Kultivator Perempuan

Membunuh



Membunuh

0Mo Tiange mengguncang lengan bajunya, menjatuhkan beberapa benda ke tanah. Ia kemudian mengambil beberapa Restorative Panaceas dan memasukkannya ke dalam mulut.     
0

Ketika ia selesai, beberapa siluet sudah muncul di balik kabut beracun.     

Jubah ungu.     

Dengan segera, Mo Tiange mencengkeram Pedang Green-Wood-nya. Di sisinya, Murong Zi masih berjuang menahan rasa sakit dan mencoba berdiri.     

Terdapat tiga kultivator Aura Refining lapisan kesepuluh yang dipimpin oleh seorang kultivator paruh baya, disusul oleh seorang pemuda berusia awal dua puluhan dan seorang pria tua yang tampaknya berusia sekitar lima puluh hingga enam puluh tahun. Usia mereka hampir membentuk tiga generasi; tua, menengah, dan muda.     

Ketiganya tampak sulit untuk ditangani. Karena kultivator paruh baya tersebut adalah pemimpin mereka, ia mungkin adalah orang dengan status tertinggi atau yang paling berbakat di antara ketiganya. Sedangkan untuk pria termuda, mengingat ia sudah bisa mencapai lapisan kesepuluh meskipun usianya masih muda, ia pastinya adalah seseorang dengan bakat dan keterampilan. Orang tua itu tidak perlu dipikirkan lebih jauh lagi - sebagai seseorang dengan banyak pengalaman, ia pasti merupakan yang paling licik di antara mereka.     

Mo Tiange dan Murong Zi saling melirik; keduanya tersenyum masam. Mereka baru saja melalui pertarungan yang sulit, namun mereka secara tak terduga bertemu dengan kelompok semacam ini.     

Tiga orang berhenti tidak terlalu jauh dan mulai dengan hati-hati memperhatikan mereka.     

Mo Tiange dan Murong Zi berpura-pura tenang dan memegang pedang masing-masing di tangan.     

Setelah beberapa saat, si pemuda akhirnya kehilangan kesabaran dan bertanya, "Saudara Martial Senior, apa yang kita tunggu?"     

Pria tua di sampingnya mengerutkan kening kemudian berkata dengan tenang, "Hati-hati."     

Mereka melihat bangkai Buaya Bergigi Besi. Meskipun sudah mati, dilihat dari aura luar biasa yang dipancarkan, binatang tersebut jelas bukan binatang iblis tingkat satu. Ini membuat mereka sangat ragu. Fakta bahwa dua orang kultivator Aura Refining dapat membunuh binatang iblis tingkat dua menunjukkan bahwa mereka pasti memiliki keterampilan yang luar biasa.     

Namun, orang-orang dalam kelompok mereka juga bukan orang yang bisa dianggap enteng. Mereka tidak mau membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja. Setelah apa yang terjadi, bangkai binatang iblis tingkat dua pasti bisa membuat mereka mendapatkan Pil Foundation-Building!     

Berhati-hati, penuh perhitungan, dan fanatik – ekspresi tersebut muncul di wajah ketiganya. Mereka takut lawan mereka terlalu kuat dan akan mengalahkan mereka, tetapi mereka juga tidak mau membiarkan hadiah luar biasa ini hilang begitu saja. Bangkai binatang tingkat dua bisa digunakan untuk membuat alat spiritual dan bahkan untuk menyempurnakan alat sihir yang digunakan para kultivator Foundation Building. Bangkai hewan memang sebuah hadiah yang sangat mewah.     

Karena tidak sabar lagi, si pemuda akhirnya berteriak, "Saudara Martial Senior, untuk apa kita ragu-ragu?! Apakah kita benar-benar akan membiarkan mereka pergi dan tidak mendapatkan apa-apa?!"     

Lelaki tua membalas, "Kedua orang ini tidak mudah dihadapi. Kita tidak bisa bertindak sembarangan."     

Pada akhirnya, keduanya secara bersamaan mengalihkan pandangan mereka ke kultivator paruh baya yang berdiri di antara mereka.     

Untuk sesaat, kultivator paruh baya tersebut tidak yakin. Membunuh? Dia tidak yakin bagaimana hasilnya nanti. Membiarkan mereka pergi? Dia tidak mau. Terlebih lagi, dua orang di depannya menatapnya dengan tenang dan terlihat tidak panik; seolah-olah mereka tidak peduli apa yang akan dilakukan kelompoknya.     

Faktanya, Mo Tiange dan Murong Zi sama sekali tidak merasa tenang. Meskipun Murong Zi telah menelan Pil Small Reversion, luka-lukanya tidak akan sembuh secepat itu. Bertarung berulang kali dalam kondisi terluka juga sangat membahayakan meridiannya. Ia mampu mempertahankan ekspresi tenang semata-mata karena memiliki sifat yang tegas dan bertekad kuat.     

