Kultivator Perempuan

Tidak Menyesal



Tidak Menyesal

0Jika perempuan itu adalah perempuan yang sama dalam dugaan Mo Tiange, tentu saja ia keterlaluan.     
0

Mo Tiange mengangkat pandangannya dan melihat bahwa Lord Daois Jinghe, yang masih menyeringai beberapa saat yang lalu, telah memasang ekspresi acuh tak acuh. "Biarkan dia masuk."     

"Grandmaster ..." Meskipun tercengang sesaat, Weiyu segera kembali tenang dan menjawab, "Ya."     

Seharusnya, Mo Tiange tahu ia harus berpamitan pada gurunya sekarang. Namun, ia benar-benar ingin menonton pertunjukan ini, jadi ia menebalkan kulitnya dan tetap tinggal walaupun sang guru menatapnya tajam.     

Karena Mo Tiange tidak mengacuhkan tatapannya , Lord Daois Jinghe terlalu malas untuk memedulikannya.     

Tidak lama setelah Weiyu keluar, mereka melihat perempuan itu bergegas memasuki aula. Saat melihat Lord Daois Jinghe, ujung matanya langsung memerah dan ia segera berlari ke arah Lord Daois Jinghe sambil menangis terisak. "Grandmaster!"     

Begitu berada di dekat Lord Daois Jinghe, ia berlutut dan meraih lengan baju beliau. Ia kemudian menatap sang guru dengan mata berkaca-kaca. "Grandmaster, aku ..."     

Mo Tiange dapat melihat bahwa meskipun Lord Daois Jinghe awalnya menatapnya dengan ekspresi dingin, ekspresinya perlahan melunak ketika perempuan itu berlutut di depannya dan menangis. Pada akhirnya, ia menghela napas tak berdaya lalu menariknya dengan lembut. "Mingzhu, setelah bertahun-tahun, apa kau telah menyadari kesalahanmu?"     

Mingzhu menyeka air matanya dan berkata sambil terisak. "Grandmaster, aku tahu aku salah ... aku benar-benar merindukanmu. Aku benar-benar menyesalinya ..."     

"Baguslah jika kau tahu bahwa kau salah." Lord Daois membiarkannya duduk di sebelahnya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Katakan padaku, apa kesalahanmu?"     

"Aku ..." Perempuan itu sekali lagi menyeka air matanya dan berkata, "Aku seharusnya tidak menyerang rekan sesama murid ..."     

"Dan?"     

Ia menggigit bibirnya. "Aku seharusnya tidak melarang orang lain untuk mendekati saudara martial senior. Aku juga seharusnya tidak menyembunyikan pikiran yang tidak pantas di hatiku ... Grandmaster, aku benar-benar menyadari kesalahanku. Tolong jangan memaksaku untuk tinggal di luar sendirian lagi, oke?"     

Saudara martial senior? Mo Tiange mengangkat alis. Apa yang dikatakan Fengxue pasti benar. Baik dari tingkat kultivasi ataupun senioritas, bukankah seharusnya ia memanggilnya paman martial?     

Ekspresi Lord Daois Jinghe menjadi lebih lembut. Ia berkata dengan sungguh-sungguh, "Kita para kultivator harus memahami prinsip 'hati bisa bergerak sesuka hati, namun pikiran harus tetap tenang dan jernih.' Bukannya kita tidak seharusnya merasakan kekaguman di hati kita ataupun harus mengenyahkan pikiran tentang cinta. Namun, kita tidak boleh terobsesi dengan hal itu. Kita tidak boleh memasuki penghalang iblis karenanya. Kau mengerti?"     

Perempuan itu menundukkan kepala, kemudian mengangguk sambil tetap terisak.     

Lord Daois Jinghe awalnya masih ingin mengatakan sesuatu, namun setelah melihat penampilan perempuan di hadapannya, ia akhirnya menggelengkan kepala dan berkata, "Semua murid dipanggil kali ini, jadi kau memang harus kembali sehingga aku tidak akan menganggapnya sebagai kepergian tanpa izin. Kembalilah ke Gedung Zhili terlebih dahulu, semua masih sama seperti saat kau meninggalkannya."     

Mo Tiange melihat wajah yang masih meneteskan air mata itu tiba-tiba menunjukkan ekspresi gembira. Namun, ketika mendongak, ia sedikit mengurangi emosi di wajahnya. "Grandmaster, kau masih sangat baik padaku ..."     

