Penyihir kegelapan di dunia magus

Melacak



Melacak

0Pada saat ini ekspresi wajah Knight tersebut berubah. Sosoknya yang terlihat mirip dengan sebuah benteng besi itu bergerak maju dan menghantam lantai hingga hancur berkeping-keping.     
0

*Hss!* Sebuah bayangan tipis dengan sebuah mata vertikal berwarna merah darah muncul dari lantai. Bayangan tersebut tampak seperti seekor ular kecil berwarna hitam.     

"Tunggu sebentar! Ini adalah..." Si kepala pelayan menghentikan Knight tersebut dan meletakkan tangannya di lantai dengan ekspresi wajah serius. Ular kecil itu menjulurkan lidahnya dan menjilat jari-jari pria tersebut, kemudian tanpa ragu bergerak menuju telinganya sebelum mengeluarkan suara desisan lembut.     

Ular berwarna hitam itu meledak setelah menyampaikan pesan tersebut dan wajah kepala pelayan itu segera berubah, "Ini buruk! Gereja perlindungan telah menemukan jejak kita, selama ini mereka telah berada di belakang kita!"     

"Lupakan barang bawaannya. Kita harus segera melarikan diri, lewat jendela!" Dalam waktu singkat kepala pelayan itu sudah membuat keputusan. Setelah mengemas barang-barang penting, diam-diam ketiganya meninggalkan bangunan tersebut dan membiarkan sebatang lilin tetap menyala agar ruangan itu tampak seperti ruangan yang masih ditempati.     

'Mereka pergi? Itu bagus. Terlepas dari alasan yang mereka miliki, namun seharusnya pertempuran tidak terjadi di pusat kota, hal semacam itu akan benar-benar mempengaruhi reputasi kita.' Seorang pria berjubah hitam muncul dari jalanan. Seekor ular panjang dan kurus keluar dari lengan baju pria tersebut. Ular itu terlihat seperti ular yang berbicara dengan kepala pelayan yang sebelumnya.     

"Sampaikan berita ini kepada tuan kita, sayang. Para penjaga dari Gereja Helm yang menyebalkan itu juga telah menemukan jejak mereka..."     

Ular berwarna hitam itu bergerak secepat angin dan langsung menghilang ke dalam kegelapan.     

"Hoohoo... Seharusnya kali ini kita membuat mereka menderita dan membuat mereka tahu bahwa Gereja Ular Raksasa tidak mudah terprovokasi." Bayangan berwarna hitam itu tertawa sinis.     

Pada saat ini, sebuah suara sedingin es yang terdengar dari belakang itu membuat bayangan tersebut terkejut, "Jadi kalian berniat untuk menentang kami?"     

Sebuah niat membunuh sedingin es yang menyebar di tempat itu segera diikuti oleh sebilah belati yang menembus dada pria berjubah hitam tersebut.     

"Dasar makhluk tercela, sampah seperti kalian seharusnya berada di dalam Sembilan Neraka dan jurang kegelapan!"     

Ketika pria berjubah hitam itu berbalik, dia melihat ada seorang pencuri yang sedang berdiri di belakangnya dengan ekspresi wajah tanpa perasaan. Ada tatapan merendahkan di mata pencuri tersebut, lambang Dewa Helm yang ada di bajunya terlihat menonjol secara tidak wajar.     

"Hah?" Tepat ketika pencuri itu akan menarik belatinya, tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah, 'Ada yang tidak beres. Perlawanan ini...'     

*Boom!* Pria berjubah hitam itu meledak dan sejumlah besar ular berwarna hitam berhamburan saat ular-ular tersebut dengan cepat menyebarkan di jalanan.     

"Hoohoo... Pembunuh bayaran dari Gereja Helm... Tunggu saja sampai ular-ular kecil kesayanganku melahapmu..." Sebuah suara yang terdengar mirip dengan suara seekor burung hantu bergema dari segala penjuru dan menyebabkan ekspresi wajah pembunuh bayaran itu berubah menjadi suram. Sosok pembunuh bayaran tersebut menghilang dalam kegelapan hanya untuk muncul kembali di hadapan Uskup Morand.     

"Saya gagal, tuanku."     

"Itu bukan kesalahmu." Uskup itu tampak cukup pemaaf, "Gereja Ular Raksasa memilih untuk terlibat dan orang-orang kita telah menemukan jejak-jejak dari keturunan dewa palsu tersebut. Perintah untukmu telah berubah. Atas nama dewa, hilangkan keturunan makhluk setengah dewa jahat itu!"     

"Atas nama dewa!" Semua orang berdoa tanpa mengeluarkan suara, bahkan pembunuh bayaran itu juga ikut berdoa. Semangat tampak memancar dari mata mereka...     