Sikap mereka benar-benar menipu lawan. Setelah berjuang untuk waktu yang lama, kultivator paruh baya dengan enggan berkata, "Ayo pergi ke tempat lain."     

Begitu ketiga orang tersebut berbalik untuk pergi, Mo Tiange dan Murong Zi diam-diam menghela napas lega. Sejujurnya, mereka tidak punya energi lagi untuk melawan orang-orang itu.     

Namun, ketiga kultivator berjubah ungu berhenti. Kultivator paruh baya itu mencibir, "Kita hampir saja dibodohi oleh mereka. Membunuh binatang iblis tingkat dua... bahkan jika mereka tidak terluka, berapa banyak aura spiritual yang tersisa dalam tubuh mereka?"     

Tepat setelah ia mengakhiri kalimatnya, ketiga orang tersebut berbalik dan berpencar di tiga arah untuk mengepung Mo Tiange dan Murong Zi.     

Mo Tiange segera menempelkan jimat defensif di tubuhnya dan melepaskan Pedang Green-Wood. Murong Zi merespons dengan sama cepatnya. Ia tidak memiliki jimat yang tersisa, tetapi masih memiliki alat spiritual. Pedang terbang yang mengandung esensi besi melaju sangat cepat. Dalam sekejap, pedang itu terbang menuju lawannya.     

Mereka berdua berusaha untuk menang dengan melakukan serangan pertama. Lawan mereka benar-benar terperangah. Saat melihat dua pedang terbang menyerang mereka, pemuda itu sedikit terkejut. Berdasarkan kecepatan, pedang mereka jelas bukan senjata biasa, jadi ia tidak punya pilihan lain selain menghindar.     

Mo Tiange diam-diam mengubah arah serangannya. Segenggam benih Fire Thorn terlempar, untuk sementara waktu menjebak si pemuda.     

Ia ingin memberitahu Murong Zi untuk bekerja sama dan melawan orang tua itu terlebih dahulu ketika ia tiba-tiba mendengar erangan. Begitu berbalik ke asal suara, ia menemukan Murong Zi sedang memegangi dadanya dan memuntahkan banyak darah sementara pedangnya terbang dengan goyah di udara, seolah-olah akan jatuh. Ia berteriak ketakutan, "Saudara Martial Senior Murong!"     

Ketiga lawan mereka sangat gembira. Pemuda itu terperangkap dan untuk sementara tidak bisa bergerak, tetapi pria tua dan paruh baya saling melirik kemudian secara bersamaan mulai bergerak maju untuk menyerang mereka.     

Kultivator paruh baya mengeluarkan alat spiritual yang paling umum di dunia kultivasi - pedang terbang. Namun, si lelaki tua justru mengeluarkan cermin.     

Mo Tiange buru-buru memanggil Pedang Green-Wood, tapi hanya berhasil menghalangi cermin. Murong Zi menghindari pedang terbang yang menyerangnya dengan susah payah. Namun, pedang terbang melukai pundaknya, membuat noda darah muncul di jubahnya.     

Kultivator paruh baya tentu saja tidak akan membiarkan kesempatan ini pergi. Ia bergerak dengan cepat untuk mengambil pedang terbangnya kemudian langsung menikam Murong Zi.     

Mo Tiange ingin membantu, tetapi ia benar-benar kesulitan menghadapi cermin pria tua. Tepat setelah memblokirnya, cermin itu terbang kembali ke tangan pria tua. Pria tersebut kemudian mengarahkan cermin pada dirinya. Tiba-tiba, seberkas sinar keemasan melintas ke arahnya. Meskipun memiliki pelindung, ia tidak ingin mengambil risiko untuk sepenuhnya bergantung padanya dan segera memanggil Pedang Green-Wood demi menangkal sinar emas.     

Pada saat yang sama, kultivator paruh baya mendekati tubuh Murong Zi. Setelah menyadari bahwa Murong Zi tidak memiliki kekuatan sedikitpun untuk balas menyerang, ia tersenyum jahat dan menghunuskan pedang terbang ke arah Murong Zi. Pedang itu menembus tubuhnya. Darah menetes di pedang.     

Namun, pada saat yang sama, kultivator paruh baya juga berteriak dengan keras. Ia melepaskan cengkeraman pada pedang terbang dan memegang perutnya.     

Pedang terbang lain telah menusuk punggungnya hingga menembus perutnya. Pedang tersebut adalah pedang terbang Murong Zi yang sangat tajam, yang mengandung besi!     

Ekspresi Mo Tiange berubah. Ia dapat mendengar lawannya berteriak, "Saudara Martial Senior Zhang!"     

