Perjuangan Menembus Surga

Malam Gelap Dan Berangin



Malam Gelap Dan Berangin

0

Bulan cerah menggantung tinggi di langit, memancarkan cahaya bulan purnama yang menutupi tanah dengan lapisan keperakan membuatnya terlihat misterius.

0

Setelah kericuhan yang terjadi pada siang itu, Kota Wu Tan pun menjadi gelap dan tenang di malam hari. Dari dalam rumah di beberapa ruas jalan, hanya ada suara kegiatan malam yang sesekali terdengar.

Di dalam sebuah kamar di belakang rumah Klan Xiao, seorang pemuda sedang berbaring di tempat tidur. Matanya, gelap seperti langit malam, yang dipenuhi keheningan yang dingin.

"Guru, apa kekuatanmu di keadaan saat ini?" setelah sunyi begitu lama, Xiao Yan tiba-tiba bertanya dengan suara lembut.

"Kenapa?" Cincin hitam yang dia kenakan memberikan jawaban asal. Sesaat kemudian, Yao Lao berkata: "Meskipun sosokku saat ini dalam bentuk arwah, seharusnya dengan Api Surgawiku, tidak ada masalah bagiku untuk menghadapai lalat kecil seperti Da Dou Shi atau Dou Ling."

Mendengar ini, rona kebahagiaan sedikit muncul di wajah Xiao Yan. Namun, tatapan matanya masih terlihat dingin.

"Kau ingin membunuh bocah yang tadi sore?" Melihat sikap Xiao Yan, Yao Lao bertanya dengan heran.

"Jia Lie Ao tidak pantas mendapat itu." Xiao Yan tersenyum dan berbisik. "Sisa waktu dua bulan yang kita miliki akan segera tiba dan aku sudah kehilangan kesabaran untuk mengakhiri kompetisi dengan Klan Jia Lie. Jadi, aku ingin diam-diam membunuh Alchemist yang bernama Liu Xi itu. Setelah ia mati, Klan Jia Lie yang tak memiliki ramuan obat apapun akan kehilangan sisa pangsa pasar yang ada. Kalau itu terjadi, bahkan jika Klan mereka masih bisa terus bertahan, kekuatan mereka akan sangat menurun dan mereka tidak akan lagi bisa mengancam Klan Xiao."

"Oh. Apa kau benar-benar telah kehilangan kesabaran? Jika melihat sifatmu, kau tidak seperti orang yang impulsif." Setelah diam beberapa saat, suara bercanda Yao Lao terdengar dari dalam cincin. "Sepertinya kau sangat peduli pada gadis bernama Xun Er. Si Alchemist itu hanya sedikit bersikap tidak sopan pada Xun Er, tapi kau sepertinya menyimpan dendam yang begitu mendalam. Bocah yang sangat cemburu."

Mendengar ini, wajah Xiao Yan pun menghangat. Merasa malu karena memiliki pemikiran seperti ini yang sangat mudah menimbulkan kemarahannya. "Dari awal, aku tidak punya banyak waktu. Bagaimana aku bisa terus bermain-main dengan mereka. Bahkan jika aku tidak bertemu dengan orang itu hari ini, aku tetap akan menggunakan cara itu."

"Baiklah, baiklah. Ini tidak ada hubungannya dengan gadis itu…" Melihat sikap Xiao Yan, Yao Lao pun tertawa keras. Nada mengejek dalam tawanya membuat Xiao Yan memutar matanya tak berdaya.

"Karena kau ingin melakukannya, mari kita pergi. Aku hanyalah seorang arwah jadi aku membutuhkan pinjaman tanganmu." Yao Lao berhenti tertawa dan berkata.

Buru-buru menganggukkan kepalanya, Xiao Yan segera melompat dari tempat tidurnya. Dia mengambil cincin penyimpanan berwarna merah dari saku dadanya dan mengambil jubah hitam besar yang telah dia siapkan sebelumnya. Dia menarik jubah tersebut menutupi tubuhnya seperti sudah terlatih dan seketika tubuh kurus pemuda itu berubah menjadi sosok seorang pria berjubah hitam, yang misterius.

"Ayo pergi. Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Biarkan aku yang mengendalikan tubuhmu saja. Dengan rohku yang melingkupi tubuhmu, kau tidak perlu khawatir akan ada orang yang bisa mengenalimu dari aromamu." Melihat Xiao Yan yang sudah bersiap, Yao Lao tersenyum mengingatkan.

