Perjuangan Menembus Surga

Momen Yang Sangat Penting



Momen Yang Sangat Penting

0"Hei, ternyata itu memang si murid yang mengambil dua tahun cuti sekaligus…" Huo De sedang memegang sebuah catatan di tangannya, di dalam ruangannya yang luas. Ada sebuah gambar di dalam catatan itu. Meskipun itu gambar dari seorang bayi tak berdosa umur tiga tahun, bentuk keseluruhannya tampak persis seperti Xiao Yan.     
0

Hou De menutup catatan di genggamannya, sesaat sebelum sebuah senyum tulus terlihat di wajahnya. Ia menepuk bahu Xiao Yan sambil tersenyum, sebelum ia mengucapkan kata - kata seriusnya, "Anak muda, kau memang bukan orang sembarangan. Catatan ini mengatakan bahwa kau hanyalah seorang Dou Zhe dua tahun lalu, tetapi sekarang… aku curiga paling tidak kau sekarang adalah seorang Dou Shi kan?     

Ketika mendengar kata - kata Hou De, para anggota Pasukan Penegak Hukum seketika tersentak. Mereka menunjukkan tatapan terpana kepada Xiao Yan. Dalam kurun waktu dua tahun, ia seketika meningkat dari seorang Dou Zhe bintang empat menjadi seorang Dou Shi. Kecepatan semacam ini memang sangat bagus.     

Xiao yan tersenyum, tak mengelak ataupun membenarkan.     

"Apakah kau bermaksud menuju langsung ke akademi sekarang?" Huo De bertanya sambil tersenyum.     

"Ya." Xiao Yan mengangguk.     

"Bawalah ini bersamamu. Hanya dengan barang itu lah, kau dapat masuk ke akademi." Huo De mengambil sebuah lencana biru langit dari cincin penyimpanannya, lalu menyerahkannya kepada Xiao Yan. Setelah itu, seketika, ia teringat sesuatu. Ia menghadapkan kepalanya ke arah para anggota Pasukan Penegak Hukum, lalu tersenyum sebelum ia bertanya, "Oh, ya… kebetulan, besok adalah hari kompetisi kualifikasi akademi, kan?"     

"Ah itu benar, Kepala Bagian Huo De." Seorang anggota segera menjawabnya.     

"Kau memang beruntung karena kau akan bisa melihat sebuah acara besar setelah memasuki akademi. Namun, aku teringat bahwa namamu ada di kompetisi kualifikasi akademi dalam tahun lalu. Suatu peluang yang diberikan oleh Ruo Ling kepadamu. Sayangnya, pada akhirnya, kau tidak hadir. Hal itu benar - benar membuat Instruktur Ruo Ling marah. Jadi, kemungkinan, ia tak akan memasukkan namamu tahun ini. Ditambah lagi, kompetisi kualifikasi kali ini berpengaruh apakah ia dapat dipromosikan menjadi seorang instruktur tingkat Xuan…" Kata Huo De sambil tersenyum.     

"Oh…" Xiao Yan tercengang saat mendengar hal itu. Ketika ia mengingat wajah hijau yang marah milik wanita terpandang itu, dahulu, ia tertawa kecut dan berkata, "Aku memang sedang ada urusan penting dan tak bisa terburu - buru saat itu…"     

"Hee hee, kata - katamu tak berpengaruh kepadaku. Jika kau ingin menjelaskan, jelaskanlah sendiri pada wanita itu." Huo De tersenyum dengan sombong. Matanya melihat ke arah langit di luar, yang mulai mendung. Dia mengungkapkan hal di benaknya, "Langit sudah agak mendung. Namun, aku tahu bahwa kau sedang terburu - buru menuju ke akademi, jadi, aku tak bisa menahanmu. Tetapi, ada wilayah yang amat besar di luar sana, di hutan purba, yang terletak di luar akademi. Kau akan menjumpai banyak Binatang Magic di sana, yang membuat hutan itu berbahaya untuk dilewati pada malam hari. Aku bisa menyuruh orang mengendarai Griffin pengangkut agar bisa sampai Kota Jia Nan dengan cepat. Apakah kau mau?     

"Terima kasih untuk hal itu, Instruktur Huo De." Xiao Yan bergembira karena tawaran itu, lalu menjawabnya dengan memberikan banyak terima kasih. Peta yang diberikan Dou Ma hanya meliputi area 'Daerah Pelosok Hitam'. Xiao Yan tidak mengerti, ke arah dimana ia harus menuju, setelah melewati 'Kota Damai'. Hal yang sedang diharapkannya memanglah seseorang yang dapat mengantarkannya ke tujuannya.     

"He he, tak apa."     