*Whoosh!* Sejumlah besar bayangan berwarna hitam mengelilingi tiga orang yang sedang melarikan diri dari kejaran Gereja Helm.     

"Waaaa!" Suara teriakan seorang pemuda bergema di sepanjang pantai yang sunyi. Sang kepala pelayan telah memutuskan untuk menggunakan rute ini karena bahkan pada hari itu tidak ada orang di tempat ini karena adanya pusaran air yang menakutkan. Tetapi orang-orang dari Gereja Helm masih mengikuti mereka. Hal ini sudah cukup untuk menunjukkan kemampuan gereja tersebut.     

Pada saat pemuda itu terlihat, Knight yang menjadi penjaganya sudah tergeletak di atas tanah dengan tubuh terbelah menjadi dua. Ginjalnya terburai keluar dan ususnya terlihat jelas. Ini adalah sebuah sebuah pemandangan yang pasti akan muncul dalam mimpi buruk pemuda tersebut untuk waktu yang sangat lama... Tentu saja jika dia berhasil selamat.     

Pemuda itu sendiri bisa bertahan hidup karena upaya dari kepala pelayannya yang kini sedang merobek sebuah gulungan sihir pelindung. Namun jika mempertimbangkan pengepungan yang sangat rapat tersebut, sepertinya sihir itu tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi.     

"Penyihir berperingkat tinggi?" Para Knight dari Gereja Helm membuka jalan bagi Uskup Morand yang berjalan tanpa tergesa-gesa.     

Morand memandang wajah kepala pelayan tersebut dengan sedikit belas kasihan dalam tatapan matanya, "Aku tidak menyangka jika gereja kalajengking beracun masih memiliki seorang penyihir berperingkat tinggi. Kamu cukup hebat karena berhasil selamat dari kematian dewa palsu yang kejam itu..."     

Kematian dewa merupakan pukulan fatal bagi gereja manapun. Ini bukan hanya sebuah masalah keyakinan, namun para pendeta gereja tersebut akan menjadi sangat lemah dan langsung kehilangan status mereka. Sebuah tubuh biasa tidak akan mampu menahan rasa sakit yang timbul akibat hilangnya status sebagai pendeta.     

Dengan kata lain, seorang pendeta murni tanpa profesi lain akan menerima pukulan mematikan begitu dewa mereka mati. Hal yang sama juga berlaku untuk para anggota gereja berperingkat rendah. Meskipun hanya para prajurit, penyihir, atau Profesional berperingkat tinggi lainnya yang dapat bertahan dari masalah hilangnya kekuatan semacam itu, namun bahkan hal tersebut hanya bisa dilakukan dengan syarat bahwa jiwa mereka masih muda dan kuat. Pada dasarnya, seorang uskup murni tanpa profesi lain seperti uskup berperingkat tinggi ini akan menerima pukulan mematikan yang akan membuatnya tewas ketika dewanya mati.     

Kepala pelayan yang di depan Uskup Morand tersebut adalah orang semacam itu. Para uskup makhluk setengah dewa menderita cedera yang lebih sedikit ketika dewa mereka mati. Selain itu, kepala pelayan ini adalah seorang penyihir berperingkat tinggi yang gigih. Dia berhasil menahan dampak dari kematian dewanya dan berhasil melarikan diri ketika paus dan sejumlah uskup lain dari gerejanya mati. Pria itu mengambil tanggung jawab untuk melindungi anak dewanya.     

"Dewa Kalajengking Beracun adalah seorang Dewa sejati, aku tidak akan menerima penghinaanmu." Ekspresi wajah kepala pelayan itu tetap terlihat serius, kepribadiannya yang luhur tidak bisa menyembunyikan sedikit amarah di hatinya.     

Semua pengikut dewa yang taat memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan kepada dewa mereka dan hal tersebut membuat para pengikut yang sangat taat menjadi jauh lebih mengerikan daripada pengikut lainnya. Kepala pelayan ini jelas merupakan orang semacam itu atau seorang penyihir berperingkat tinggi seperti dia tidak akan pernah bergabung dengan gereja dari seekor makhluk setengah dewa.     

"Aku masih bisa memberikan sebuah sidang yang adil untukmu. Menyerahlah dan serahkan anak iblis itu!" Uskup Morand berbicara dengan nada mengasihani dan sebuah mata raksasa muncul di belakang punggungnya ketika dia melihat ke arah kepala pelayan tua tersebut.     

"Jangan pernah berpikir untuk menggunakan teleportasi atau sebuah portal acak. Dewa kami kita telah mengunci ruang di sekitar tempat ini. Kamu akan dibakar di tiang pancang!"     

