Pangeran Yang Dikutuk

Dasar Mesum



Dasar Mesum

0Emmelyn bangun ketika sinar matahari perlahan-lahan masuk melalui celah jendela kamar. Ia meregangkan tubuhnya dan menguap lebar, lalu membuka matanya satu persatu.     
0

Pikirannya membutuhkan waktu beberapa saat untuk ingat bahwa ia masih berada di kamar pangeran putra mahkota.     

Sebentar... bukan lagi kamar pangeran putra mahkota melainkan kamar mereka bersama.     

Bukankah Mars sudah mengatakan bahwa ini akan menjadi kamar Emmelyn juga selama beberapa waktu ke depan, selama mereka masih terikat perjanjian ini?     

Emmelyn tiba-tiba mengerutkan keningnya saat menyadari bahwa tubuhnya tidak merasa kedinginan, padahal pagi hari di musim gugur biasanya suhu masih cukup dingin.     

Gadis itu baru menyadari bahwa sebuah selimut tebal dan hangat telah membungkus tubuhnya dengan nyaman.     

Pantas saja ia sama sekali tidak merasa kedinginan. Rupanya ia diselimuti.     

Siapa yang menyelimutinya? Apakah si brengsek itu?     

Dari mana dia menemukan selimut? Bukankah tadi malam Emmelyn mencari selimut di setiap sudut kamar dan tidak dapat menemukannya?     

Atau jangan-jangan... Mars yang menyembunyikan semua selimutnya?     

"Aaaaaahhhh....!!!"     

[Dasar laki-laki brengsek!]     

Emmelyn segera dapat menduga bahwa pangeran mesum itu pasti sengaja melakukannya agar Emmelyn merasa kedinginan dan terpaksa memeluknya saat tidur demi mendapatkan kehangatan.     

Teriakan kesal Emmelyn membelah udara hingga ke halaman kastil tempat Mars sedang berlatih bersama para prajuritnya.     

Semua orang yang sedang beradu pedang segera menghentikan gerakan mereka dan saling bertukar pandang.     

Teriakan itu lagi, pikir mereka serempak.     

Kemarin pagi juga latihan mereka diganggu oleh suara jeritan yang sama, dan sang pangeran buru-buru kabur meninggalkan mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi kepada gadis itu.     

Mereka menduga gadis itu itu tidak apa-apa karena mereka tidak mendengar ada berita penjahat masuk ke dalam kastil atau ada peristiwa tragis yang terjadi.     

Lalu, kira-kira kenapa lagi ia menjerit pagi ini?     

Mars juga memikirkan hal yang sama. Kemarin pagi ia kaget setengah mati saat menemukan Emmelyn menjerit histeris di kamarnya dan mengira ia akan segera mati. Padahal, ternyata gadis itu salah paham.     

Ia mengira tangannya yang lemas itu adalah tanda-tanda bahwa ia sudah terkena dampak dari kutukan terhadap Mars dan seluruh tubuhnya akan segera mengikuti dan lumpuh, lalu mati.     

Padahal...     

Mengingat apa yang terjadi sebelumnya, membuat Mars menyunggingkan senyum tipis. Ia merasa bersalah kepada Emmelyn karena kemarin telah diam-diam menggunakan tangannya untuk membantunya menyalurkan hasrat.     

Ahem.     

"Kalian lanjutkan latihannya," kata Mars kepada para anak buahnya. Ia akan memeriksa apa yang terjadi kepada Emmelyn, tetapi ia tidak sepanik kemarin.     

Ia dapat menduga gadis itu menjerit karena kaget oleh sesuatu, bukan karena mengalami serangan dari penjahat atau keadaan yang mengancam jiwa.     

Karena itu langkah-langkahnya sekarang lebih tenang, tidak panik. Ia menyarungkan pedangnya dan berjalan masuk ke dalam kastil, menuju ke kamarnya.     

"Ada apa pagi-pagi sudah membuat kehebohan?" tanya Mars saat ia tiba di ambang pintu kamar.     

Emmelyn yang baru saja meregangkan tubuhnya segera menoleh ke arah asal suara. Sepasang matanya yang indah langsung tampak menyipit berbahaya.     

"Kau menyembunyikan selimut tadi malam?" Gadis itu langsung menuduh tanpa basa-basi. Mars menatap wajah Emmelyn dengan ekspresi geli.     

[Kenapa gadis ini cantik sekali? Bahkan saat ia cemberut dan marah-marah, ia malah terlihat semakin menarik.]     

"Kenapa kau cengar-cengir begitu?" tukas Emmelyn keheranan. Ia lalu menatap ke tubuhnya sendiri, lalu menyentuh wajahnya.     

Apakah ada yang salah dengan penampilannya? Kenapa si brengsek ini tampak senang sekali?     