Huo De tersenyum. Ia yang sekarang tak menunjukkan sama sekali sikap dingin yang ia perlihatkan di gerbang kota. Ia melambaikan tangannya, lalu memanggil dua anggota Pasukan Penegak Hukum, satu lelaki dan satu perempuan. Setelah ia memberikan instruksi, ia mempersilahkan mereka berdua pergi dan membuat persiapan.     

"Ah, Xiao Yan, aku perlu mengingatkan dirimu sebelum kau pergi. Meskipun kau belum memasuki akademi, tampaknya, kau sudah mempunyai lawan yang imbang di dalam Akademi Jia Nan. He he, aku kira, kau juga tahu alasan di balik ini adalah… seorang perempuan luar biasa seperti Xun Er memang memiliki pesona menarik kepada lelaki muda yang berbakat di akademi. Ia telah berada di akademi lebih dari dua tahun, namun reputasinya telah sampai kepada penyihir kecil yang membuat orang sakit kepala itu. Jadi, saingan asmaramu bukan orang sembarangan. Dan juga, aku menyarankan dirimu untuk dapat menahan diri. Hal tersebut akan berguna…" Huo De mendekat ke Xiao Yan dan memberikan petuah kepadanya.     

Xiao Yan tertawa pelan ketika mendengar celotehannya. Meskipun ia telah meninggalkan dua tahun kehidupan di akademi, ia percaya, bahwa latihan hidup dan matinya selama dua tahun ini tidak lebih buruk dari metode pelatihan manapun. Selama dua tahun itu, ia telah melawan beberapa Dou Huang, bahkan beberapa Dou Zong tanpa rasa takut. Apakah ia akan takut kepada orang - orang seumurannya di akademi?     

"Terima kasih telah mengingatkan diriku, Instruktur Huo De. Xiao Yan akan selalu mengingat hal tersebut di benaknya." Xiao Yan tersenyum kepada Huo De, lalu menjabat tangannya. Ia mendengar suara cuitan dari Griffin yang berada di luar. Tanpa basa - basi, Xiao Yan membalikkan badannya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu dengan cepat dan melihat Griffin besar, yang telah berdiri di jalanan di luar. Pada saat itu, seorang lelaki dan perempuan di atas Griffin itu tersenyum kepada Xiao Yan, saat mereka berkata, "Xiao Yan, mari naik ke atas. Kami akan mengantarmu ke Kota Jia Nan."     

"Terima kasih banyak." Xiao Yan tersenyum. Kakinya beranjak dari tanah, lalu, badannya melompat ke atas punggung Griffin itu. Kaki itu seketika terlihat menempel di punggung Griffin itu dan tak membuat gerakan sedikitpun.     

Melihat badan Xiao Yan yang terlihat tenang, rasa kaget terlihat pada wajah kedua orang di atas punggung Griffin. Perlu diketahui, bahwa bulu - bulu Griffin dapat menciptakan semacam udara lembab yang aneh. Beberapa orang, yang menungganginya pertama kali, hanya dapat duduk di sebuah bangku buatan manusia di atasnya, agar dapat menjaga kestabilan. Namun, Xiao Yan benar - benar bisa mengandalkan kemampuannya agar tubuhnya dapat tetap tenang. Hal yang mustahil, bahkan bagi mereka berdua untuk melakukannya tanpa tergesa - gesa.     

"Apa yang dikatakan Wakil Ketua Bagian memang benar adanya. Xiao Yan memang memiliki bakat yang besar…" Keduanya bergumam di dalam benak mereka. Mereka melambaikan tangan kepada Huo De, yang telah berada di luar rumah, sebelum mengeluarkan siulan dari mulut mereka. Seketika, sayap yang menapak di tanah dikepakkan. Badannya yang besar, mulai terbang ke langit dengan cepat.     

Ketika Xiao Yan melihat kota kecil itu, yang berangsur - angsur tampak lebih kecil, ia menghela nafas. Ia mengangkat tatapannya ke atas dan mengamati langit biru. Sebuah wajah anggun dan indah, muncul perlahan di pikirannya. Berengut dan tawa dari gadis itu telah membuat pria muda, yang telah menjalani dua tahun hidup dalam kesusahan, menjadi begitu pedulinya pada gadis tersebut.     

"Xun Er, akhirnya aku dapat menjumpaimu kembali…"     

Penerbangan itu berlanjut selama semalam, sudah termasuk dua sampai tiga jam istirahat di tengah perjalanan. Ketika fajar keesokan harinya telah tampak, terang matahari terlihat dari ujung daratan itu, menggantikan kegelapan di bumi dan langit.     