Murong Zi telah membawa kultivator paruh baya mati bersamanya, tapi bukannya merasa marah, dua lawan mereka malah terlihat panik. Hanya dalam waktu singkat, salah satu dari mereka terperangkap dan yang lainnya hampir terbunuh.     

Lelaki tua dengan cepat membuat keputusan. Ia menyimpan cermin di tangannya dan melarikan diri. Mungkin, sikap pengecutnya lah yang membuatnya tetap hidup sampai sekarang.     

Alih-alih mengejar, Mo Tiange melemparkan pedangnya ke depan untuk menghabisi kultivator paruh baya lalu berbalik ke arah si pemuda. Ekspresi pemuda tersebut menjadi suram ketika melihat lelaki tua melarikan diri. Ia segera mengayunkan pisau besar di tangannya, memotong Fire Thorns yang menjebaknya, lalu bergegas menyerang Mo Tiange.     

Mo Tiange belum pernah bertemu lawan yang menggunakan alat spiritual untuk memotong tanaman spiritualnya. Tindakannya terlihat seperti seorang prajurit dari dunia sekuler. Jadi, tanggapan Mo Tiange agak lambat. Untungnya, ia memiliki jimat pelindung yang melindungi tubuhnya. Ia mundur sambil menggunakan Pedang Green-Wood, menangkal serangan si pemuda. Sebenarnya, ia ingin membalas, tetapi karena tidak memiliki banyak aura spiritual yang tersisa, ia tidak punya pilihan selain mundur.     

Saat melihat Mo Tiange tidak berani melawan, si pemuda tampak puas dan terus maju.     

Tanpa diduga, Mo Tiange tersenyum. Bendera formasi muncul di tangannya. Cahaya menyilaukan dan suara letupan keras tiba-tiba muncul di sekitar pria tersebut. Piringan formasi dan bendera formasi yang tersembunyi sekarang berdiri tegak.     

Pemuda itu menjadi pucat karena ketakutan. Dalam sekejap, pemandangan mencengangkan muncul di depan matanya. Pasir kuning yang tertiup angin ada di mana-mana seperti gurun di ujung barat.     

Ini adalah formasi yang buru-buru diletakkan Mo Tiange beberapa saat yang lalu. Awalnya, ia tidak yakin dapat menggunakannya. Untungnya, pemuda di hadapannya adalah orang yang impulsif dan dapat dipancing dengan mudah untuk masuk ke dalam formasi. Sekarang setelah memasuki formasi, ia tentu saja berada di bawah belas kasihan Mo Tiange.     

Dengan gerakan tangan Mo Tiange, keadaan di dalam formasi kembali berubah. Mantra Lima Elemen menyerang si pemuda tanpa henti. Pemuda itu mengacungkan pisaunya untuk menghadang mantera, namun serangan menghilang tepat ketika terkena tubuhnya. Setelah menyadari bahwa ini hanyalah ilusi, ia menjadi sangat marah sehingga mulai mengutuk.     

Mo Tiange menelan Restorative Panacea lain sebelum mengeluarkan setumpuk jimat dan menggerakkan Pedang Green-Wood untuk menyerang pemuda yang terperangkap di dalam formasi.     

Si pemuda berpikir serangan yang muncul hanyalah ilusi lainnya, jadi ia tidak mencoba untuk melindungi dirinya sendiri. Serangan itu tepat menghantam tubuhnya dan menghabisi nyawanya.     

Mo Tiange menghela napas lega dan mengambil Pedang Green-Wood. Ketika mengingat keadaan Murong Zi, Mo Tiange buru-buru berlari.     

"Saudara Martial Senior Murong!" saat Mo Tiange membantu Murong Zi bangun dari tanah, ia menyadari bahwa napas pemuda di hadapannya sudah sangat lemah.     

Muring Zi sudah mengalami beberapa luka serius sejak awal. Namun, ketika mereka berdua melawan Buaya Bergigi Besi, mereka harus mengerahkan segala macam upaya untuk membunuhnya. Tepat setelah itu, mereka bertemu tiga lawan, dan ia ditikam di bagian perut. Hidupnya pada dasarnya memang sudah sulit untuk dapat diselamatkan, jadi setelah membunuh kultivator paruh baya, ia tidak bisa bertahan.     

Saat ini, selain aura spiritualnya yang sudah benar-benar habis dan meridiannya rusak parah, dantiannya juga telah ditusuk - ia benar-benar tidak dapat terselamatkan.     

Murong Zi perlahan membuka matanya dan berjuang untuk berbicara. "Saudara... Martial Junior Ye ..."     

Mo Tiange mengangguk, "Aku di sini."     

