Pangeran Yang Dikutuk

Apa Kau Tahu Dimana Emmelyn?



Apa Kau Tahu Dimana Emmelyn?

0"Yang Mulia! Apa yang Anda lakukan pada keponakan saya?" Suara Duke Preston terdengar dari ambang pintu. Mars mencengkeram bahu Ellena dengan paksa dan mengguncangnya untuk meminta jawaban saat duke tua itu datang.     
0

"Paman... tidak-tidak terjadi apa-apa..." Ellena melangkah mundur dan melepaskan diri dari cengkeraman Mars, sementara pria itu dikejutkan oleh kemunculan Duke Preston yang tiba-tiba.     

Ellena cepat-cepat menyeka air matanya dengan lengan bajunya dan menatap Mars dengan sendu. "Kami...kami baru saja membicarakan...mendiang Ratu. Itu sebabnya aku menangis...."     

Mars ingat Ellena memintanya untuk tidak memberi tahu pamannya bahwa ia telah membantu Emmelyn melarikan diri. Ia bisa melihat betapa Ellena takut pada sang duke dan berbohong kepada pamannya itu tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Mars.     

BAM!     

Pangeran mengepalkan tinjunya dan membanting meja yang mengejutkan semua orang. Ia selalu dikenal sebagai pria dengan kepribadian yang tenang dan hampir tidak pernah melampiaskan amarahnya di depan umum. Tapi hari ini ia terlihat sangat menakutkan dan emosional.     

"Baiklah… saya tahu Anda berduka, tapi tolong jangan sakiti keponakan saya, Yang Mulia," ujar Duke Preston tegas. Ia berdiri di antara Mars dan Ellena dan menatap mata sang pangeran. "Menyakiti Ellena tidak akan mengembalikan ibumu... atau istrimu."     

Mars memalingkan muka ketika ia mendengar sang duke menyebut Emmelyn.     

Tidak... ini terlalu berat untuk ditangani. Mars masih sangat berduka beberapa jam yang lalu karena kehilangan dua wanita yang dicintainya sekaligus, dan sekarang Ellena melemparkan bom ini, mengatakan bahwa Emmelyn masih hidup?     

Mars sudah tidak tahu bagaimana berpikir, dan bagaimana merasakan.     

"Duke Eli Preston, saya perlu bicara dengan Ellena. Ini penting. Jika Anda tidak ingin saya menyakiti Anda, lebih baik minggir," perintah Mars dengan gigi terkatup. Mata merahnya tampak begitu menakutkan sehingga sang duke merasakan jantungnya mencelos.     

"Lebih baik patuhi perintah Pangeran." Gewen ikut bersuara. "Dia akan segera menjadi raja kerajaan ini."     

Kali ini, Gewen berada di pihak Mars. Ia sangat terkejut mendengar dari Ellena bahwa Emmelyn memalsukan kematiannya dan ternyata masih hidup. Ia juga ingin tahu apa yang terjadi.     

Sekarang, dengan dua lawan satu, sang duke terpojok. Ia berpaling ke arah Ellena dan melihat putrinya itu mengangguk terbata-bata. Air mata masih mengalir deras dari matanya saat ia menyentuh lengan sang duke dan berjalan ke depan.     

"Paman ... biarkan aku berbicara dengan Yang Mulia," bujuknya. Ellena berhenti di depan Mars dan menatap pria itu dalam-dalam. "Aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Tolong jangan luapkan kepada pamanku. Dia tidak ada hubungannya dengan ini."     

"Baiklah," sahut Mars datar.     

Ellena menunduk dan memulai ceritanya. "Emmelyn memiliki penyihir yang dekat dengannya. Penyihir itu bisa membuatkannya ramuan tidur yang sangat kuat. Jika Emmelyn meminumnya, dia akan tidur selama tiga hari dan semua tanda vitalnya akan melambat. Orang akan mengira dia mati. Begitulah cara dia menipu semua orang dengan berpikir dia meninggal saat melahirkan."     

"Ellena, apa yang kau bicarakan?" Sesungguhnya, Duke Preston sangat bangga dengan akting putrinya itu. 'Ellena benar-benar berbakat,' pikirnya. "Siapa yang memalsukan kematiannya?"     

"Paman… aku sangat… maaf.. aku bersalah…." Ellena menekan dadanya dengan satu tangan, menunjukkan betapa frustasi dan bersalahnya perasaannya. "Aku-lah yang membantu Emmelyn melarikan diri. Dia memalsukan kematiannya dan aku mengetahuinya, tapi aku sengaja merahasiakannya."     