Pada saat itu, Xiao Yan, yang tengah menutup matanya saat beristirahat, beranjak membuka matanya, seolah - olah ia merasakan sesuatu. Matanya menatap di kejauhan. Sebuah kota, di atas wilayah luas, yang membuat seseorang terpana, mulai tampak dalam kabut yang tipis.     

"Jadi, inilah Kota Jia Nan…"     

Meskipun ia sudah berada di udara, ia belum dapat melihat keseluruhan kota dengan penglihatannya. Dapat disimpulkan seberapa besar kota itu.     

"He he, Adik Xiao Yan, kita akan menghentikan Griffin pada pemberhentian di dalam kota. Setelah itu, kau harus segera menuju ke akademi sendirian. Minggu ini adalah giliran berpatroli kelompok Penegak Hukum kami, jadi, kita tidak dapat meninggalkan 'Kota Damai' untuk waktu yang lama." Pria muda dari Pasukan Penegak Hukum tersenyum saat ia berbicara kepada Xiao Yan     

"Terima kasih banyak, senior." Xiao Yan mengangguk, lalu tersenyum ketika ia mengucapkan rasa terima kasihnya.     

"Tak perlu…" Pria muda melambaikan tangannya. Sebuah siulan sekali lagi dikeluarkan dari mulutnya, lalu Griffin itu seketika mengeluarkan cuitan lembut. Burung itu mengepakkan sayapnya dan meluncur ke bawah menuju ke kota besar itu.     

Dari pemberhentian di Kota Jia Nan, Xiao Yan menatap ke atas dan menyaksikan Girffin, yang kemudian terbang di udara. Ia perlahan menghembuskan nafas, membalikkan badan dan keluar dari tempat kosong itu.     

Sebuah jalan lebar terbuka yang terbuat dari batuan hijau terlihat di matanya, ketika ia berjalan keluar dari pemberhentian penerbangan tadi. Lautan manusia yang berjalan di sana terlihat bergolak, membuat Xiao Yan tiba - tiba menahan nafas. Arus manusia semacam itu adalah suatu hal yang bahkan tak dapat dibandingkan dengan arus yang berada di pusat kota Kekaisaran Jia Ma; Kota yang memang layak dijadikan sebagai tempat lahirnya akademi tertua di benua ini. Dari namanya saja, tempat ini dapat menarik banyak orang untuk berkunjung.     

Xiao Yan tidak berhenti di jalan itu untuk waktu yang lama. Ia mengikuti rute yang ditunjukkan oleh anggota Penegak Hukum tadi. Setelah mengelilingi bagian dalam kota selama setengah jam, Xiao Yan berhenti. Ia memperhatikan jalan tersebut, yang ujungnya belum ia ketahui dan tak dapat menahan untuk tertawa kecut," Sialan. Kenapa kota ini dibangun begitu besarnya?"     

Xiao Yan mengeluh layaknya putus asa. Ia kemudian lanjut berjalan dengan malas dan memperlambat langkah kakinya, ketika ia menuju ke Akademi Jia Nan, yang terletak di tengah kota itu.     

Ketika ia berjalan di jalan lebar itu, Xiao Yan merasakan suasana kota yang biasa ia rasakan, lalu menghela nafas lega di dalam benaknya. Suatu keberuntungan, bahwa tempat itu tidak mirip sama sekali dengan 'Daerah Pelosok Hitam'...     

Ia lanjut mengitari jalanan. Di kejauhan, ia dapat melihat bentuk samar dari Akademi Kuno itu…     

"Hentikan orang itu!"     

Xiao Yan baru saja melangkah, ketika sebuah teriakan terdengar dari sebuah tempat, tidak jauh di depannya. Sebuah kekacauan kecil seketika terdengar di jalan tersebut, dengan sekelompok besar orang yang membentuk lingkaran dan bersorak, ketika mereka menyaksikan pertarungan di tengah - tengah mereka.     

Tatapan Xiao Yan tertuju pada lingkaran orang - orang yang sedang menyaksikan kejadian itu, tetapi ia tidak beranjak mendekat. Telapak tangannya perlahan menepuk pedang Penguasa Xuan Berat di punggungnya. Langkah kakinya yang imbang menuntunnya melewati penonton - penonton itu.     

Tepat saat Xiao Yan akan menuju ke akademi di kejauhan, sebuah tawa kasar nan dingin di kerumunan penonton membuat Xiao Yan menghentikan langkahnya.     

"Ma Yan, jangan membuang tenaga. Kau benar - benar akan melawan sepupuku dengan kekuatanmu itu?"     

"Bocah nakal, jika kau ingin melakukannya dengan benar… seranglah. Kita tak membutuhkan nyawanya, tetapi, ia harus benar - benar berdarah!" Ketika tawa dingin itu terdengar, sebuah suara marah karena malu terdengar. Tiba - tiba, ada sebuah suara pelan seseorang, yang terdengar dari dalam kerumunan orang itu.     

