Pangeran Yang Dikutuk

Dijebak (2)



Dijebak (2)

0Akhirnya, Mars tiba di kamarnya. Lori sudah masuk ke dalam dan sepertinya bekerja keras untuk menutup jendela, menutup tirai, menghaluskan lipatan di sprei, dan akhirnya menyalakan lilin di setiap sisi tempat tidur.     
0

Mars duduk di sofa dan ia segera tenggelam dalam pikirannya sendiri saat Lori sedang bekerja. Gadis cantik itu meliriknya beberapa kali, ia mencoba melihat apakah pangeran memperhatikannya atau tidak.     

Namun, Lori harus menelan kekecewaannya karena Mars sepertinya tidak mempedulikannya sedikit pun.     

Mengapa Yang Mulia tidak menganggapnya sama sekali. Menyebalkan!     

"Yang Mulia, tempat tidur Anda sudah siap," Lori datang mendekat ke arah Mars dan membungkuk hormat. Ia tersenyum lebar, ia masih berharap mendapatkan sesuatu dari sang pangeran, tetapi Mars bahkan tidak melihatnya.     

"Terima kasih, kau bisa pergi sekarang," kata Mars dengan ekspresi datar.     

"Baiklah. Slamat malam, Yang Mulia. Saya harap Yang Mulia bisa tidur nyenyak," Lori menyembunyikan kekecewaannya di balik senyum manisnya.     

Pria itu bangkit dari sofa dan bersiap untuk naik ke tempat tidur, tetapi tiba-tiba ia teringat bahwa Emmelyn tidak akan berbagi tempat tidurnya malam ini.     

Ia membutuhkan ramuan tidurnya agar ia bisa tidur tanpanya. Ia dengan cepat berbalik dan memanggil gadis yang baru saja akan melewati pintu.     

"Nona?"     

Lori berbalik dengan wajah berseri ketika ia mendengar pangeran memanggilnya. Jantungnya berdegup kencang.     

"Ya, Yang Mulia?" Lori bertanya dengan suaranya yang merdu.     

"Bisakah kau membawakanku segelas air? Aku membutuhkannya untuk meracik ramuan yang disiapkan oleh tabib istana untuk membantuku tidur. Aku lupa meminumnya saat makan malam tadi," jelas Mars.     

"Oh, tentu, Yang Mulia. Saya akan segera kembali dengan membawa segelas air."     

Lori dengan cepat meninggalkan ruangan dengan langkah-langkah ringan. Seringai menghiasi wajahnya saat ia memikirkan cara sempurna untuk membuat pangeran tidur dengannya.     

Ha. Dewi keberuntungan ada di sisinya malam ini!     

Lori pergi menemui ibunya di dapur dan membisikkan sesuatu kepadanya. Wajah Lady Milot langsung berubah cerah.     

Mereka bekerja dengan cepat dan segera Lori berjalan melalui lorong di lantai dua dengan nampan berisi segelas air.     

"Yang Mulia, ini air yang Anda minta," berhubung pintu masih terbuka, Lori masuk begitu saja tanpa mengetuk dan meletakkan nampan di atas meja.     

Ia menemukan botol kaca kecil dengan cairan hitam di atasnya dan mengira itu adalah ramuan tidur yang perlu diracik dengan air yang ia bawa.     

Lori menoleh ke arah pangeran dan tersenyum. "Biarkan saya yang mencampur ramuannya untuk Yang Mulia agar bisa langsung diminum."     

Lori dengan cepat membuka tutupnya dan menuangkan sedikit ramuannya, tetapi gerakannya tiba-tiba terhenti ketika suara Mars terdengar di udara. "JANGAN SENTUH RAMUANKU."     

"Oh... Saya minta maaf karena sudah lancang, Yang Mulia," Lori dengan cepat menjatuhkan dirinya ke lantai dan ia segera memohon maaf. "Saya hanya menuangkan sedikit. Maafkan saya."     

Mars berjalan ke arahnya dan memeriksa gelas yang ada di atas meja. Benar saja, ramuannya hanya dituangkan sedikit oleh gadis itu. Sebagian besar masih dalam wadah ramuan itu.     

Ia menoleh ke arah Lori dan menyuruhnya pergi.     

"Kau bisa pergi sekarang. Aku tidak membutuhkanmu lagi," kata Mars. "Tolong tutup pintunya rapat-rapat."     

"Terima kasih, Yang Mulia..." Lori bangkit kembali dan membungkuk beberapa kali dan berlari melewati pintu. Ia menutup pintu di belakangnya.     