Murong Zi tiba-tiba memuntahkan darah. Mo Tiange buru-buru menopangnya dan memegang telapak tangannya untuk memindahkan aura spiritual ke dalam tubuhnya.     

Tindakannya sedikit mengurangi rasa sakit pria tersebut. Ia menunjukkan senyum tipis dan berkata dengan lemah, "Aku tahu aku ... sekarat. Tolong bantu ... aku untuk melakukan ... sesuatu."     

Mo Tiange mengangguk, "Saudara Martial Senior Murong, katakan permintaanmu."     

Ia berusaha keras untuk mengeluarkan Tas Qiankun lalu berkata, "Orang yang paling menjanjikan di klan kami ... adalah si mungil Yan. Tolong beri ... binatang buas yang kubunuh ... dan pedang... terbangku ... padanya." Ia menutup matanya sejenak sebelum melanjutkan, "Sisanya, kau dapat ... mengambilnya sebagai kenang-kenangan untukmu." Ia berbicara sambil menggenggam lengan Mo Tiange dengan erat. Darah mengalir tanpa henti dari mulutnya.     

Mo Tiange diam-diam menghela napas ketika mendengarkan pesan terakhirya dan membalas, "Tenang saja, Saudara Martial Senior. Aku pasti akan memberikan semua benda milikmu padanya."     

Murong Zi tersenyum. Matanya dipenuhi dengan keengganan dan kesedihan. Tangannya perlahan mulai kehilangan kekuatan, dan kepalanya terkulai ke samping saat napasnya akhirnya berhenti.     

Mo Tiange terlihat sedikit linglung untuk beberapa saat sebelum ia akhirnya tenang kembali. Meskipun Murong Zi bukan temannya, ia masih merasa sangat sedih. Kematian adalah hal yang dapat terjadi di dunia kultivasi. Dalam sekejap mata, senior yang beberapa saat lalu masih berbicara dengan ceria dan penuh percaya diri meskipun mengalami cedera serius, telah menjadi mayat.     

Gadis itu mengusap wajahnya dengan keras, berusaha menghapus kesedihannya. Ia berdiri dan mulai merapikan tempat. Tidak peduli apa yang terjadi, ia harus tetap hidup. Ia harus membangun pondasinya, membentuk Gold Core, Nascent Soul, dan terus melanjutkan hidupnya.     

Setelah mengumpulkan Tas Qiankun dan senjata dari tiga mayat, ia membakar mereka. Namun, ia mengumpulkan abu Murong Zi dan menaruhnya di kotak batu giok kecil.     

Ia kemudian membersihkan noda darah di tubuhnya sebelum memilah-milah barang-barang dari Tas Qiankun milik ketiga orang tadi.     

Untungnya, kedua murid Sekte Zixia memiliki beberapa pil obat dan jimat karena sebagian besar pil obat dan jimat miliknya hampir habis. Selain itu, mereka juga memiliki beberapa bangkai binatang iblis. Meskipun dua murid Sekte Zixia hanya mendapatkan beberapa bangkai hewan iblis, Murong Zi memiliki lebih dari sepuluh bangkai hewan iblis.     

Setelah merenungkannya sejenak, ia mengumpulkan bangkai binatang iblis dari tas ketiga orang tersebut dan memasukkannya ke dalam Tas Qiankun bersama dengan beberapa alat spiritual milik Murong Zi. Alat spiritual ini tidak berguna baginya. Lagi pula, setelah mengalami beberapa kesulitan dengan Murong Zi dan berteman dengan Murong Yan, jadi ia mungkin akan memberikan semuanya pada Murong Yan ... asalkan wanita itu masih hidup.     

Tak lama kemudian, ia mulai mengurus bangkai Buaya Bergigi Besi. Bangkai tersebut sangat sesuai untuk memurnikan alat spiritual, jadi dapat dikatakan cukup berharga. Saat menyimpan bangkai, ia juga menemukan jarum terbang yang ditinggalkan Murong Zi.     

Jarum terbang berkilauan dan transparan, terlihat seperti tidak berbentuk. Benda tersebut memang bagus untuk serangan diam-diam. Oleh karena itu, ia mengambil dan memasukkannya ke dalam Tas Qiankun miliknya.     

Saat selesai memilah semua benda dan memulihkan aura spiritualnya di dalam formasi, Mo Tiange memutuskan untuk meninggalkan mata air beracun. Karena si pria tua dari Sekte Zixia tadi melarikan diri, orang lain mungkin datang kemari. Akan lebih baik baginya untuk berlindung di tempat lain.     

Ketika menoleh untuk melihat kembali mata air beracun, ia hanya bisa menghela napas. Orang-orang yang masih berbicara dan tersenyum beberapa saat yang lalu sekarang telah menjadi tumpukan abu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.