Xiao Yan membelakangi kerumunan tersebut. Ia terdiam beberapa saat ketika mendengar suara pelan yang muncul dari dalam lingkaran itu, sebelum ia menghela nafas perlahan lalu membalikkan badan.     

Di dalam kumpulan manusia itu, seorang pria muda berbaju biru, berumur sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun, baku hantam dengan keji melawan beberapa orang di sekitarnya, ketika matanya dipenuhi dengan amarah. Melihat Dou Qi yang mengalir di tubuh pria muda itu, kemungkinan, ia berada di tingkat Dou Shi. Namun, empat orang yang mengelilingi dan menyerangnya tampak memiliki kekuatan yang tidak lebih lemah dibandingkan dengannya. Oleh karena itu, pria muda itu berada di posisi yang tidak menguntungkan. Wajahnya sesekali terkena pukulan, sehingga darah mengalir dari ujung mulutnya.     

"Bam!"     

Sebuah rangkaian baku hantam terus berlanjut. Salah seseorang dari pemuda pengeroyok itu menendang perut si pemuda berbaju biru itu, dengan dingin dan ganas. Punggung si pemuda berbaju biru itu terpental seketika. Meskipun keempat pria muda itu mengetahui si pemuda berbaju biru itu tidak dapat memberikan perlawanan, mereka tidak memperlihatkan sedikitpun tanda untuk berhenti. Empat kaki digerakkan bersamaan. Dengan licik dan keji, mereka menendang keras tubuh pemuda berbaju biru itu."     

"Bam, bam, bam…"     

Kaki - kaki yang penuh dengan kekuatan yang kejam itu hampir mengenai tubuh pemuda berbaju biru, ketika sesosok bayangan seketika melintas. Setelah itu, bayangan tersebut menahan keempat kaki pemuda itu dengan kuat. Teriakan langsung muncul dari keempat pemuda itu. Keempatnya memegangi lutut mereka dan berguling kesakitan di tanah.     

Setelah bayangan hitam itu berhasil mendorong keempat pemuda pengeroyok itu, bayangan tersebut berubah menjadi sebuah garis hitam besar yang menusuk ke tanah. Pemuda berbaju biru itu memegangi perutnya, lalu berdiri dengan kesusahan. Wajahnya sedikit pucat, saat ia hendak menjabat tangan pemuda berjubah hitam, yang membelakanginya itu, "Tuan, terima kasih banyak."     

"Xiao Ning, kau telah kehilangan banyak kekuatan dibandingkan dua tahun lalu, ketika aku terakhir melihatmu." Pemuda berjubah hitam itu perlahan membalikan badannya. Ia menatap pemuda berbaju biru yang wajahnya terpana, saat melihat pemuda yang sebelumnya berbicara dengan senyuman samar itu.     

Pemuda berbaju biru ini adalah Xiao Ning, yang dahulu memiliki dendam kepada Xiao Yan dan klannya.     

"Kau… kau adalah Xiao Yan?" Wajah Xiao Ning tampak begitu kaget, saat ia menatap wajah yang tidak ia temui selama dua tahun itu. Ia sudah hampir sadar beberapa saat kemudian, namun, tetap sulit untuk mempercayai apa yang baru saja terjadi.     

"Aku kira, kau tidak akan mengenaliku." Xiao Yan tertawa. Meskipun ia dahulu memiliki dendam dengan dengan pemuda yang jarang ia tatap mukanya itu, dirinya yang sekarang bukanlah bocah nakal seperti dahulu. Hal tersebut menghilang dengan sendirinya beberapa waktu yang lalu. Ditambah lagi, apapun yang terjadi, orang di depannya itu memiliki ikatan darah dengannya.     

"Bagaimana aku bisa lupa. Adik sepupu Xiao Yan…"     

Xiao Ning tertawa kecut. Ia menatap Xiao Yan yang berada di depannya dengan perasaan campur aduk. Setelah berkelana di luar selama dua tahun, Xiao Yan juga bukanlah anak kecil lagi. Hanya setelah berada di dunia luar, yang penuh dengan segala macam orang lah, ia mengingat bahwa pengalaman di klan dahulu adalah kenangan yang berharga di dalam benaknya. Tak peduli bagaimana itu terjadi, ikatan keluarga mereka akhirnya mulai nampak.     

"Kakak sepupu Xiao Ning." Melihat senyuman maaf yang diberikan Xiao Ning kepadanya, Xiao Yan juga tersenyum. Ia menepuk pundak Xiao Ning.     

"Jadi, orang - orang ini?" Xiao Yan bertanya sambil mengalihkan tatapannya kepada empat orang yang sedang bergulung-gulung.     