Setelah ia yakin bahwa Lori sudah pergi, Mars mengambil botol ramuannya dan mengangkatnya. Ia menghitung berapa banyak lagi yang perlu ia tuangkan ke dalam cangkirnya dan mencampurnya dengan air.     

Pangeran kemudian menuangkan sekitar dua sendok penuh dan mengaduk gelas itu. Setelah ramuannya siap, ia menenggaknya sekaligus. Mars menutup tutup botol ramuannya dan menyimpannya dengan hati-hati di saku mantelnya.     

Mars melepas pakaian luarnya dan naik ke tempat tidur, ia segera bersiap untuk tidur.     

Ahh... ia berharap Emmelyn ada di sini, tidur dalam pelukannya. Dengan begitu ia tidak akan membutuhkan ramuan bodoh ini.     

Ia menguap dan menarik selimut sampai ke dadanya. Rasa kantuk segera menyelimuti dirinya.     

Ah, sepertinya ia minum terlalu banyak ramuan malam ini. Biasanya, ia tidak akan merasa mengantuk secepat ini.     

Ia menguap lagi. Mars merasa sangat mengantuk, tapi entah kenapa, ia tidak bisa memejamkan mata. Tubuhnya mulai terasa kegerahan berada di bawah selimut.     

Bukankah ini masih awal musim semi? Suhunya seharusnya masih dingin, kan?     

Jadi, kenapa ia merasa gerah?     

Ia menendang selimut itu dan berbaring di tempat tidur dengan setengah telanjang.     

Tunggu...     

Kenapa ia jadi tidak mengantuk lagi?     

Dan ia mulai merasa kegerahan?     

Astaga... ia mulai merasa ada sesuatu yang sangat tidak nyaman dengan… bagian tubuhnya di bawah perut...     

Mars berusaha keras untuk memikirkan dan mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi hingga ia merasa tidak nyaman, tapi otaknya menolak untuk bekerja.     

Sangat… ah sangat gerah.     

Ia sudah melepas bajunya, dan sekarang tangannya meraih celananya dan ia ingin menariknya juga ke bawah.     

Astaga... apa yang ia lakukan?     

Pikirannya menjadi panik. Ia merasa kejantanannya mengeras dan berdenyut, sangat menginginkan sesuatu untuk menerkam dan membuatnya lega.     

Sesuatu di kepalanya memberitahunya bahwa Lori membubuhi airnya dengan sesuatu. Mungkin itu sebabnya ia berpura-pura segera menuangkan ramuan tidurnya ke dalam gelas agar pangeran tidak menyadari bahwa airnya sudah dicampur dengan sesuatu.     

Sial!     

Pria itu bangkit dari tempat tidur dan mondar-mandir di dalam ruangan, ia mencoba memfokuskan pikirannya pada hal lain untuk mengalihkan otaknya dari segala macam hal tidak senonoh yang tiba-tiba membanjiri kepalanya dan mengacaukan pemikirannya.     

Ia mencoba memikirkan tentang pernikahannya dengan Emmelyn...     

Dan juga calon bayi mereka...     

Ia berusaha keras membayangkan hidupnya bersama Emmelyn setelah menikah...     

Semua hal baik yang akan mereka miliki di masa depan.     

Sayangnya, itu belum cukup. Ketidaknyamanan menjadi semakin tak tertahankan. Ia mengertakkan gigi saat ia terhuyung-huyung menuju pintu dan keluar dari kamarnya.     

Ia harus segera menemukan Emmelyn dan memberikan pelajaran kepada gadis sialan bernama Lori itu besok. Tapi yang paling penting ia harus membereskan urusan ini dulu.     

Ketika ia membuka pintu dan keluar, ia tidak menyadari ada bayangan seorang wanita yang berdiri di sudut lorong.     

Pikirannya sudah dikuasai oleh zat perangsang yang dicampurkan ke dalam airnya tadi.     

"Yang Mulia... apa yang sedang Anda lakukan? Apakah Anda baik-baik saja?" Lori berjalan menuju pangeran dan berpura-pura menunjukkan ekspresi khawatir. "Aku baru saja akan pergi ke dapur dan mengambil air minum. Apa Yang Mulia butuh sesuatu? Aku bisa mengambilkannya untukmu."     

Mars mengernyitkan alisnya dan memberinya tatapan mematikan.     

Untuk sesaat, Lori terkejut dan ketakutan. Pangeran memandangnya seperti ia adalah wabah penyakit.     

