Perjuangan Menembus Surga

Tanpa Belas Kasihan



Tanpa Belas Kasihan

0Di hadapan berpasang - pasang mata yang terpaku, debu yang tersebar di seluruh arena perlahan memudar. Kekacauan dan pecahan batu yang terlihat, membuat mereka menghela nafas hingga terdengar seperti suara yang bergelombang.     
0

Pada saat itu, arena keras yang sebelumnya tersusun rapi dengan batuan besar di setiap sisinya, sekarang menjadi sangat berantakan. Sebuah lubang dalam yang besar, terbentuk di tengah reruntuhan. Pecahan batu berserakan di sekitar lubang dalam itu. Dari penampilannya, arena kompetisi itu benar - benar tampak berbeda dari sebelumnya. Tidak ada yang mengira bahwa tabrakan antara Xiao Yan dan kelompok beranggotakan tiga orang Bai Shan itu akan menghasilkan kekuatan menakutkan yang begitu besar.     

"Orang ini… ia memang terlalu kuat di luar batas wajar." Xiao Yu terpaku ketika ia menyaksikan arena kompetisi yang telah berubah menjadi reruntuhan. Beberapa waktu kemudian, ia menghembuskan nafas panjang dan berbicara dengan senyuman kecut. Walaupun ia sudah sangat memperhatikan sepupunya yang memiliki watak unik tersendiri sejak kecil itu, ia tak menyangka bahwa sepupunya itu akan menjadi sekuat ini, sampai - sampai kekuatannya membuat orang merasa malu, hanya setelah tak melihatnya selama dua tahun.     

Di sebelahnya, Instruktur Ruo Ling mengangguk saat ia berpikir sedemikian rupa di benaknya. Ia bergumam perlahan di dalam benaknya. Bagaimana sebenarnya orang itu berlatih selama dua tahun ini? Dahulu, di Kota Wu Tan, Xiao Yan bisa dibilang memiliki talenta yang tak biasa, tetapi saat ia berhadapan dengan Instruktur Ruo Ling dengan segenap kekuatannya, ia nyaris tak bisa menahan dua puluh pukulan melawan Ruo Ling. Namun sekarang, Instruktur Ruo Ling berpikir bahwa ia tak mempunyai kesempatan untuk menang melawan Xiao Yan.     

Di antara banyaknya mata yang memandang ke arah reruntuhan arena, sebuah sosok berwarna hijau melintas secepat kilat ke atas sebuah batu besar. Ia menatap di sekitar reruntuhan, lalu berhenti pada lubang besar itu. Masih terasa ada tiga Qi lemah di sana.     

Debu yang dihasilkan dari lubang yang dalam itu juga berangsur - berangsur berjatuhan. Situasi di lubang itu akhirnya tampak di mata para penonton.     

Di dalam lubang itu, tampak sebuah area yang cukup datar. Tak ada pecahan batu di area itu. Malah, yang tampak adalah sebuah lapisan tebal debu bebatuan. Terlihat jelas di area, dimana energi dari kedua belah pihak bertemu, letusan energi yang menggemparkan itu telah menghancurkan retakan batu hingga menjadi debu. Dari situ, siapapun dapat melihat betapa kuatnya Dou Qi yang sebelumnya diperlihatkan oleh empat orang itu.     

Di lahan kosong dalam lubang itu, ada sosok tiga orang yang menggantung dengan tangan pada tembok batu di belakang mereka. Hanya cara itu yang bisa dilakukan untuk menyokong tubuh mereka sambil bergetar. Saat itu, Bai Shan dan kedua orang lainnya terlihat sangat mengenaskan. Debu menutupi lebih dari setengah wajah mereka dan beberapa bagian di baju mereka compang - camping. Selain itu, wajah ketiganya tampak pucat. Bercak darah terlihat samar di ujung mulut mereka. Nafas mereka terganggu hingga hampir kehilangan kestabilan. Terlihat jelas setelah terbentuknya letusan 'Api Teratai Budha Marah' yang siapapun tak akan berani menangkisnya, Bai Shan dan dua lainnya terluka parah.     

Banyak mata terpaku pada tubuh ketiga orang itu yang tampak menyedihkan. Bahkan keraguan tampak pada mata mereka. Tiga murid teratas yang amat kuat di Akademi Jia Nan, telah dikalahkan oleh seorang pemuda yang baru saja sampai di akademi kurang dari tiga hari yang lalu?     

"Di mana Xiao Yan?" Bai Shan mengusap darah di ujung mulutnya. Ia mengangkat wajahnya dan menatap ke sekitarnya. Warna merah nampak di wajah pucatnya, ketika ia berkata dengan nada serak, "Tampaknya, ia telah terkubur di bawah reruntuhan dari letusan energi tadi. Bertarung satu lawan tiga. Ia memang terlalu sombong, tetapi akhirnya, nasibnya pun menyedihkan."     