"Bukankah ini karena Xun Er? Orang - orang ini mengetahui tentang hubungan kita dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan kabar tentang Xun Er dariku. Benarlah sangat menganggu. Namun, mereka tak berani menyerangku di akademi. Hari ini, ketika aku keluar untuk membeli sesuatu, kebetulan, orang - orang ini menemukan diriku." Xiao Ning sedikit tak berdaya. Dari kelihatannya, sepertinya, kejadian ini bukanlah yang pertama terjadi.     

Xiao Yan hanya bisa tertawa kecut ketika mendengar hal itu. Memang benar, si wanita cantik itu adalah sumber dari beberapa masalah. Tampaknya, gadis itu benar - benar kehilangan sifat tak berdosa yang ia miliki dahulu?     

"Hee hee, Xun Er memang menjadi lebih menarik. Seorang wanita mengalami banyak perubahan ketika ia tumbuh. Bahkan, ia sekarang menjadi semakin anggun. Banyak sekali orang yang jatuh cinta kepadanya selama dua tahun ini. Aku pikir, kau juga akan terkejut ketika melihatnya kembali." Xiao Ning berkata dengan tawa.     

"Seberapa banyak perubahan yang bisa dialami seorang anak kecil?" Xiao Yan menggelengkan kepalanya sambil sedikit tertawa. Ketika ia mengucapkan kata - kata layaknya orang dewasa itu, ia lupa, bahwa dirinya juga masih berumur delapan belas tahun.     

"Jika kau mengatakan hal tersebut di akademi, orang lain akan ramai - ramai menghajarmu…" Xiao Ning memutar bola matanya. Ekspresinya seketika berubah, saat ia mengingat sesuatu. Ia kemudian menuntun Xiao Yan dan berlari ke arah gerbang akademi," Sialan, aku benar - benar telah melupakan sesuatu. Hari ini adalah hari dilaksanakannya Kompetisi Kualifikasi Akademi Bagian Dalam. Instruktur Ruo Ling tak dapat menahan gangguan agresif dari Xun Er, lalu, ia mengambil resiko untuk dapat dipromosikan menjadi seorang instruktur tingkat Xuan dengan memasukkan namamu di kompetisi ini. Jika kau tidak hadir seperti tahun lalu, Instruktur Ruo Ling tidak akan bisa dipromosikan selama tiga tahun ke depan."     

"Ha? Wanita itu tetap menuliskan namaku?" Wajah Xiao Yan sangatlah takjub.     

"Eh, bagaimanapun juga, meski kau tiba di sana tepat waktu, aku pikir, itu tak akan banyak membantu. Kompetisi Kualifikasi Akademi Bagian Dalam bukanlah kompetisi biasa. Para peserta yang memiliki kualifikasi untuk dapat bergabung adalah mereka para murid tingkat atas di akademi. Tanpa kekuatan sekurang - kurangnya setingkat Dou Shi bintang tujuh, seseorang pasti akan tereliminasi ketika memasuki area pertarungan." Lari Xiao Ning yang sebelumnya tergesa - gesa kini tampak menjadi lebih pelan, ketika ia menghela nafas.     

Xiao Yan tersentak. Ia membuka mulutnya, namun belum sempat ia berbicara, Xiao Ning melanjutkan perkataannya, "Lupakan saja, lupakan saja. Lebih baik datang daripada tidak sama sekali. Bahkan, jika kau kalah, Instruktur Ruo Ling hanya kehilangan kehilangan peluang promosinya. Masih ada kesempatan untuknya lain kali…"     

Ketika ia sudah selesai dengan celotehannya, Xiao Ning menarik Xiao Yan dengan penuh tenaga, lalu segera lari ke arah akademi kuno itu.     

Sebagai sebuah acara besar Akademi Jia Nan, Acara yang disebut Kompetisi Kualifikasi Akademi Bagian Dalam memanglah sebuah perhelatan yang paling menarik banyak perhatian. Ditambah lagi, para orang terkenal di akademi akan menghadiri acara ini. Murid lelaki dan perempuan yang dipandang sebagai idola, beserta hal yang menjadi perhatian mereka, adalah sebuah hal yang luar biasa menarik.     

Oleh karena itu, stadion yang digunakan akademi, akan dipenuhi oleh orang - orang dan menjadi sesak, stadion itu adalah stadion terbesar yang sudah akademi persiapkan untuk kepentingan kompetisi. Banyak murid dari Akademi Jia Nan berdesakan dan berbenturan kepala, ketika mereka menyerbu kursi di stadion. Jika dipandang sekilas, tempat itu terlihat seperti lautan rambut hitam pekat, saat suara teriakan mereka mengudara.     

