Penyihir kegelapan di dunia magus

Frostfall



Frostfall

0"Apa... Ada apa ini? Allerie... dia..." Pembunuh bayaran itu melihat ke depan dengan tatapan kosong.     
0

"Benar-benar sebuah mantra yang sangat beracun, apakah ini sebuah sihir tipe kutukan atau sebuah mantra elemen racun?"     

Rogero berjongkok di samping genangan nanah tersebut, ekspresi wajahnya terlihat sangat serius.     

"Begitu aku menemukan sebuah jejak, jejak itu langsung hancur? Pembunuh yang melakukan perbuatan ini adalah orang yang sangat licik dan berdarah dingin... Dia akan menjadi seorang lawan yang layak untuk dihadapi..."     

"Allerie! Allerie!"     

Begitu menyadari apa yang telah terjadi pada saat ini, semua anggota kelompok petualang itu berteriak sedih. Terutama Awar yang berlutut di atas tanah, dan terlihat seperti orang yang mengalami gangguan mental.     

Pembunuh bayaran itu menghela napas ketika melihat pemandangan tersebut. Dia sudah lama mengetahui bahwa Awar memiliki perasaan terhadap Allerie, tetapi penyihir perempuan itu hanya tertarik kepada orang-orang kuat, sehingga membuat Awar merasa sangat sedih.     

Tapi sekarang, keduanya tidak akan pernah bisa bersama-sama lagi.     

"Apakah ini sejenis sihir kutukan beracun yang digunakan oleh suku gurun?" Pembunuh bayaran itu bertanya sambil melihat ke arah pasir yang diatasnya tidak terdapat mayat tersebut, dan dia merinding ketakutan.     

"Kemungkinan besar bukan sihir dari suku gurun, tetapi sihir dari orang yang sudah mengikuti kalian sejak kalian belum memasuki gurun!"     

Rogero menggelengkan kepalanya, dan tombak di tangannya mengeluarkan suara siulan.     

"Ayo pergi! Kita tidak bisa membuang-buang lebih banyak waktu untuk mengurus masalah ini. Peristiwa yang telah diramalkan itu akan segera terjadi... Kita harus mencapai Snowfall Valley sebelum peristiwa tersebut terjadi..."     

"Baik tuanku!"     

Pembunuh bayaran dan yang lainnya tidak merasa keberatan sama sekali, kemudian mereka segera berangkat untuk melakukan perjalanan.     

Hanya tumpukan nanah yang mengeluarkan suara mendesis saja yang masih tersisa, suara desisan seolah sedang mengingatkan seseorang bahwa nanah itu pernah menjadi sebuah sosok hidup berperingkat tinggi yang kini telah binasa.     

...     

"Rogero?"     

Di tempat yang jauh, Leylin berjalan keluar dari balik kegelapan. "Aku pernah mendengar nama ini sebelumnya, dia adalah seorang Legenda yang mengkhususkan diri dalam menggunakan tombak. Karena dia memiliki sebuah reputasi yang tinggi di wilayah barat, aku tidak pernah menyangka bahwa hari ini dia akan berada di sini..."     

"Pertemuan gagak-gagak yang berkoak dan bulan berdarah... Peristiwa itu akan segera terjadi. Aku ingin tahu berapa banyak Profesional yang telah dibutakan dengan keserakahan tetap akan datang ke tempat tersebut..."     

Leylin mengangkat kepalanya dan melihat ke langit sambil bergumam, sebelum akhirnya dia menghilang dari tempat itu.     

Pada saat ini, Leylin sudah tidak membutuhkan sebuah panduan lagi.     

Karena sebenarnya Frostfall Valley adalah tempat suci bagi suku gurun, dan telah mereka lindungi selama beberapa generasi.     

Ketika Leylin muncul kembali, dia sudah memasuki oasis tersebut. Dia memeriksa bekas-bekas kekacauan yang tertinggal di atas tanah dan mengambil mayat dari seorang anggota suku gurun yang tergeletak di tempat itu. Dalam waktu singkat, matanya memancarkan kepingan-kepingan ingatan.     

"Jadi ada di sana..."     

Mantra-mantra yang bisa digunakan untuk mengambil ingatan sudah dianggap langka, tetapi kemampuan untuk mengambil ingatan dari sebuah mayat akan mengguncang dunia.     

Setelah mendapatkan informasi yang dia butuhkan, Leylin menciptakan seekor kalajengking raksasa dari pasir dan melihat ke sebuah arah.     

Kemudian Leylin duduk di binatang tersebut dan dengan gerakan ujung jarinya, kalajengking pasir itu mulai berlari ke arah yang ditunjuk seolah-olah binatang tersebut memiliki nyawa.     

...     

Namun setelah tiba di Frostfall Valley, adegan yang sedang terjadi masih membuat Leylin agak ternganga keheranan.     

Mayat-mayat! Sejauh mata memandang, terlihat mayat-mayat yang memenuhi wilayah tersebut! Banyak anggota suku gurun yang menderita banyak luka di tubuh mereka. Wajah memperlihatkan amarah, dan bahkan rasa takut.     

