Pangeran Yang Dikutuk

Mimpi Emmelyn (1)



Mimpi Emmelyn (1)

0Emmelyn terisak. Ia sangat merindukan Harlow. Payudaranya tidak lagi menghasilkan ASI karena sudah tidak menyusui lebih dari tiga minggu.     
0

Lukanya sudah sembuh setelah lama beristirahat, dan sekarang tubuhnya terasa lebih bugar. Namun, secara mental, ia merasa seperti kapal yang karam.     

Sepanjang hari, setiap hari, yang ingin Emmelyn lakukan hanyalah menangis. Ia juga mengalami mimpi buruk dalam setiap tidurnya. Pada awalnya, mimpinya tidak jelas dan ia akan melupakannya begitu terbangun. Namun belakangan ini, mimpi itu terasa semakin nyata.     

Biasanya, Emmelyn melihat dirinya berdiri di depan pintu biru dan mengetuknya. Namun, pintunya tidak mau terbuka. Dan ia akan mendengar jeritan melengking yang membuat bulu kuduknya merinding. Lalu ia pun terbangun.     

Namun, hari ini, mimpinya akhirnya lebih panjang dan jelas. Saat ia mengetuk, tiba-tiba pintu biru itu terbuka dan ia melihat sosok Ratu Elara yang berdiri di belakangnya. Sang Ratu tampak sedih dan tidak mengatakan apa-apa.     

Emmelyn ingin memeluknya, tetapi sang ratu menyingkir dan menghindari pelukannya. Gerakan ini membuat Emmelyn mengerti bahwa Ratu Elara sedang marah kepadanya. Itu sebabnya ia tidak ingin memeluk Emmelyn.     

Ini sangat menyakitkan hati Emmelyn.     

Saat Ratu Elara masih hidup, ibu mertuanya itu selalu bersikap manis dan penuh kasih sayang kepada Emmelyn. Ratu tidak akan pernah memperlakukannya seperti ini... kecuali... kecuali ia kecewa atau marah kepada Emmelyn.     

Apakah sang ratu marah karena Emmelyn membawa kesialan bagi keluarganya?     

Walaupun Ellena yang menggunakan pisau Emmelyn untuk menusuk Ratu Elara, Emmelyn tahu Ellena tidak akan pernah mendapatkan kesempatan itu jika bukan karena kutukan Emmelyn. Emmelyn adalah alasan ratu terbunuh.     

Leoraleis sialan! Emmelyn sangat membenci mereka!     

Keluarga penyihir itu sungguh jahat dan mereka begitu mudahnya mengutuk orang yang tidak bersalah. Emmelyn bahkan sudah tidak tahu lagi berapa banyak orang yang mati karena kutukan yang menimpanya. Sekarang, sepertinya jumlahnya pasti lebih tinggi dari korban kutukan suaminya.     

Seluruh keluarganya, kerabat dekatnya, putra gurunya dan mungkin bahkan gurunya juga dan Maxim, ibu mertuanya... mereka semua meninggal. Siapa yang berikutnya?     

"Aku sungguh minta maaf, Ibu Suri," gumam Emmelyn di antara isak tangisnya. "Aku juga tidak tahu tentang kutukan itu. Aku bahkan tidak tahu apa salahku sehingga pantas menerimanya. Seandainya aku tahu, aku pasti akan meninggalkan Draec secepat mungkin dan tidak akan menyakiti siapa pun yang aku cintai di sini. Akulah penyebab kematianmu. Aku... aku sungguh…minta maaf…."     

Ratu akhirnya tersenyum. Ia memberi isyarat kepada Emmelyn dengan tangannya untuk memasuki ruangan tempat dirinya berada. Ruangan itu tampak indah dan cukup luas. Ruangan itu juga didekorasi dengan furnitur dan kain terbaik.     

Ya, ruangan itu sungguh mewah, mirip dengan sebuah ruangan di istana atau kastil.     

Namun, Emmelyn sama sekali tidak mengenali ruangan itu. Ini mungkin ruangan khusus di istana kerajaan yang belum pernah ia masuki sebelumnya.     

Emmelyn berjalan mengikuti sang ratu yang berdiri di dekat jendela dan melihat ke luar. Emmelyn mencoba melihat apa yang begitu menarik sehingga mendiang ratu memusatkan seluruh perhatiannya ke arah tertentu.     

Emmelyn tersentak ketika ia melihat melalui jendela besar. Ternyata, kamar tempat dirinya berada terletak di menara yang sangat tinggi. Pemandangan dari jendela sangat mengesankan. Emmelyn bahkan bisa melihat seluruh kota dari ketinggian ini.     