Lahan lapang terbuka itu berbentuk lingkaran. Area tersebut dikelilingi kursi batu, yang bertumpuk - tumpuk ke atas. Bentuk itu mirip seperti sebuah arena. Lautan manusia yang duduk mengelilingi arena itu dapat melihat dengan jelas ke seluruh penjuru.     

Pada saat itu, ada dua sosok manusia yang berdiri di atas lahan lapang tadi. Satu pria dan satu wanita. Keduanya bergerak secepat kilat, lalu saling baku hantam. Suara mengerikan Dou Qi yang bertabrakan dan meledak, tepat dari mana pukulan mereka bertemu, membuat para penonton yang duduk di balkon seringkali berdecak kaget. Namun, tampak jelas bahwa pandangan dari setengah penonton di balkon terpaku kepada sosok anggun yang memakai sebuah gaun hijau pucat, saat gerakan indahnya terlihat berpindah - pindah secepat kilat.     

Kedua sosok tadi terlibat dalam sebuah pertarungan yang semakin berbahaya, dibandingkan sebelumnya. Sosok berbaju hijau pucat itu tiba - tiba berhenti dan tangannya bersinar terang. Cahaya terpancar dari kedua tangannya, saat ia menekan dada si lelaki muda. Sebuah kekuatan dahsyat mendorong si lelaki hingga keluar dari area pertandingan.     

"Kakak, terima kasih telah mempersilahkan aku untuk menang!" Perempuan muda berbaju hijau itu tersenyum, setelah mengalahkan lawannya dalam satu gerakan. Ia membungkukkan badannya kepada pria yang berparas lumayan tampan itu, dengan sangat sopan, sampai tidak ada seorang pun yang dapat menemukan kecacatan dalam sikapnya.     

"Adik Xun Er memang layak disebut sebagai murid dengan potensi sangat besar untuk saat ini. Aku telah kalah." Meskipun lelaki tampan itu mengalami kekalahan, ia tetap mengakuinya. Sambil tersenyum, ia menatap gadis muda berbaju hijau yang tampak seperti bunga teratai itu, memberikan ketenangan dan kesenangan pada orang yang melihatnya. Ia kemudian mundur dengan bebas dan santai.     

"Xun Er memenangkan ronde ini!"     

Perempuan berbaju hijau tersebut membalikkan badannya, lalu melompat ke bawah dari arena kompetisi tepat setelah ia mendengar teriakan yang terdengar dari tribun juri.     

"Xun Er, tidak buruk!" Setelah perempuan muda berbaju hijau itu turun dari panggung, seorang wanita dari balkon melambaikan tangan ke arahnya.     

"Instruktur Ruo Ling." Xun Er tak memperdulikan tatapan kagum di sekitarnya, lalu berlari menuju balkon khusus itu dengan penuh senyuman. Matanya seketika terarah ke sekelompok perempuan, yang berada di luar tribun itu, lalu tersenyum sambil berkata, "Kakak sepupu Xiao Yu."     

"Gadis kecil ini semakin bertambah kuat. Kau bahkan mampu mengalahkan Mo Wen. Tampaknya, kau jelas mampu memenangkan Kompetisi Bagian Dalam Akademi tahun ini." Sesosok wanita cantik yang mengenakan baju akademi berwarna ungu pucat, tersenyum saat ia berjalan mendekat. Ketika ia berjalan, kakinya yang panjang nan bersih yang juga tertutupi celana panjang, seketika menarik perhatian banyak orang yang sebelumnya menatap Xun Er. Kakinya yang panjang dan menarik memang sebuah senjata mematikan dalam menaklukkan para pria.     

"Semoga." Xun Er tersenyum. Setelah ia memberikan salam ke sekelompok perempuan di belakang Xiao Yu, ia menarik tangan Xiao Yu, duduk di sebelah Instruktur Ruo, lalu perlahan berbicara sambil tersenyum.     

"Kakak sepupu Xiao Yu, emm… apakah Xiao Yan ge-ge belum datang juga?" Xun Er dengan lembut bertanya, saat kedua matanya menatap Instruktur Ruo yang duduk santai di ujung. Kedua alis Xun Er, rupanya, menampakkan kekhawatiran.     

TL: ge-ge – kakak laki-laki atau digunakan untuk memanggil teman ataupun saudara lelaki yang lebih tua (yang kedua biasa digunakan untuk panggilan sayang oleh perempuan)     

"Iya." Xiao Yu juga sedikit menghela nafas ketika mendengar hal itu. Ia seketika mengepalkan tangannya, saat ia menjawab dengan pelan, "Aku juga tidak mengetahui pasti apa yang dilakukan oleh orang itu. Dahulu, kita setuju bahwa ia boleh mengambil cuti selama setahun saja. Sekarang, ia telah mengambil cuti dua tahun penuh. Terlebih lagi, ia tetap absen tahun ini…"     

"Tak lama lagi, dia pasti akan berada di sini." Xun Er menggigit bibirnya ketika ia mengatakan hal itu.     

