Kerajaan Valerian

Rumah Boneka - Bagian 2



Rumah Boneka - Bagian 2

0Katie memalingkan wajahnya ketika dia mengajukan pertanyaan itu. Beberapa bagian dari otaknya mengatakan bahwa di suatu saat pasti pertanyaan itu akan ditanyakan.     
0

"Kau seharusnya tidak mengijinkan seorang pria menciummu," kata-kata nya membuatnya tersinggung.     

Alexander tidak bermaksud untuk mengatakannya seperti itu, tetapi kemarahannya muncul sebelum dia bisa menghalangi kata-kata itu keluar dari mulutnya.     

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu," Alexander meminta maaf untuk mengurangi dampak dari perkataannya, dan Katie menghindari tatapan matanya.     

"Aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Ini baru pertama kalinya terjadi," Katie berbisik dengan pelan. Ini adalah pertama kalinya seorang pria selain keluarganya menunjukan perhatian kepadanya.     

"Aku tahu, sayangku," wajah Alexander menjadi lembut dan dia meletakan tangannya ke pinggang Katie dengan lembut, "Membiarkan seorang pria menciummu dan tidak memberikan teguran akan membuat seseorang berpikir bahwa kau setuju dengan hal itu oleh karena begitulah cara masyarakat berpikir. Atau apakah kau menyukai raja Nicholas?"     

"Aku tidak!," Dia menjawab dengan cepat sambil memandang mata Alexander dan menambahkan, "Aku rasa raja Nicholas hanya bersikap baik kepadaku. Mungkin terlalu sedikit berlebihan."     

"Menjauh dari padanya," dia berkata membuat Katie terkejut.     

"Apa? Mengapa?" keningnya mengerut.     

"Oleh karena aku yang mengatakannya. Dia adalah seorang dengan mulut manis dan kau tidak tahu apa yang diinginkannya."     

"Tetapi dia seorang pria yang baik," Katie berargumentasi dan Alexander menyipitkan matanya.     

"Dan aku bisa menjadi seorang pria yang jahat," Katie merasakan peringatan dalam nada suaranya, "Karena kau berada dalam perlindunganku, aku berharap kau bersikap dan mendengarkan apa yang aku katakan. Jangan membiarkan pria lain menciummu, Katherine. Kami tidak ingin kau jatuh ke tangan yang salah seperti yang sebelumnya, jadi dengarkan kata-kataku."     

Raja Nicholas telah berbuat baik padanya dan dia tahu bahwa pria itu tidak mempunyai maksud yang salah terhadap dirinya. Walaupun raja Alexander menjaganya, tetapi dia tidak mempunyai hak atas siapa yang bisa dia ajak bicara atau tidak.     

"Aku bukan milikmu," ujar Katie dan merasa wajahnya memerah oleh karena malu untuk kedua kalinya malam itu, "Maksudku kau tidak bisa-"     

"Sungguh tidak patuh," dia bergumam sebelum tangannya bergerak dari pinggangnya ke punggungnya dan menarik tubuh Katie mendekat ke tubuhnya, "maukah kau menjadi milikku?"     

"A-apa-tidak, aku tidak bermaksud s-seperti itu," Katie tergagap dan dia tiba-tiba merasa sedikit pusing dan matanya tidak menjadi fokus.     

Apakah pendengarannya salah? Ataukah otaknya yang mulai berhalusinasi tentang hal yang dia tidak berani untuk bayangkan.     

"Tenang. Aku hanya menggodamu," dengan lembut dia menenangkan Katie.     

Dia melihat bahwa Katie bereaksi seperti seekor hewan yang malu. Ketika lagunya selesai, Alexander melepaskan tangannya.     

Setelah berdansa Katie pergi dan berganti pakaian, mengenakan jaket panjang menutupi kaos dan celana panjang yang dipakainya, jaket itu dia pinjam dari sepupunya beberapa waktu yang lalu.     