Ini tidak seharusnya terjadi, pikir Lori dengan bingung.     

Zat perangsang yang diberikan ibunya begitu kuat sehingga pria mana pun tidak akan bisa menahan efeknya.     

Ia akan segera meniduri wanita mana saja yang bisa ia temukan.     

Bahkan, laki-laki yang sudah meminum obat ini akan mau tidur dengan kambing atau makhluk apa pun kalau ia memang tidak dapat menemukan satu wanita pun.     

Obat perangsang itu sangat kuat sehingga tidak akan ada orang yang dapat bertahan.     

Namun, karena Lori sudah ada di sini, sang pangeran tidak perlu melampiaskan hasrat seksualnya kepada orang lain.     

Lori adalah seorang wanita dan cantik. Putra mahkota pasti bisa bersenang-senang dan berhubungan intim dengannya sepanjang malam sampai efek obatnya hilang di pagi hari.     

Pada titik ini, pangeran tidak punya pilihan lain.     

Ini adalah rencana yang sempurna. Di pagi hari, otaknya akan terlalu lelah untuk mengingat apa yang sudah terjadi.     

Pangeran hanya akan menemukan dirinya telanjang di atas kasur bersama seorang gadis cantik yang telah ia gagahi sepanjang malam. Gadis itu akan terlihat sedih dan tak berdaya karena kehormatannya telah direnggut dengan paksa.     

Lalu, pangeran akan merasa kasihan dan tidak punya pilihan lain selain membayar perbuatannya karena telah mengambil keperawanannya karena Lori belum pernah menyentuh laki-laki mana pun sebelumnya. Mars akan merasa bersalah karena ia telah menghancurkan masa depannya.     

Akan lebih baik lagi jika Lori bisa hamil karena hubungan intim mereka itu.     

"Yang Mulia... Anda terlihat tidak sehat," kata Lori dengan nada penuh kepedulian. Ia berjalan mendekati pangeran dan menyentuh lengannya dengan lembut. "Biarkan saya membantu Yang Mulia."     

Mars mengernyitkan alisnya dan secara refleks mencengkeram lengan Lori dan mendorongnya ke samping. Ia langsung tersungkur ke lantai dengan suara yang keras.     

"Aaahh!!!"     

Gadis itu meringkuk di lantai dengan tangan yang berada di atas kepalanya. Ia merasakan tubuhnya sakit karena jatuh begitu keras di lantai.     

"Y-Yang... Yang Mulia..." ia menangis sedih dan mencoba menarik perhatian pria itu. "Yang Mulia telah menyakitiku..."     

Namun, air mata dan rasa sakitnya tidak ada artinya bagi Mars. Pria itu pergi meninggalkannya begitu saja, ia sempat tersandung tapi terus berjalan dengan sedikit terhuyung menuju kamar Emmelyn.     

Ia merasa sangat gerah dan tidak nyaman. Otaknya hanya bisa memikirkan tubuh telanjang Emmelyn, saat gadis itu berbaring di bawahnya dan ia masuk ke dalamnya.     

Yang lainnya tampak kabur dalam pikiran Mars.     

TOK     

TOK     

Mars menggedor pintu dengan tidak sabar. Emmelyn, yang sedang tidur di tempat tidurnya, tiba-tiba membuka matanya. Ia dikejutkan oleh suara ketukan yang begitu keras dan langsung bangkit.     

"Siapa yang datang malam-malam begini?" tanyanya dengan suara mengantuk. "Astaga... tidak bisakah menunggu sampai pagi???"     

Namun, ketukan itu tidak berhenti. Karena merasa terganggu, Emmelyn akhirnya turun dari tempat tidur. Ia sangat kesal dan sudah siap memarahi siapa pun yang mengganggu tidurnya nyenyaknya     

"BUKA PINTUNYA..."     

Emmelyn mengerutkan alisnya saat ia mengenali suara Mars. Apa yang ia lakukan di sini malam-malam begini?     

Apa ada keadaan darurat?     

Emmelyn dengan cepat membuka pintu. Ia tersentak ketika ia melihat pangeran melangkah dengan sedikit tersandung ke dalam kamarnya dan segera memeluknya erat-erat.     

"Hei... apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tidak bisa tidur?" Emmelyn mencoba mengajukan pertanyaan dengan nada khawatir, tetapi pria itu tidak repot-repot menjawabnya.     

Pangeran segera mencium bibir Emmelyn dengan penuh gairah dan tangannya meraba-raba seluruh tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.