"Aku juga berharap demikian… namun, hari ini adalah hari kompetisi. Jika ia tetap tidak hadir, Instruktur Ruo Ling…" Xiao Yu tertawa kecut.     

Di saat keduanya saling berbisik, sebuah pertandingan tiga ronde telah berakhir. Seorang lelaki bergerak cepat ke atas panggung di ronde ke empat. Tombak panjang di tangannya dihentakkan ke tanah dengan kekuatan besar. Tatapan nya yang penuh semangat, mengarah ke tempat dimana Xun Er berada, tanpa menyembunyikannya.     

"Tingkat Xuan - Xue Beng tingkat ketiga melawan kelas Huang - tingkat kedua… Xiao Yan!"     

Ketika suara dari tempat duduk juri terdengar, keramaian di stadion itu seketika berubah menjadi kesunyian. Semua mata tertuju pada posisi dimana seseorang dengan tingkat Huang - tingkat kedua itu berada. Dalam dua tahun ini, orang bernama Xiao Yan ini, telah diketahui oleh banyak murid dan bahkan instruktur dari Akademi Jia Nan. Ditambah lagi, itu adalah kali pertama kalinya mereka menemui seorang murid nakal yang mengambil cuti dua tahun sekaligus sejak pertama kali dibangunnya Akademi Jia Nan.     

Hal tersebut menjadi sedemikian rupanya, karena pada Kompetisi Kualifikasi Akademi Bagian Dalam yang lalu, hanya nama itulah yang absen. Maka dari itu, saat mereka kembali mendengar nama tersebut, tatapan mereka mengarah ke tempat dimana kelompok Xun Er duduk. Karena performa luar biasa Xun Er di akademi, ia mempunyai banyak penggemar, Namun, dalam dua tahun ini, belum ada yang dapat menggerakan hatinya. Satu - satunya nama yang terucap dari mulutnya adalah sebuah nama ia yang dipanggil Xiao Yan ge-ge. Panggilan sayang itu akhirnya membuat Xiao Yan yang tak pernah menampakkan dirinya, menjadi musuh semua pria.     

Ketika banyak mata tertuju padanya, keringat tanpa sadar bercucuran di dahi mulus Instruktur Ruo Ling. Kepalan tangannya menjadi kencang, saat ia melihat ke sekitarnya, berharap seorang pemuda yang telah ia sangat percayai dua tahun lalu, muncul sebagai penyelamatnya.     

Area terbuka yang penuh dengan kesunyian itu, juga membuat Xun Er dan Xiao Yu risau. Mereka saling menatap dan melihat rasa khawatir di mata mereka.     

"Xiao Yan ya… seorang pecundang yang tak berani menampakkan diri dan membiarkan seorang perempuan menerima cemoohan. Orang ini, tak akan berhasil." Seorang lelaki muda berbaju putih yang berpenampilan cukup baik di atas tribun, menggelengkan kepalanya dan berbicara dengan samar, "Ia tak pantas mendapatkan Xun Er…"     

Pemuda berbaju putih itu ternyata adalah orang yang telah bertemu Xun Er di kaki gunung beberapa hari yang lalu. Ia dipanggil Bai Shan, salah satu murid muda kuat di Akademi Jia Nan. Kekuatannya tidak lebih lemah dari Xun Er.     

"Cih, jadi, ini lelaki yang tak hentinya dibicarakan oleh Xun Er? Apakah zodiaknya sebuah kura - kura? Jika seseorang mengikutinya, bukankah lebih baik untuk mengikuti diriku? Apa yang bagus dari para pria kotor itu? Mereka hanya berpikir dengan bagian bawah tubuh mereka." Di suatu sudut strategis lain di balkon, terdapat seorang perempuan muda yang mengenakan gaun warna merah, dengan tangan yang tampak bersedekap di dadanya. Punggungnya bersandar di atas sebuah pipa besi, lalu nampaklah lekukan tubuh yang indah. Ia sekarang hanya bisa mengerutkan bibirnya ketika ia melihat area terbuka, dimana tidak ada satupun orang yang memulai pertarungan. Hinaan muncul, ketika ia berbicara dengan senyuman dingin.     

"Penyihir kecil, duduklah. Bersikap lancang di depan publik, di mana kesopananmu? Sesosok orang tua berambut putih di sebelah perempuan berbaju merah itu langsung mengelus janggutnya dengan marah, ketika ia melihat tingkah dan kata - kata perempuan itu.     