Sekarang dia berjalan dengan teman-temannya di kota yang didiami manusia dan merasakan suasana kebahagiaan. Itu mengingatkannya pada hari di mana dia merayakan hari Hallow dengan keluarganya. Kota yang didiaminya sebelumnya tidak merayakannya secara berlebihan tetapi tetap saja itu adalah perayaan.     

Sekelompok anak kecil berlarian dengan kostum yang menarik sementara sepasang orang tua mengucapkan 'selamat Hallow'.     

Corey menarik Katie ke dalam sebuah lingkaran sekelompok orang dimana pria, wanita dan anak-anak berdansa dengan riang. Dia tertawa dengan Corey ketika dia mencoba berdansa dengannya tetapi pada arah yang salah. Dorthy dan yang lainnya bergabung dalam lingkaran dansa itu dan berdansa bersama-sama.     

"Sudah cukup bagiku," Katie menjawab ketika seorang gadis kecil mendekati Corey,gadis itu ingin berdansa dengannya.     

Banyak penduduk kota berkumpul di bagian kota ini, yang lain sedang melihat drama panggung kecil dan yang lain tersebar di bagian kota yang lain.     

Katie menepukkan tangannya dengan yang lainnya saat dia berdiri di luar lingkaran dansa, menyoraki teman-temannya. Setelah mereka berjalan-jalan dan berdansa serta makan di rumah seorang kenalan mereka, mereka kembali berjalan ke istana     

Butuh 20 menit bagi mereka untuk berjalan melalui hutan dan 40 menit jaraknya jika mereka melewati jalan raya. Mereka memilih untuk berjalan melalui hutan dan masing-masing memegang lentera.     

"Jika kau tidak berlatih, kau akan mematahkan tanganmu," Ujar Corey membuat Dorthy memutarkan bola matanya.     

"Aku akan baik-baik saja," dia mendesah.     

"Corey benar. Tanah untuk pertarungan bukanlah sesuatu yang mudah," Fay berkata sambil membalikan badannya, "Mengapa kau ingin menambahkan namamu jika kau tidak tahu satupun tentang hal itu?"     

"Aku pikir ini akan menyenangkan," Dorthy bergumam seperti anak kecil yang dimarahi oleh orangtuanya.     

"Dia seorang bodoh," Komentar Cynthia sambil mengecek kukunya.     

Tanah pertarungan adalah tempat di mana mereka bisa melihat petarung yang terbaik. Para bangsawan bertaruh pada mereka, siapa yang akan menang ataupun kalah. Ketika para bangsawan merasa terhibur di satu sisi yang lain mereka yang ikut dalam pertarungan bisa terluka parah ataupun kehilangan nyawa mereka.     

"Tidakkah kita bisa mengeluarkan namanya dari turnamen?" Katie bertanya dan melihat Matilda menggelengkan kepalanya.     

"Sekali kau mendaftar, maka selesai. Tidak ada jalan keluar," Matilda mendengus dan melihat sekeliling, dia merasa bahwa dia mendengarkan sesuatu dari dalam hutan.     

"Terbaik untukmu, Dorth," Katie menggosok tangan temannya untuk memberikan dukungan.     

Hutan dipenuhi dengan suara jangkrik diikuti dengan suara langkah kaki mereka saat mereka mengobrol. Dari kejauhan mereka mendengar suara lolongan serigala membuat mereka saling berpandangan dan angin mulai berhembus memberikan suasana ngeri.     

Matilda menaikan lenteranya sambil melihat arah dari mana mereka datang.     

"Kita seharusnya lewat jalan utama," Fay bicara di bawah nafasnya.     

"Lihat, seharusnya ada sebuah keluarga yang hidup di sana. Jika sesuatu terjadi kita bisa meminta pertolongan mereka," Corey berkata sambil menunjuk ke arah sebuah rumah.     