"Tidak apa-apa," kata Mars santai. Ia mengunjukkan dagunya ke arah Emmelyn. "Ngomong-ngomong, kulihat tanganmu sudah sembuh."     

"Eh..?"     

Emmelyn baru menyadari bahwa Mars benar. Tangan kanannya yang menyentuh wajahnya lalu diturunkan dan ia amati baik-baik. Sepertinya memang sudah sembuh, dan tangannya juga tidak berubah bentuk.     

Berarti Mars benar saat mengatakan bahwa Emmelyn tidak akan mati oleh kutukan yang menimpa sang pangeran.     

Pfew...     

Emmelyn menghembuskan napas lega. Ternyata ia memang tidak terkena kutukan. Ia sampai lupa tentang selimut yang disembunyikan Mars di malam sebelumnya. Ia lalu bangkit dari tempat tidur dan menghampiri pria itu.     

"Aku lapar," katanya. "Ayo kita sarapan."     

Emmelyn memang merasakan perutnya lapar karena udara dingin. Saat ia menyadari bahwa dirinya baik-baik saja, Emmelyn menjadi bersemangat. Ia harus mulai mencari informasi tentang penyihir yang bisa membantunya.     

"Kau akan makan dengan pakaian seperti itu?" tanya Mars.     

Emmelyn menunduk dan melihat gaun tidurnya. Ia baru menyadari bahwa ia masih mengenakan gaun tidurnya semalam. Ah, ia harus berganti pakaian dulu baru ia bisa turun untuk sarapan.     

"Aku akan berganti pakaian. Kau tunggu di luar," kata Emmelyn. Ia mendorong tubuh Mars keluar pintu dan melotot. "Awas kalau kau mengintip."     

Setelah memastikan Mars berdiri tegak di balik pintu, Emmelyn buru-buru meneliti gaun apa saja yang tersedia untuknya di lemari.     

Kemarin ia dibantu berpakaian oleh para pelayan karena tangan kanannya masih sakit, tetapi sekarang ia dapat berganti pakaian sendiri.     

Ia memilih gaun simpel berbahan sutra berwarna keemasan. Hmm.. selera fashion orang yang memilihkan pakaiannya ini boleh juga.     

Emmelyn melihat bahwa dari enam gaun yang tersedia untuknya di lemari, semuanya bermutu tinggi dan memilih desain yang sangat indah.     

Setelah berpakaian, ia lalu membuka pintu dan menemui Mars.     

"Ayo makan. Aku lapar. Setelah sarapan aku mau mengerjakan sesuatu," kata Emmelyn.     

"Hmm.." Mars mengangguk. Ia hendak berjalan menuju ke ruang makan, tetapi kemudian ia teringat tujuannya datang kemari, meninggalkan anak buahnya yang sedang berlatih di halaman kastil. Ia menyentuh bahu gadis itu dan menatap wajahnya lekat-lekat. "Tadi.. kenapa kau menjerit?'     

Emmelyn yang sudah melupakan tentang selimut ini, kini tiba-tiba kembali diingatkan bahwa tadi malam Mars telah menyembunyikan selimut demi membuat Emmelyn memeluknya saat tidur.     

"Brengsek! Tadi malam kau sembunyikan semua selimut ya???" umpat gadis itu sambil memukul lengan Mars yang menyentuh bahunya. "Kurang ajar. Gara-gara kau aku kedinginan."     

"Kau tidak kedinginan tadi malam saat memelukku," bantah Mars sambil menyipitkan matanya. "Kau jangan lempar batu sembunyi tangan. Kau yang memelukku, tetapi karena malu, kau mencari-cari alasan."     

"Kau yang mesum dan sengaja menyembunyikan selimut agar aku kedinginan dan memelukmu. Brengsek! Dasar mesum!"     

"Aku tidak menyembunyikannya. Kau saja yang tidak mau bertanya di mana selimutnya disimpan," kata Mars seenaknya.     

Emmelyn benar-benar emosi mendengar kata-kata pria ini. Seumur hidup, ia belum pernah kalah berdebat dengan siapa pun. Lidahnya tajam dan sangat mahir menyerang orang, tetapi kali ini ia tidak dapat menang.     

"Ughhhh...!!!!" Akhirnya gadis itu hanya bisa menghentakkan kaki dan memukul bahu Mars lalu berjalan kesal ke arah ruang makan.     

Mars masih dapat mendengar omelan gadis itu dari belakangnya.     

"Dasar mesum."     

Mendengar kata-kata Emmelyn yang diucapkan dengan kesal, Mars tak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum.     

Entah kenapa ia sangat senang melihat gadis ini marah-marah. Ia tampak saat menggemaskan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.