Hu Jia dan Wu Hao di sampingnya tak menghiraukannya. Mereka menelan ludah untuk melembabkan tenggorokan kering mereka. Beberapa saat kemudian, Hu Jia menggertakkan giginya lalu berkata, "Sialan. Jika aku tahu tentang hal ini, aku tak akan mendengarkan hasutanmu. Kita benar - benar tak bisa macam - macam terhadap Xiao Yan!"     

"Ia sangat kuat, lebih kuat dari kita!" Wu Hao mengangkat kepalanya. Jubahnya yang penuh darah sudah hampir robek semuanya. Akhirnya, wajah mudanya yang putih terlihat. Wu Hao tak tampak terlalu tampan dan bisa dibilang biasa saja. Namun, aura darah yang dingin, yang sering muncul di matanya akan membuat orang yang melihatnya merasa takut. Saat itu rasa hormat dan ketakutan muncul pertama kali di matanya yang biasanya memancarkan niat membunuh.     

"Lalu, kenapa kalau dia kuat? Dengan menggabungkan kekuatan kita, bahkan jika dia dapat bertahan hidup, pasti dia sudah kehilangan sebuah kaki atau tangan!" Mendengar penjelasan tentang pertarungan Xiao Yan dari ucapan kedua orang itu, alis Bai Shan tampak mengernyit saat ia tertawa dingin.     

"Bam!"     

Bai Shan baru saja bicara ketika sebuah pecahan batu di ujung lubang itu terpental ke atas. Gerakannya membuat semua mata terpana, termasuk mata Bai Shan dan dua orang lainnya yang sedang terengah - engah, sampai mulut mereka terbuka lebar.     

Debu - debu berceceran dari tempat batu yang terpental itu.     

"Ia… ia belum mati! Aku bisa merasakan keberadaan Qi-nya!" Mata Wu Hao menatap dengan serius kumpulan debu itu. Ia menarik nafas panjang ketika ia bicara perlahan.     

Wajah Bai Shan di samping menjadi berkedut dan makin terlihat pucat. Saat itu, tampak jelas di wajah murid bertalenta, yang juga salah satu murid teratas di dalam Akademi Luar Jia Nan itu, bahwa ia mulai takut terhadap pemuda berjubah hitam itu. Tetapi, ia tidak mau mengakuinya di benaknya, terlebih lagi, setelah pertarungan sengit sebelumnya.     

Dari keseriusan yang tampak di mata penonton di stadion, tiba - tiba terdengar suara halus telapak kaki seseorang di atas pecahan batu. Setelah mendengar suara langkah kaki itu, Bai Shan, Hu Jia, dan Wu Hao tak dapat menahan perubahan ekspresi wajah mereka.     

Suara langkah kaki itu makin lama makin mendekat. Mata Bai Shan tak berkedip saat ia mengamati kumpulan debu itu. Beberapa saat kemudian, matanya mengecil. Seorang pemuda berjubah hitam yang bajunya masih bersih, sebersih sebelum ia bertarung, perlahan berjalan keluar dari kumpulan debu itu, lalu muncul di hadapan semua orang.     

Seluruh penonton di stadion seketika hening ketika mereka menatap jubah hitam yang masih terlihat bersih itu, juga wajah santai dari seorang pemuda yang masih tampak sama, seperti saat ia masuk di arena ini.     

Siapa yang mengira bahwa setelah mengalami ledakan energi mengerikan sebelumnya, pemuda ini, bukan hanya kaki atau tangannya tidak terluka seperti yang diharapkan Bai Shan, tetapi juga Qi-nya masih tetap kuat dan tampilan luarnya masih bersih. Jika penampilannya dibandingkan dengan tampilan menyedihkan Bai Shan, Hu Jia, dan Wu Hao, itu seperti surga dan bumi.     

Perbedaan penampilan itu juga menunjukkan siapa pemenang pertandingan kali ini! Sekarang, tak ada satupun orang yang berpikir bahwa Xiao Yan, yang masih mempertahankan penampilan bersihnya setelah pertandingan yang amat dahsyat itu, tak bisa meraih kemenangan di Kompetisi Kualifikasi kali ini!     

Setelah pertandingan besar itu, semakin jelas siapa orang terkuat di Kompetisi Kualifikasi ini.     

"Xiao Yan ge-ge memang telah menjadi kuat. Kekuatan menakutkan Teknik Dou api teratai yang ia perlihatkan sebelumnya, hampir mencapai puncak Teknik Dou tingkat Xuan…" Xun Er, yang sedang berdiri di atas sebuah batu besar, tersenyum dan berbisik kepada dirinya sendiri sebelum ia menatap pemuda berjubah hitam yang sedang berjalan keluar. Tampak sedikit kelegaan dan rasa puas di wajahnya sekarang. Ia tak peduli dengan dirinya yang menjadi fokus dan pusat perhatian dari banyak orang. Tetapi, jika Xiao Yan mampu menampilkan kekuatan yang mengejutkan banyak orang di tempat seperti ini, Xun Er sudah pasti merasa bahagia di benaknya.     