"Kau... apa??"     

Ellena buru-buru melangkah ke belakang Mars dan mencengkeram lengan pria itu dan memohon, "Tolong .. tolong aku. Bukankah kau bilang akan melindungiku."     

"Ya." Mars mengangguk dengan tidak sabar. "Sekarang, cepat lanjutkan!"     

"Dia memintaku ramuan untuk menginduksi persalinan karena penyihir yang dekat dengannya hanya bisa membuat ramuan tidur. Jadi, setelah dia melahirkan bayinya, dia akan memalsukan kematiannya." Elena menggigit bibirnya. "Kemudian, sebagai kompensasi, dia memberi surat pengakuannya untuku. Surat itu dikirim ke rumahku oleh seorang anak laki-laki dari pasar yang dibayar oleh penyihir itu. Aku hanya menerima surat itu setelah dia merasa aman dan jauh dari ibukota."     

Wajah Duke Preston mendidih karena marah begitu mendengar Ellena membantu tawanan raja melarikan diri. Ia bahkan mengangkat tangannya untuk menampar wanita itu. "Ellena! Beraninya kau menentang perintah Yang Mulia Raja!? Apa kau mencoba membuat kami semua digantung??"     

"Tidak, Paman... Aku tidak bermaksud begitu... Saat itu…aku lemah dan tergoda oleh bujukannya." Ellena menangis lebih keras dan menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku tidak bermaksud membahayakan keluarga kita. Sungguh. Aku sangat menyesal sekarang."     

"DIAM!" Mars mengangkat tangannya dan menghentikan tangan sang duke untuk memukul Ellena. Ia mendorong pria tua itu ke sudut hingga sang duke terjatuh dengan keras di sofa.     

"Auww..." Duke Preston tersinggung dengan perlakuan yang diterimanya, tetapi ia takut sang pangeran mengatakan sepatah kata pun. Akhirnya ia hanya bisa duduk diam di tempatnya dan menatap Mars dengan tidak percaya.     

"Apa kau tahu di mana Emmelyn sekarang?" Mars menoleh ke arah Ellena dan bertanya lagi.     

Ellena menggeleng. "Tidak, maaf. Aku tidak tahu di mana dia. Dia cuma bilang ingin pergi sejauh mungkin dari sini."     

Mars mengangguk. Ia tetap tenang dan mendorong Ellena dengan lembut untuk melepaskan pegangan wanita itu dari lengannya.     

"Kalau begitu, aku akan mencarinya," ujar Mars. Ia menoleh ke arah Gewen dan memberi isyarat agar ia membawa Ellena bersamanya. "Tolong lindungi Ellena, bawa dia bersamamu. Aku perlu memeriksa kuburannya."     

"Oke," sahut Gewen. Ia memegang lengan Ellena dan memberinya sapu tangan untuk menyeka air matanya. "Kau harus ikut denganku dan istirahat. Kau sudah banyak menangis."     

Elena tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya terus terisak.     

Mars meninggalkan mereka tanpa menoleh ke belakang lagi. Isak tangis Ellena semakin redup hingga, akhirnya tidak terdengar lagi. Mars tahu Gewen akan menjaga Ellena dan memastikan pamannya tidak menghukumnya.     

Saat ini, Mars perlu memeriksa cerita Ellena dan memastikan Emmelyn benar-benar hidup. Itu hanya bisa berarti satu hal.     

Mars harus menggali kuburan wanita itu dan menemukan bukti.     

Mars berjalan cepat menuju halaman istana dan menaiki kudanya untuk melakukan rencananya.     

Semuanya sungguh kacau!     

Pikiran dan emosi Mars terus berkecamuk seperti roller coaster sejak ia melangkah kembali ke ibu kota. Begitu mendengar kabar bahwa Emmelyn meninggal setelah melahirkan, ia mengira dunianya runtuh.     

Sungguh, seandainya tidak ada Harlow, Mars tidak ingin lagi terus hidup.     

Apa gunanya? Ibu tercintanya telah pergi, begitu pula satu-satunya wanita yang dicintainya. Ia tidak terlalu tertarik untuk menjadi raja. Ia hanya mengambil peran sebagai raja masa depan karena pengabdiannya kepada orang tuanya.     

Tapi sekarang setelah ibunya meninggal, Mars tidak terlalu bersemangat untuk mempertahankan gelar itu. Athos bisa naik takhta menggantikannya untuk semua peran itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.