Perempuan berbaju merah itu, tanpa basa - basi, memutar matanya di depan orang tua yang memiliki kedudukan tinggi di Akademi Jia Nan itu, saat ia mengelak dengan dingin, "Untungnya kau masih seorang wakil kepala sekolah dari Akademi Luar. Jika keputusannya tergantung kepadaku, aku pasti sudah mengeluarkan Xiao Yan itu dari akademi. Dua tahun menghilang; Hmm... Betapa congkaknya dia."     

"Tidak ada pilihan. Perempuan bernama Xun Er itu terus melindungi pemuda itu." Orang tua itu menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Setelahnya, ia mengutarakan apa yang ada di benaknya, "Namun, jika ia tetap absen tahun ini, aku benar - benar tak punya pilihan lain. Aturan di Akademi Jia Nan tak dapat dilanggar…"     

"Jangan katakan bahwa kau berharap Xiao Yan itu dapat hadir di menit - menit terakhir?" Perempuan muda berbaju merah itu memandang si orang tua, saat mengatakannya.     

"Aku memang sangat berharap demikian…" Orang tua itu menghela nafas. Ia perlahan menutup matanya dan menunggu sandiwara ini berlalu.     

Setelah atmosfer sunyi berlanjut selama dua menit, beberapa percakapan antar penonton terdengar.     

"Oh, si brengsek itu tidak menepati janjinya…" Xiao Yu menghela nafas dan perlahan mengutuk ketika ia melihat wajah penuh rasa kecewa Instruktur Ruo Ling yang duduk di sebelahnya.     

Xun Er menundukkan kepala. Ia menarik lengan Instruktur Ruo Ling sambil berkata, "Instruktur, aku minta maaf…"     

"He he, kau tak perlu menyalahkan dirimu. Hal ini tidak ada sangkut pautnya denganmu." Instruktur Ruo Ling menepuk tangan Xun Er, lalu terpaksa mengeluarkan senyuman untuk menenangkannya, "Tak apa. Sepertinya, aku akan menunggu tiga tahun lagi…"     

"Ayo." Instruktur Ruo Ling berdiri lalu berkata kepada Xiao Yu dan Xun Er. Melihat matanya memerah, Ia tak tampak sebebas dan sesantai seperti ucapan dari mulutnya.     

Sekelompok pria dan wanita dari tingkat tempat duduk yang sama juga menghela nafas penuh kekecewaan, ketika mereka beranjak berdiri, bersiap meninggalkan stadion. Namun, ketika mereka berdiri, tubuh anggun Xun Er seketika tegang. Paras cantiknya tiba - tiba tampak kaget saat ia bergumam, "Ia ada di sini…"     

"Ha? Apa?" Di sampingnya, Xiao Yu dan yang lain kaget, tidak mendengar dengan jelas.     

"Siu!"     

Tepat setelah Xiao Yu melontarkan pertanyaan, suara angin yang keras terdengar di lapangan terbuka itu, menarik pandangan semua orang.     

Saat suara angin kencang itu terdengar, sosok berwarna hitam meluncur dari langit dan seketika menghantam tanah lapang itu. Tanah yang keras itu tiba - tiba retak menjadi debu yang terangkat, lalu menyelimuti area sekitar.     

"Siapa itu?" Melihat bayangan hitam yang telah meluncur itu, pemuda bernama Xue Beng yang membawa tombak itu, langsung berteriak dengan kencang.     

Mata Xun Er melihat dengan seksama ke tempat yang dipenuhi debu itu dan terlihat sebuah kegembiraan tak bisa ia sembunyikan dari wajahnya, "Ia di sini!"     

Ketika mereka mendengar ucapan Xun Er itu, badan anggun Instruktur Ruo Ling, juga Xiao Yu, dan seluruh pengunjung gemetaran. Tatapan mereka seketika menuju ke tanah lapang itu.     

Di depan banyak tatapan itu, suara lembut langkah kaki terdengar dari dalam debu yang beterbangan. Di sebuah tanah lapang yang penuh dengan kesunyian, suara langkah kaki itu seperti terdengar di benak semua pengunjung, membuat jantung mereka berdebar kencang.     

"Bam, bam." Suara lembut itu berangsur - angsur menjadi semakin jelas. Seorang pemuda berjubah hitam yang membawa pedang besar hitam di punggungnya, keluar dari kumpulan debu itu. Beberapa saat kemudian, ia tampak di semua mata pengunjung."     

"Kelas Huang - tingkat kedua, Xiao Yan!"     

Pemuda berjubah hitam itu melangkah ke depan, lalu menatap ke atas. Suaranya yang samar, terdengar seperti petir, ketika terdengar di telinga semua orang yang hadir di situ.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.