"Ah." Sambil menganggukkan kepalanya, Xiao Yan dengan mudah mencapai jendela dan mengamati sekelilingnya seperti pencuri. Baru kemudian dia melompat keluar dan menuruninya dengan cepat. Setelah itu, kekuatan yang misterius terpancar dari cincin di jarinya.

Kekuatan misterius itu segera melingkupi tubuh Xiao Yan. Tak lama, sosok itu dengan cepat tiba-tiba melayang di udara. Melangkah ringan di atas atap, sosok hitamnya tampak seperti burung elang, diam-diam keluar dari tempat tinggal Klan Xiao dengan cepat dan menghilang ke dalam gelapnya malam.

Malam gelap dan berangin sepertinya menjadi kesempatan yang bagus untuk membunuh.

...

Klan Jia Lie.

"Master Liu benar-benar dapat membuat ramuan lainnya?" Di dalam Aula yang cukup terang, Jia Lie Bi yang awalnya merasa cemas menjadi tertegun setelah mendengar pengumuman Liu Xi yang menyenangkan sebelum kemudian dia bertanya dengan senang.

Sangat puas dengan sikap terkejut Jia Lie Bi, Liu Xi mengangkat cangkir teh di sampingnya dan meneguknya. Ekspresi wajahnya tampak sangat bangga. "Selain obat penyembuhan, aku bisa membuat sesuatu yang sangat cocok untuk tentara bayaran gunakan. Obat itu disebut "Pill Peledak Kekuatan". Obat ini bisa meningkatkan kekuatan penggunanya sebesar sepuluh persen dalam waktu yang singkat."

Mendengar ini, kebahagiaan di wajah Jia Lie Bi tampak semakin berkembang. Jika obat dengan efek seperti ini bisa dibuat, dia mungkin bisa menggunakannya untuk menarik perhatian banyak orang. Dia bahkan mungkin bisa mengalahkan Klan Xiao lagi.

"Sayangnya, "Pill Peledak Kekuatan" ini tidak bisa dibuat dalam jumlah besar seperti obat penyembuhan. Dengan kemampuanku saat ini, aku khawatir hanya bisa membuat dua puluh obat sehari." Liu Xi berkata dengan suara menyesal.

"Haha, dua puluh obat. Kita bisa melakukan sesuatu seperti pelelangan, di mana penawar dengan harga tertinggi akan mendapatkannya. Bagaimanapun juga, obat penyembuhan adalah sasaran utama. Kita hanya menggunakan ini untuk meningkatkan popularitas kita." Jia Lie Bi melambaikan tangannya dan berkata sambil tersenyum.

"Hey. Ketua Klan Jia Lie, aku memang bisa membuat "Pill Peledak Kekuatan", tapi menurut kesepakatan kita, aku hanya bertanggung jawab untuk membuat obat penyembuhan." Melihat bagaimana "Pill Peledak Kekuatan" telah membuat Jia Lie Bi tertarik, Liu Xi tiba-tiba memiliki sebuah ide dan membuatnya tiba-tiba berbicara.

Mendengar itu, ekspresi wajah Jia Lie Bi tiba-tiba berubah. Pria licik ini tahu apa yang sedang orang itu rencanakan. Namun, dengan keadaan saat ini, yang bisa dia lakukan hanyalah tertawa dan bertanya: "Apa maksud Master Liu Xi?"

"Haha, tenanglah. Aku tahu seperti apa situasi yang Klan Jia Lie hadapi saat ini jadi aku tidak akan meminta banyak." Melihat Jia Lie Bi yang tampak tenang, senyum sinis tampak di mata Liu Xi. "Aku hanya ingin Ketua Klan Jia Lie membantuku mendapatkan gadis yang bernama Xun Er itu."

Sebelum Jia Lie Bi memperlihatkan senyumnya, selama beberapa saat wajah Jia Lie Bi pun menegang. Sudut matanya bergerak-gerak. Dia tidak menyangka kalau orang ini, yang dorongan seksualnya tinggi, akan benar-benar mengincar Klan Xiao.

"Master Liu Xi, jika Klan Jia Lie kami menyentuh anggota Klan Xiao, Xiao Zhan akan mendapat alasan untuk menyerang kami secara terang-terangan. Saat itu terjadi, tidak hanya konfrontasi bisnis yang akan terjadi, tapi benar-benar sebuah peperangan…" sambil menghela napas, Jia Lie Bi tersenyum pahit.

Mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, Liu Xi diam-diam berkata: "Ini bukan lagi persoalan yang harus aku pertimbangkan. Aku tidak peduli jika Ketua Klan berencana merebut paksa gadis itu atau diam-diam menculiknya. Aku hanya ingin tahu hasilnya. Selama kau bisa membawa gadis itu padaku, aku akan mulai membuat "Pill Peledak Kekuatan" untukmu".

Sudut mata Jia Lie Bie berkedut. Meskipun amarah menguasainya, dia hanya bisa tertawa paksa: "Bisakah kau memberi aku waktu untuk berpikir? Boleh aku memberikan jawabannya padamu besok?"

"Hee hee. Sebaiknya begitu. Ketua Klan, kau bisa memikirkannya terlebih dahulu. Sebelum aku pergi, aku ingin menambahkan sesuatu. Klan Jia Lie dan Klan Xiao telah menjadi musuh yang tak dapat didamaikan, jadi kenapa kau harus khawatir untuk menambah masalah lainnya?" dengan tertawa aneh, Liu Xi berdiri, menepuk punggungnya dan berjalan keluar dengan angkuh dari dalam Aula. Dengan langkah cepat, dia menuju ke kamarnya di halaman belakang. Gadis muda yang tampak begitu luar biasa siang tadi, telah memicu nafsu dalam dirinya. Yang ia ingin lakukan sekarang adalah mencari seorang gadis muda dan cantik untuk meringankan nafsunya.

Menatap Liu Xi yang menghilang di sudut, Jia Lie Bi menjadi semakin murung. Setelah beberapa saat kemudian dia menghembuskan napas panjang dan dengan lantang berkata: "Bajingan ini, otaknya hanya dipenuh dengan wanita, cepat atau lambat dia akan mati di tangan salah satu dari mereka."

...

Di sebuah kamar di halaman belakang, Xiao Yan dengan tak berdaya melihat seorang gadis cantik terbaring di tempat tidur. Tubuhnya hanya ditutupi oleh jubah tipis, sehingga memperlihatkan tubuhnya yang telanjang.

"Orang itu kembali." Yao Lao berbisik dari dalam cincin, membuat Xiao Yan dengan cepat menyelinap bersembunyi ke sudut ruangan. Melalui celah kecil, matanya berhasil mengamati segala sesuatu di ruangan itu.

"krekk…" Pintu kayu itu perlahan-lahan terbuka. Liu Xi seketika tertawa di dalam kamarnya. "Ha ha. Sayang, aku di sini. Siapkan dirimu untuk malam ini."

"Betapa bodohnya kepala yang hanya dipenuhi nafsu itu. Yao Lao, mari bersiap untuk menyerang." Xiao Yan berkata dalam hati sambil dia tersenyum dingin dan menggelengkan kepalanya.

"Baiklah… tunggu, ada perubahan!" Yao Lao berteriak mengingatkan seolah ia akan menyetujui rencana Xiao Yan, sehingga membuat hati Xiao Yan menegang.

Dahinya penuh dengan keringat setelah dikejutkan oleh teriakan peringatan yang diberikan oleh Yao Lao, Xiao Yan diam di tempatnya, tidak berani bergerak.

"Di sebelah kirimu!" Dalam hatinya, suara Yao Lao kembali terdengar.

Mendengar peringatan tersebut, Xiao Yan perlahan memutar kepalanya. Tatapannya tertuju ke jendela di sebelah kirinya dan matanya tiba-tiba berkerut.

...

Jendela yang awalnya tertutup rapat tiba-tiba dibuka, memperlihatkan cahaya pucat bulan menyebar ke dalam ruangan. Dalam sekejap mata, kekosongan di jendela dan sekitarnya tergantikan oleh seorang gadis muda yang mengenakan gaun emas. Di bawah gaun emas itu terdapat sepasang kaki putih yang mungil yang tampak begitu menawan.

Cahaya bulan masuk ke dalam ruangan, menyinari wajah cantik gadis muda itu. Bagai seorang dewi di bawah sinar bulan, tampak cantik namun misterius.

Menatap kemunculan seorang gadis yang begitu tiba-tiba, Xiao Yan merasa tenggorokannya menjadi kering. Hatinya dengan pelan meraungkan sebuah nama.

"Xun... Xun Er?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.