Lord Daois Jinghe membelai kepalanya. Ekspresinya dipenuhi dengan nostalgia dan kesedihan. "Kau adalah anak yang kubesarkan... Baiklah, pergi dan istirahatlah. Setelah masalah ini selesai, kau bisa kembali ke kediaman Yungang yang lain."     

Perempuan itu tertegun dan berkata, "Grandmaster, aku ingin kembali ke ..."     

Lord Daois Jinghe tersenyum tipis, namun tidak ada ekspresi lain di wajahnya. "Pergilah beristirahat. Kau pasti lelah setelah bergegas kembali menempuh perjalanan yang begitu panjang. Jika kau masih ingin membicarakan sesuatu, kita akan membicarakannya nanti."     

Ekspresi wajah perempuan tersebut berubah. Ia membuka mulutnya, terlihat ingin mengatakan sesuatu. Pada akhirnya, ia membatalkan niatnya, berdiri, dan membungkuk. "Kalau begitu, Grandmaster, aku akan kembali dulu."     

Lord Daois Jinghe mengangguk lalu menutup mata, tampak seolah-olah mulai bermeditasi.     

Perempuan itu tidak punya pilihan lain. Ia hanya menggertakkan gigi dan pergi dengan enggan.     

Ketika melihat perempuan tersebut sekilas menatapnya dengan ekspresi merendahkan dan iri, Mo Tiange hanya mengambil cangkir teh di atas meja dan meneguk tanpa ekspresi.      

Hanya setelah suara langkah kakinya tidak lagi terdengar dan aula menjadi sunyi, Lord Daois Jinghe akhirnya membuka mata dan melihat ke arah perempuan itu pergi. Matanya dipenuhi dengan kesedihan.     

Ini adalah kali pertama Mo Tiange melihat gurunya yang tidak bermoral memerlihatkan ekspresi sedih. Untuk sesaat, ia tiba-tiba merasa iri dengan perempuan yang baru saja pergi. Meskipun tidak pernah berpura-pura di depannya dan bahkan membiarkannya bersikap nakal, gurunya tidak pernah memandangnya dengan tatapan demikian. Tatapan seolah melihat anak yang berharga.     

Ia tahu bahwa tidak peduli seberapa baik gurunya memperlakukannya, tempatnya di hati gurunya kemungkinan besar tidak bisa dibandingkan dengan perempuan itu.     

Setelah menyadari pikirannya, Mo Tiange hanya dapat tertawa, mengejek dirinya sendiri. Ia baru saja merasa cemburu karena Zhenji dua hari yang lalu, dan sekarang, ia merasa cemburu karena gurunya. Apa yang terjadi padanya? Selain fakta bahwa ia tidak boleh terobsesi dengan masalah ini, atas dasar apa ia ingin Zhenji dan gurunya memperlakukannya lebih baik daripada sebelumnya? Orang yang mengajari Zhenji selama dua puluh tahun terakhir bukan dirinya, dan ia juga bukan anak yang dibesarkan oleh gurunya.     

"Tiange," panggil Lord Daois Jinghe tiba-tiba.     

Mo Tiange membutuhkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran sebelum mendongak. "Guru."     

"Apakah kau tahu siapa dia?"     

Mo Tiange sedikit mengerutkan alisnya. "Kurasa ... dia adalah putri Saudara Martial Senior Qingyuan."     

"Benar." Lord Daois Jinghe, yang sama sekali tidak terkejut bahwa muridnya menebak dengan benar, bersandar di sofa naganya sambil menatap ke kejauhan. "Masalah ini terjadi lebih dari seratus tahun yang lalu. Saat itu, aku baru saja memasuki tingkat tengah alam Nascent Soul, dan aku dengan sepenuh hati ingin berjalan lebih jauh pada jalan menuju keabadian. Jadi, aku sering pergi mencari peluang takdir. Karena itu, para muridku juga sering menghentikan kultivasi mereka dan bepergian untukku."     

"Meskipun Qingyuan adalah muridku, bakatnya tidak terlalu baik. Aku merasa kasihan padanya saat melihat ketekunannya dalam berkultivasi, jadi aku menerimanya sebagai muridku meskipun bakatnya biasa saja. Anak itu memiliki hati yang tulus. Dia selalu merasa bahwa keberhasilannya dalam membentuk Gold Core adalah karena bimbinganku, jadi dia sangat menghormatiku. Ketika menangani masalah untukku, dia selalu melakukan yang terbaik."     

