan dari Penasihat Raja itu. Li Zheng Xi kini mulai berjalan menuju jembatan yang ada di halaman tengah kerajaan, membuat Jiang Kang Hua pun mengikuti langkahnya.     

"Kau tahu, di kehidupan dulu aku adalah Penasihat dari seorang Putra Mahkota. Aku adalah orang yang paling dekat dengannya dalam hal apa pun itu. Dia selalu kuarahkan untuk menjadi seorang calon Raja yang sangat gagah dan sempurna. Selama itu, aku selalu melihatnya menjadi sosok yang sangat membanggakan. Dan aku sangat senang, memiliki Tuan yang begitu sempurna dengan segala hal yang dia miliki. Namun, hanya karena seorang wanita, hatinya menjadi lemah. Sikapnya mulai berubah, dan tujuannya menjadi tak terarah. Banyak hal yang telah dia abaikan, kemudian sosok Raja yang agung perlahan menghilang dari dalam dirinya. Aku benar-benar kecewa dengan hal itu. Ketika melihat Tuan yang selama ini kubanggakan tiba-tiba berubah menjadi sosok yang lemah hanya karena perempuan. Dan dari saat itu, aku telah hilang rasa simpati dan pengabdianku kepadanya,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.