Xiao Yan perlahan berjalan keluar dari kumpulan debu. Ekspresinya tidak berubah ketika ia menatap ketiganya dengan acuh. Saat itu, kekejaman tampak di mata hitamnya!     

Bersamaan dengan itu, Xiao Yan menggerakkan badannya, lalu seketika ia menjadi sesosok bayangan hitam. Dalam sekejap, bayangan itu menciptakan suara angin kencang dan sebuah aura yang menekan udara, ketika ia muncul di depan tiga orang itu, menyebabkan nafas ketiganya menjadi tersendat - sendat.     

Mata Bai Shan menjadi kabur. Seketika ia sadar bahwa Xiao Yan sudah berada di depannya. Matanya bertatapan dengan mata hitam Xiao Yan, saat ia secara kebetulan, melihat kekejaman dan nafsu membunuh di mata itu. Ia segera berteriak lantang. "Xiao Yan, apa yang kau ingin lakukan? Kita sudah…"     

Tetapi, sebelum teriakannya terdengar, sesosok bayangan hitam melintas di matanya. Sebuah rasa sakit luar biasa terasa di perut bagian bawah Bai Shan. Sebuah kekuatan yang besar mendorong tubuhnya sampai terpental ke belakang, lalu menabrak tembok batu. Tiba - tiba, suara retakan tulang terdengar.     

"Xiao Yan, kau…!" Serangan tiba - tiba itu pun membuat Hu Jia dan Wu Hao terkejut. Mereka bergerak dengan cepat. Badan mereka terpental ke belakang, saat mereka berteriak dengan mulut mereka.     

"Bagaimana, apakah tendangan tadi itu mudah ditahan?" Saat Hu Jia hendak segera bangun, bayangan hitam itu mendekat seperti hantu ketika kata - kata itu terucap.     

"Xiao Yan, beraninya kau!" Ucapan dingin itu membuat hati Hu Jia merasa ngeri. Suaranya juga menjadi kencang saat itu. Semenjak ia kecil hingga saat ini, kapankah ia pernah diperlakukan dengan kejam dan terkalahkan seperti ini, terlebih lagi dengan identitas dan latar belakang yang ia miliki?     

Wajah Xiao Yan tampak dingin. Ia tak membalas teriakan lantang Hu Jia. Tanpa keraguan sedikitpun, ia seketika mengayunkan kaki kanannya. Sebuah kekuatan besar yang membawa suara ledakan, mengarah dengan keras ke perut bawah Hu Jia dengan dilihat oleh banyak tatapan kosong. Setelah sebuah suara teredam terdengar, tubuh Hu Jia tiba - tiba bergesekan dengan tanah, membuat bekas berjarak sepuluh meter sebelum ia bertabrakan dengan sebuah batu. Seketika, ia memuntahkan darah dari mulutnya.     

Wu Hao tak mengeluarkan teriakan seperti dua orang sebelumnya saat berhadapan dengan Xiao Yan. Ia menggertakkan giginya, lalu Dou Qi berwarna darah yang masih tersisa sedikit di dalam tubuhnya muncul keluar. Ketika Dou Qi itu dikeluarkan, kecepatan Wu Hao meningkat lumayan banyak.     

Tetapi, bagaimana bisa Wu Hao yang masih terluka parah dibandingkan dengan Xiao Yan dalam hal kecepatan? Sekejap setelah Hu Jia terpental, sebuah hitam samar mengikuti tubuhnya, lalu tampak di belakangnya. Suara yang tak berbeda dari sebelumnya, terdengar dan sebuah hantaman kuat mengenai punggung Wu Hao.     

"Ini adalah balasan untuk Xun Er. Jika kau tidak puas, kau bisa datang menemuiku setiap saat. Dari kalian bertiga, yang hanya kuanggap serius hanyalah kau."     

"Bam!"     

Tubuh Wu Hao, yang terpental ke belakang, seketika terhenti. Kekuatan yang besar yang mengenai punggungnya membuat tubuh Wu Hao condong ke depan, lalu terjatuh. Kemudian, ia menjadi seperti labu yang menggelinding hingga sepuluh kali, sebelum ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk menghentikan badannya yang menggelinding. Ia mengusap bercak darah di ujung mulutnya, lalu mengangkat wajahnya yang pucat dan menatap pemuda berjubah hitam itu. Xiao Yan berhenti mengejarnya, lalu menatapnya dengan acuh. Wu Hao menelan ludah di mulutnya yang bercampur dengan darah. Dalam beberapa tahun belakangan, ini adalah pertama kalinya ia dikalahkan seperti ini oleh seseorang yang berumur sama dengannya.     

Mata Wu Hao menatap serius ke pemuda yang tinggi dan kurus itu, untuk beberapa saat. Kemudian, suara serak muncul dari mulutnya.     

"Puas!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.