"... Suatu ketika, saat Qingyuan keluar, dia secara kebetulan menemukan pohon Tieli yang berumur sepuluh ribu tahun. Dia tahu aku menginginkan buah Tieli, jadi dia ingin memetiknya. Ternyata... Pohon Tieli ini dijaga oleh binatang iblis tingkat delapan ..." Saat itu, Lord Daois Jinghe memejamkan mata. "Ketika melihat cahaya kehidupannya padam, aku pergi jauh-jauh ke sana untuk mencarinya dan akhirnya aku menemukan bahwa dia benar-benar mati tanpa meninggalkan satu tulang pun."     

Mo Tiange tertegun. Binatang iblis tingkat kedelapan setara dengan kultivator Nascent Soul tahap awal, sementara saudara martial senior itu hanya seorang kultivator Core Formation. Bagaimana mungkin ia bisa mengalahkan binatang tersebut? Tidak heran gurunya memiliki toleransi terhadap cucu muridnya yang sombong. Jadi, ayahnya mati demi sang guru.     

"Guru ..." katanya lembut, "Kenapa kau mengatakan semua ini padaku ..."     

Senyum getir muncul di wajah Lord Daois Jinghe. "Apa kau pikir aku tidak tahu temperamen seperti apa yang dimiliki Mingzhu? Dia kehilangan ayahnya ketika masih anak-anak karenaku, namun aku gagal membesarkannya. Kembali melihat situasi ini secara menyeluruh, akulah yang berhutang padanya. Setelah memutuskan untuk merawatnya, aku terlalu memanjakannya, sehingga membentuk kepribadian sombongnya. Meskipun tahu betul dia melakukan beberapa hal yang salah, aku tidak pernah bisa bersikap tegas padanya sampai dia menyerang rekan muridnya dengan hebat ... "     

Mo Tiange pernah mendengar tentangnya dari Luo Fengxue. Wei Jiasi terluka parah karena perempuan itu hanya karena Wei Jiasi menerima tugas untuk membantu senior Shoujing.     

"Anak yang dilukainya adalah murid Xuanyin yang juga murid buyutku. Tidak peduli betapa besar aku menyayangi Mingzhu, aku tidak boleh terlalu memihak. Aku harus menghukum Mingzhu dan dengan kejam membuat beberapa aturan untuknya. Namun, anak itu telah lama dimanjakan. Dia tidak berubah menjadi semakin baik, malah menjadi lebih buruk dari sebelumnya, sama sekali tidak menyesali perbuatannya... Aku sangat kecewa. Dalam amarahku, aku membuangnya ke kediaman yang ribuan mil jauhnya dari sini... Tanpa surat panggilan, dia tidak boleh kembali ke gunung."     

Mo Tiange mendengarkannya diam-diam selama beberapa waktu kemudian bertanya, "Guru, apa kau memintaku untuk sedikit toleran padanya?"     

Lord Daois Jinghe menatapnya lalu berkata sambil menghela napas. "Kau gadis yang cerdas, mungkin, kau sudah melihat niatku dengan jelas. Enam puluh tahun telah berlalu sejak aku mengirimnya ke kediaman yang jauh itu. Anak itu pasti mengalami kesulitan. Namun, penampilannya sekarang ... bagian mana darinya yang terlihat menyesali tindakannya? Enam puluh tahun... murid penjaga pintu, pelayanku, semuanya telah berganti. Bagaimana mungkin mereka mengenalinya? Dia kembali, namun bukannya membiarkan seseorang untuk melapor padaku, dia bersikap sewenang-wenang pada orang lain ... "     

Mo Tiange dengan hati-hati merenungkan masalah tersebut di dalam hatinya. Umur keponakan martial ini seharusnya sekitar seratus enam puluh hingga seratus tujuh puluh tahun, kan? Sikapnya memang sangat kurang ajar. Meskipun gurunya memperlakukannya dengan lembut, sikapnya juga sedikit asing. Selain itu, Mo Tiange, paman martial-nya berada di sana, namun gurunya tidak memerintahkan perempuan itu untuk memberi salam padanya. Gurunya jelas tidak berniat membiarkannya kembali.     

Saat pikirannya mencapai titik ini, Mo Tiange merasa bahwa ia telah cemburu tanpa alasan.     

"Aku mengerti. Dia hanya akan tinggal di sini sebentar, jadi jika dia melakukan sesuatu yang keterlaluan, aku akan mengabaikannya."     