Pemuda itu melihat ke sekelilingnya. Para Knight dari Gereja Helm telah mengeluarkan busur-busur emas dari punggung mereka, senjata-senjata itu sangat mengerikan jika digunakan dari jarak dekat. Jangankan melakukan teleportasi, meskipun mereka mencoba untuk melarikan diri melalui jalur darat atau udara, mereka tidak akan dapat melarikan diri dari serangan busur-busur tersebut.     

"Awasi saya, tuanku." Wajah penyihir berperingkat tinggi yang menyamar sebagai kepala pelayan itu terlihat serius ketika dia menyebarkan beberapa kalajengking kecil di atas tanah.     

"Enslave!" "Greater Transformation!"     

*Roar!* Kalajengking-kalajengking kecil itu meraung ketika ukuran mereka semakin membesar dan berubah menjadi monster-monster setinggi lima meter yang bertindak layaknya tank-tank di depan penyihir tersebut.     

"Tuan muda. Sebentar lagi saya akan membuka jalan untuk anda, manfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri. Bawa liontin tersebut ke Gereja Ular Raksasa atau Keluarga Faulen dan mintalah bantuan mereka." Kepala pelayan tersebut berdiri di depan pemuda tersebut, dia sudah bertekad untuk bertarung sampai mati.     

"Aku..." Ini sudah menjadi sebuah pencapaian besar bagi seorang pemuda berusia tiga belas atau empat belas tahun yang tidak pernah mengalami penderitaan itu untuk tetap sadar dalam waktu yang begitu lama.     

"Huh..." Kepala pelayan tersebut hanya bisa menghela napas tak berdaya dan berbalik untuk kembali menghadapi lawannya itu     

*Bang! Ka-cha!* Tubuh kalajengking-kalajengking raksasa itu terpotong-potong oleh serangan yang dilancarkan para Knight tersebut dan seorang prajurit gereja sudah bergegas menghampiri kepala pelayan itu.     

"Tuanku... Kau adalah sebuah bintang dari surga dan suatu hari kau akan kembali ke singgasanamu..." Gumam penyihir itu, ekspresi wajahnya tidak memperlihatkan ketakutan pada kematian.     

Namun beberapa saat kemudian ekspresi wajah ini berubah. Sebuah suara yangmemekakkan telinga terdengar ketika sebuah tombak berwarna hitam memecahkan penghalang spasial tersebut dan menembus tubuh prajurit gereja yang pedang sucinya sedang terhunus itu.     

"Cahaya jahat di udara..." Uskup Morand mengernyit dan berbalik ke arah pelaku serangan itu. Yang melancarkan serangan tersebut adalah seorang prajurit penduduk asli dari laut wilayah selatan, tubuhnya pendek tetapi dipenuhi dengan otot yang keras.     

Tetapi kemudian uskup tersebut menjadi marah ketika melihat tato-tato bergambar para iblis yang diikat dengan rantai-rantai besi di tubuh pria itu dan para sekutunya.     

"Para elit dari Gereja Ular Raksasa, mereka adalah para pemburu iblis! Mereka adalah para pemburu iblis berperingkat tinggi yang telah menyegel para iblis sejati!" Morand bahkan tidak memberikan perintah apapun ketika para bawahannya sudah berteriak-teriak.     

Para pemburu iblis ini jelas telah memiliki sebuah reputasi yang buruk di laut wilayah selatan. Para iblis sendiri dikenal licik dan tertutup serta memiliki kekuatan jahat. Lalu sebesar keunggulan kekuatan para pemburu iblis yang bisa mengalahkan iblis-iblis ini?     

Meskipun para pemburu iblis tidak berpihak pada kelompok manapun, namun mereka menggunakan kekuatan dari para iblis yang mereka tangkap. Hal itu membuat orang-orang menganggap mereka sebagai iblis dan masalah ini merupakan sesuatu yang tidak ingin dijelaskan oleh pemburu iblis tersebut. Reputasi buruk mereka telah menumpuk dan kisah-kisah tentang mereka membuat anak-anak kecil menangis di malam hari.     

Namun Morand tidak bodoh seperti rakyat jelata dan dia memiliki pemahaman yang jelas mengenai kemampuan lawan-lawannya itu. 'Para pemburu iblis ini sangat kuat. Seharusnya sejak awal mereka adalah para Profesional berperingkat tinggi karena bisa menyegel para iblis, dan beberapa dari mereka bahkan telah mencapai peringkat Legenda...'     

Morand segera melihat ke arah sejumlah besar bayangan yang bersembunyi di dalam kegelapan itu dan membuat keputusan bijaksana dengan mengungkapkan identitasnya.     

"Aku adalah Uskup Morand dari Gereja Perlindungan! Apa yang sedang kalian coba lakukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.