Ada beberapa kastil di antara rumah-rumah di kota. Selain itu, menara kecil dan besar juga tampak di sana. Ada juga pasar tidak jauh dari menara jam di sana.     

'Kota ini indah,' batin Emmelyn.     

Ada taman-taman kecil di sekitar kota yang membuatnya terlihat segar dan mempesona. Namun, setelah melihat lebih dekat, Emmelyn menyadari tidak ada satu bangunan pun yang ia kenal.     

Ini pasti bukan Wintermere, kampung halamannya, atau ibu kota Draec. Karena kalau kedua tempat itu, ia akan langsung mengenalinya.     

Jadi, di mana Emmelyn sekarang? Dan bagaimana ia bisa memimpikan tempat yang belum pernah dikunjungi seperti ini sebelumnya?     

"Apa kau melihat seorang gadis yang di sana?"     

Tiba-tiba Ratu Elara berbicara dan suaranya mengagetkan Emmelyn. Ia tidak menyangka almarhum ratu akan berbicara dengannya, terutama setelah baru saja menolak pelukannya. Air mata Emmelyn langsung mengalir deras.     

Astaga... betapa ia merindukan Ratu Elara. Emmelyn rindu mendengarkan suara sang ratu yang menenangkan ketika mereka berbicara. Sekarang, akhirnya ia bisa mendengarnya lagi.     

Ini pasti hasil dari halusinasi yang dihasilkan otaknya. Ratu telah tiada dan tidak mungkin berdiri di sini dan berbicara dengan Emmelyn.     

"Gadis yang mana, Ibu Suri?" tanya Emmelyn. Ia memiringkan kepalanya, mencoba melihat gadis yang disebutkan Ratu Elara. Matanya akhirnya menangkap sosok seorang gadis di taman di bawah tempat mereka berdiri.     

Apakah itu gadis yang dimaksud Ratu?     

Ketika Emmelyn melihat sekeliling mereka untuk melihat lokasinya dengan lebih baik, ia menyadari bahwa menara tempat dirinya berada saat ini mungkin terletak di sebuah istana.     

Tapi…istana apa ini?     

Tunggu! Bahkan ….di negara mana ia berada sekarang?     

Emmelyn juga tidak bisa mengenali kota, bangunan, dan bahkan tulisan yang ada di dinding.     

"Ini Myreen," sahut mendiang Ratu Elara tiba-tiba. Ia menunjuk ke taman di bawah mereka. "Itu gadis yang perlu kau temukan untuk menghilangkan kutukanmu."     

Emmelyn menahan napas saat mendengar ratu menyebutkan kutukannya. Apakah Ratu juga sudah tahu?     

Tunggu... sosok ini bahkan mungkin bukan Ratu!     

Emmelyn sedang bermimpi. Kesadarannya membawanya ke mimpi ini dan menggunakan citra Ratu Elara untuk membimbingnya.     

Emmelyn menatap ratu dengan mata menyipit dan perlahan-lahan Ratu Elara berubah menjadi sosok wanita lain di depan matanya.     

Emmelyn hampir tidak bisa bernapas saat menyaksikan transformasi itu. Sosok wanita cantik itu berusia sekitar akhir dua puluhan. Rambut pirangnya yang indah sangat panjang hingga menyentuh lantai. Wajahnya tak kalah cantik dari Ratu Elara. Matanya seperti dua berlian, berkilauan dengan air mata. Emmelyn tidak tahu mengapa wanita itu menangis.     

Apakah mereka mengenal satu sama lain?     

"S-siapa kau?" tanya Emmelyn dengan terbata-bata. "Apakah kau tahu siapa yang sudah mengutukku? Kenapa kau menangis?"     

Wanita itu memalingkan wajahnya, menghindari pertanyaan Emmelyn. Suaranya lembut namun terkesan sedih ketika ia menjawab, "Temukan saja gadis itu. Dia-lah kunci kesialanmu. Aku akan menunggumu."     

Setelah ia mengucapkan kata-kata itu, wanita itu tiba-tiba menghilang.     

Emmelyn segera mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan matanya mencari-cari sosok gadis yang dibicarakan wanita itu. Ia tidak bisa melihat dengan baik dari ketinggian seperti itu, tapi sepertinya ia menemukan gadis yang dimaksud.     

Gadis itu tampak sedang berjalan melewati bunga mawar di taman di bawah menara. Langkahnya tampak lincah seakan-akan ia sedang menari. Siapa gadis ini?     

Emmelyn tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi rambut gadis itu mirip dengan wanita yang baru saja menghilang, hanya saja rambutnya hanya lebih pendek, hanya sebatas pinggangnya. Apakah kedua wanita itu saling berhubungan satu sama lain? Apakah mereka bersaudara?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.