"Mereka pastinya merayakan Hallow tanpa cahaya," Katie berkata sambil melihat ke rumah gelap itu. Tidak ada tanda seorangpun berada di rumah , rumah itu sunyi selain suara mereka.     

"Bisakah kita meminta air?" Chyntia bertanya, dia keletihan.     

"Aku juga haus," Dorthy berkata sambil meregangkan tangannya.     

Tiba di depan rumah, Katie melangkah maju untuk melihat retakan di jendela dan jaring laba-laba tergantung di depan pintu rumah. Mereka mengetuk pintu dan terkejut menemukan bahwa pintu rumah itu telah terbuka.     

"Hallo, apakah ada orang di sini? Kami ingin meminta segelas air," Corey bertanya yang dijawab dengan kesunyian, "Hallo?" Corey memanggil sekali lagi.     

"Aku tidak yakin ada orang yang tinggal di sini," Katie menjawab     

Keingintahuan dari pemikiran muda mereka menuntun mereka ke dalam rumah. Seluruh rumah itu ditutupi dengan jaring laba-laba dan tidak ada seorangpun yang berada di dalam.     

"Mengapa rumah ini belum dihancurkan jika tidak ada yang tinggal di sini lagi," Matilda berkata sambil berjalan mengitari sebuah meja dan mengusapkan jarinya di meja dan mendapati debu di jarinya.     

"Apa kau pikir rumah ini berhantu?" Fay bertanya kepada Cynthia sementara dia menyelidiki sebuah tongkat yang berada di ruang tamu.     

"Jangan menakutiku karena saat ini aku sudah ketakutan," Jawab Cynthia saat dia berdiri di depan pintu, dia menolak untuk masuk .     

Ketika mereka berjalan mengelilingi rumah, Dorthy dan Matilda berjalan menyusuri tangga ke lantai atas sementara yang lain tetap di lantai bawah. Banyak benda di rumah itu dan tidak terlihat seperti rumah orang biasa. Katie bertanya-tanya mengapa rumah itu ditinggalkan begitu saja.     

Dia berjalan memasuki ruangan lain dengan lentera di tangannya. Itu adalah sebuah ruangan besar dengan sebuah jendela yang ada di sisi ruangan; ruangan itu kelihatannya lebih baik daripada ruang tamu dan dapur.     

Menggerakan lenteranya, jantungnya berdebar dengan kuat ketika melihat seseorang duduk di lantai. Setelah melihat lebih dekat dia menyadari bahwa itu adalah sebuah boneka berukuran besar dan dia menghembuskan nafas dengan lega. Ada boneka lain yang terletak di lantai, beberapa menutup mata dan yang lainnya terbuka. Mereka terlihat aneh seolah-olah jiwa boneka itu diambil dari mereka, tidak berarti boneka mempunya jiwa. Tetapi, mereka benar-benar cantik dibandingkan dengan yang lain.     

Dia mendengar suara Dorthy dan Corey mendekat di ruangan di mana dia melihat mata para boneka.     

"Wow, mereka benar-benar cantik. Pemiliknya pastilah senang dengan boneka," dia mendengar suara Dorthy di belakangnya.     

Corey membungkuk untuk menyentuh salah satu rambut boneka, "Apakah ini terbuat dari rambut kuda?" mengerutkan alisnya.     

"Mungkin saja," Katie menjawab.     

"Bukankah kita telah cukup menyelidiki tempat ini?" mereka mendengar Cynthia menjadi tidak sabar.     

Dan akhirnya mereka keluar dari ruangan itu untuk menemui teman-teman mereka yang sudah menunggu.     

Ketika mereka berjalan menjauh, Katie menatap rumah itu untuk terakhir kalinya dan menyadari bahwa sebuah jendela bergerak sendiri.     

"Apa yang terjadi?" Dia mendengar Matilda bertanya dan dia menggelengkan kepalanya.     

"Tidak ada," dan mereka berjalan keluar dari hutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.