Sepertinya disana terdapat sisa-sisa dari sebuah kastil, tapi sekarang kastil tersebut telah dihancurkan oleh sebuah kekuatan yang luar biasa dan berubah menjadi puing-puing.     

"Sepertinya ini bukan perbuatan Rogero dan para anak buahnya..."     

Leylin mengelus dagunya, dan melihat ke arah sepasang mayat yang telah mati saat bertarung antara satu sama lain. Wajah prajurit suku gurun tersebut menunjukkan ekspresi jahat ketika dia mengunyah tenggorokan lawannya tersebut. Sementara lawannya itu telah menusukkan sebuah belati ke tengkorak prajurit suku gurun tersebut, dan matanya masih terlihat sembab, seolah-olah dia berniat untuk mengorbankan dirinya sendiri agar bisa membunuh lawannya itu. Namun, ada satu hal yang tidak bisa luput dari mata Leylin.     

"Aura kematian... Apakah ini sejenis sihir necromancy?"     

Leylin mengulurkan tangan dan meraih gas berwarna hitam yang terdapat di atas mayat tersebut.     

"Sepertinya seorang necromancer telah mendatangi tempat ini dan membangkitkan mayat hidup untuk menghancurkan pasukan suku gurun yang berada di sini..."     

Seorang necromancer! Necromancer adalah sebuah cabang penyihir, yang mengkhususkan diri untuk melakukan penelitian pada tubuh fisik dan roh. Setiap hari mereka berurusan dengan mayat dan hidup di dalam kegelapan. Mereka melakukan penelitian pada jiwa-jiwa yang merupakan kegiatan terlarang di Dunia Para Dewa. Meskipun hanya para Arcanist saja yang keberadaannya lebih tidak diinginkan jika dibandingkan dengan mereka, namun kedua jenis penyihir itu masih sama-sama terbuang.      

Namun, seorang necromancer yang benar-benar kuat memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi daripada rekan-rekannya dari peringkat yang sama. Kemampuan mereka dalam memanggil mayat hidup sudah cukup untuk menghancurkan dan memusnahkan kerajaan.     

"Karena bisa menghancurkan suku gurun yang tinggal di tempat ini dengan sebuah pasukan mayat hidup, kemungkinan besar necromancer ini juga merupakan seorang Legenda..."     

Leylin menarik napas dalam-dalam dan mengikuti jejak kehancuran yang mengarah ke dalam lembah.     

Semakin jauh Leylin berjalan, semakin dia bisa melihat sisa-sisa dari sebuah pertempuran yang mengerikan. Sesekali ada sepotong tulang yang tergeletak di atas tanah, sepertinya tulang itu berasal dari kerangka sebuah mayat hidup yang tubuhnya hancur     

Setelah memasuki bagian tengah lembah tersebut, Leylin melihat beberapa sosok.     

Di bagian tengah lembah tersebut terdapat sebuah tanah lapang yang sangat besar, seolah-olah tempat itu merupakan inti dari suku gurun tersebut. Namun sekarang tanah lapang itu dipenuhi dengan tumpukan mayat yang menggunung.     

Beberapa sosok berdiri saling berhadap-hadapan, sepertinya mereka sedang bertarung.     

Rogero dan para anak buahnya berada di dalam tanah lapang tersebut. Leylin bahkan melihat biksu berperingkat Legenda yang membuatnya merasa khawatir!     

Biksu itu memindahkan sesosok mayat ke dalam parit. Mayat itu memiliki tubuh yang lembut dan mata yang jernih seperti air. Matanya menunjukkan keinginannya untuk hidup. Itu adalah mayat pemimpin perempuan suku gurun yang sebelumnya pernah Leylin lihat, tetapi sekarang semua tanda-tanda kehidupannya telah menghilang.     

"Ada orang lain di sini!"     

Kedatangan Leylin memancing perhatian orang-orang yang berada di lembah tersebut. Mereka mengamatinya dengan tatapan waspada di mata mereka.     

Tentu saja Leylin tidak memperlihatkan wujudnya yang sebenarnya, tetapi dia menggunakan wujud Kukulkan. Dia memakai sebuah topeng dan mengenakan jubah berwarna hitam. Penampilannya itu merupakan perwujudan dari iblis.     

Sebuah jejak kekuatan ilahi yang terlihat samar-samar menyelimuti wilayah tersebut untuk mencegah segala macam mantra deteksi dan penyelidikan.     

"Benar-benar sebuah aura iblis yang sangat kuat!"     

Rogero mencengkeram erat-erat tombak yang ada di tangannya ketika samar-samar terlihat percikan petir yang melesat dari ujung senjata tersebut.     

Sedangkan biksu itu berhenti melakukan pekerjaan yang sedang dia lakukan dan melihat ke arah Leylin dengan tatapan tidak ramah.     