"Ya." Lord Daois Jinghe merasa sedikit lega. "Dia adalah seorang anak yang dibesarkan secara pribadi oleh Guru. Bahkan, Saudara Martial Senior Shoujingmu kalah darinya dalam hal ini. Bagaimana mungkin aku tidak merasa sakit melihatnya kembali seperti ini? Awalnya, aku menduga dia akan menyadari kesalahannya setelah enam puluh tahun dan membiarkannya kembali, tetapi dia sendiri yang melewatkan kesempatan. Sikapnya masih sombong. Tidak ada sedikitpun kemajuan dalam kultivasinya, dan dia bahkan belajar membohongiku! Mempertimbangkan ayahnya, aku tidak akan pelit untuk memberikannya pil obat dan senjata sihir. Tetapi, untuk Gunung Taikang, dia tidak perlu berpikir untuk kembali lagi!"     

Ketika Mo Tiange melihat wajah gurunya yang selalu tersenyum dan jarang serius menunjukkan ekspresi yang tidak berperasaan seperti ini, ia sadar bahwa gurunya benar-benar marah. perempuan itu... benar-benar bodoh! Dia menangis di depan guru, namun tidak dapat sepenuhnya menyembunyikan ekspresinya. Bagaimana mungkin seorang kultivator Nascent Soul yang tangguh dapat ditipu dengan mudah? Orang yang yakin bahwa mereka pintar seperti perempuan ini jauh lebih menakutkan daripada orang bodoh biasa.     

"Guru, jangan terlalu sedih. Masalah ini.. sebenarnya bukan salahmu. Dia dan Saudara Martial Senior Shoujing tumbuh bersama, tetapi bukankah Saudara Martial Senior Shoujing tumbuh dengan baik? Entah itu adalah jalan menuju keabadian atau jalan dalam kehidupan, keduanya mengharuskan kita untuk melaluinya sendiri. Jika kita sendiri tidak dapat memperbaiki diri, apa yang bisa dilakukan orang lain tentang hal itu?"     

Lord Daois Jinghe menggelengkan kepala. Bagaimana mungkin ia tidak menyadari bahwa Mo Tiange hanya mencoba menghiburnya? "Mengajari seorang murid harus dilakukan sesuai dengan bakat mereka. Poin ini... Guru memang gagal memahami bagaimana mengajari seorang anak. Aku selalu merasa tidak apa-apa untuk sedikit memanjakannya karena dia seorang gadis. Karena itu, dia selalu mengulangi kesalahan. Lupakan, lupakan. Aku sudah memberinya kesempatan, tetapi dia sama sekali tidak menyesal dan bahkan belajar membohongiku. Jadi, aku akan membiarkannya tinggal di kediaman terpisah sepanjang hidupnya. Aku hanya akan membiarkannya kembali saat dia berubah."     

Meskipun Lord Daois Jinghe berkata demikian, Mo Tiange tahu beliau sudah menyerah. Ia benar-benar tidak tahu apakah ia harus merasa cemburu atau simpatik pada perempuan itu. Gurunya berbicara panjang lebar karena berharap Mo Tiange bisa sedikit bersabar menghadapinya. Jelas beliau masih sangat mencintainya di dalam hati. Namun, perkataannya juga menyiratkan bahwa beliau akan membuat perempuan itu menghabiskan hidupnya di kediaman terpisah. Ia bahkan terlalu malas untuk membicarakan kesalahan yang dilakukannya.     

Jika seorang anak kesayangan terus menolak untuk berubah, hati seseorang yang penuh kasih perlahan-lahan akan menjadi dingin. Gurunya dengan kejam membiarkannya pergi ke kediaman terpisah untuk merenungkan kesalahannya. Setelah berpisah selama enam puluh tahun, ia awalnya berharap perempuan itu bisa sedikit berubah, namun hasilnya seperti ini. Bagaimana mungkin ia tidak kecewa? Mo Tiange berpikir bahwa jika ia berada di posisi gurunya, ia mungkin sudah lama menolak untuk bertemu, tidak seperti gurunya yang masih memperlakukannya dengan lembut.     

Gurunya tidak pernah terlihat seserius ini, namun beliau benar-benar menjadi sangat sedih karena perempuan tersebut. Beliau jelas sangat menyayanginya di masa lalu, namun perempuan itu sama sekali tidak tahu cara bersyukur dengan keberuntungannya. Dia... memang tidak bisa dikasihani sedikitpun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.