"Haha... Aku tidak pernah berpikir kalau dia adalah seseorang dari kelompok kita!"     

Meskipun ada beberapa kelompok orang yang berdiri di lapangan tersebut, tetapi terlihat jelas bahwa mereka terbagi ke dalam dua kubu.     

Biksu, Rogero, dan beberapa prajurit gereja lainnya saling berdekatan, sehingga menunjukkan bahwa mereka membentuk sebuah kelompok tersendiri.     

Sedangkan untuk kubu yang lain, mereka terdiri dari beberapa orang kuat yang datang seorang diri. Sebagian besar dari mereka memilih untuk menyembunyikan penampilan mereka seperti Leylin, dan juga memancarkan sebuah aura iblis.     

Namun berbeda dari kubu lawan yang merupakan aliansi orang baik, orang-orang ini tidak saling mempercayai dan menjaga jarak antara satu sama lain.     

Orang yang sedang berbicara itu adalah seorang wanita dengan rambut berwarna ungu yang membawa sebuah cambuk berkepala ular dengan sembilan cabang. Di belakangnya berdiri beberapa orang kuat yang juga telah membunuh banyak orang.     

"Aku Evida, dan aku menyambutmu temanku. Aku ingin tahu siapa kamu..."     

Mata wanita berambut ungu itu dipenuhi dengan keraguan. Bagaimanapun juga, jumlah orang berperingkat Legenda sangat terbatas, dan seharusnya dia mengenali orang yang baru tiba itu. Namun, aura Leylin pancarkan kepadanya terasa sangat asing, dan berbahaya!     

Hal ini memancing rasa ingin tahu wanita itu.     

"Jika aku bisa membawa orang asing berperingkat Legenda ini ke kubu kita, dewa kita pasti akan memberiku sebuah hadiah yang menakjubkan..."     

Sambil memikirkan hal ini, mata Evida menjadi terlihat lebih genit, dan bahkan kata-katanya terdengar sangat manis, memabukkan dan menggoda.     

Namun, Leylin benar-benar tidak peduli dengan wanita itu. Dia justru memilih untuk berjalan ke sudut dan memancarkan sebuah aura yang tidak ramah.     

"Sialan, apakah dia buta?"     

Evida hanya bisa mengutuk Leylin, dan meragukan penampilannya yang cantik.     

"Yah... Karena sekarang kita saling bermusuhan antara satu sama lain, tidak ada keuntungan yang bisa kita dapatkan!"     

Evida melihat ke arah Leylin dengan tatapan marah dan berdiri untuk berbicara dengan kubu orang baik. "Iblis tengkorak itu telah memasuki bagian yang lebih dalam. Apakah kita harus bertarung di sini dan membiarkannya mengambil semua keuntungan tersebut?"     

Ternyata, meskipun tidak saling mempercayai antara satu sama lain, namun kelompok orang jahat itu masih memiliki keunggulan karena jumlah mereka lebih banyak.     

"Kami berada di sini untuk menangkap iblis tengkorak Illyrio. Kota melayang itu bukan urusan kami!"     

Pemimpin para prajurit gereja itu adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan baju pelindung yang bersinar dan dia membuat pernyataan tersebut dengan suara pelan.     

Bahkan para prajurit gereja harus belajar untuk berkompromi. Jika saat ini mereka mulai meneriakkan kata-kata seperti 'lenyapkan semua iblis'. maka satu-satunya hasil yang bisa mereka dapatkan adalah mereka akan digiling hingga menjadi bubur oleh aliansi orang jahat tersebut.     

"Uhuk... Kami menginginkan barang tertentu dari kota melayang itu!" Kata Rogero.     

"Baiklah! Meskipun ada konflik kepentingan tertentu, tetapi bukan berarti kita tidak bisa membicarakannya! Mengapa kita tidak memasuki kota melayang itu saja, dan mendapatkan barang yang kita inginkan dengan menggunakan kemampuan kita sendiri?" Saran Evida.     

Tampak jelas bahwa tidak ada satupun dari orang-orang ini yang ingin bertindak tanpa mendapatkan sebuah keuntungan yang nyata.     

Ketika dua pihak memiliki kekuatan yang hampir sama, mencapai sebuah kesepakatan adalah sesuatu yang biasa dilakukan.     

Meskipun kubu lawan tidak mengeluarkan sepatah katapun, namun setelah mengubur mayat-mayat itu, diam-diam biksu berperingkat Legenda tersebut berjalan ke bagian lembah yang lebih dalam.     

"Hng!"     

Evida mendengus manis dengan ekspresi wajah yang terlihat puas sambil membawa anak buahnya masuk lebih dalam. Kedua pihak juga mulai memasuki tempat itu. Dengan santai Leylin mengikuti di belakang kelompok tersebut dan kembali berpikir, "Iblis tengkorak? Illyrio? Legenda yang kuat itu? Aku tidak pernah menyangka bahwa dia juga akan berada di sini. Sepertinya dialah yang membuat kastil tadi berubah menjadi puing-puing..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.