Pangeran Yang Dikutuk

Jangan Bicara Omong Kosong



Jangan Bicara Omong Kosong

0Jauh di lubuk hatinya, Ellena berpikir semua ini tidak cocok untuk Mars. Ia tahu sang pangeran lebih suka buku daripada patung dan ornamen lainnya. Ahh… begitu Mars naik tahta dan menjadi raja nanti, Ellena berpikir ruang kerja ini perlu didekorasi ulang sesuai selera pria itu.     
0

Ellena memutuskan akan membantunya untuk itu. Ia membayangkan dirinya melakukan semua pekerjaan di istana ini, sementara Mars sibuk dengan tugasnya sebagai raja.     

Ya… Ellena akan mulai memikirkan hal ini.     

"Jadi, bagaimana kabarmu?" Suara Mars membuat Ellena terjaga dari lamunannya.     

Wanita cantik itu menggeleng lemah. "Aku tidak baik-baik saja, tapi itu tidak masalah. Aku di sini bukan untukku, tapi untukmu."     

"Hmm..." Mars menatap Ellena dengan saksama, mencoba membaca pikirannya. Sayangnya, ia tidak bisa. Tidak ada manusia yang bisa membaca pikiran orang lain. Mungkin beberapa penyihir yang sangat kuat bisa melakukannya, tapi itu juga sangat jarang.     

"Ngomong-ngomong, aku datang mengunjungi Emmelyn saat dia dikurung di Menara Kelabu," ujar Ellena tiba-tiba.     

Kata-katanya sontak membuat Mars penasaran. Ia memang ingin bertanya kepada Ellena tentang hal itu, tetapi sebelum ia melakukannya, ternyata Ellena sudah melakukannya lebih dulu.     

"Benarkah?"     

"Ya... dia memintaku untuk datang." Ellena mengangguk. "Awalnya aku ragu. Maksudku, seharusnya aku menjaga jarak dan tidak ada hubungannya dengan keluargamu karena kita bukan lagi teman. Tapi... setelah memikirkannya cukup lama, akhirnya kuputuskan untuk datang."     

"Bagaimana kau tahu dia memintamu untuk datang? Bagaimana dia melakukannya?"     

Mars berpura-pura tidak tahu dari Lily bahwa wanita itu meminta pelayannya untuk membayar seorang anak laki-laki dari pasar untuk mengirim pesan Emmelyn ke Ellena.     

"Oh, aku tahu itu pasti dia. Dia mengirim seorang anak laki-laki ke rumahku di ibu kota. Anak laki-laki itu memberi tahu pelayanku bahwa seseorang yang tinggal di Menara Abu-abu ingin bertemu denganku. Jadi, kepala pelayanku mengirim seorang pelayan ke rumah keluargaku di pedesaan untuk menyampaikan pesan. Kau juga tahu kan kalau tinggal di sana setelah terakhir kali kita bertemu." Ellena mengangkat bahu. "Kupikir dia pasti ingin bantuanku melarikan diri, jadi aku tidak mau datang."     

"Tapi akhirnya kau datang, bukan? Apa yang membuatmu berubah pikiran?"     

"Aku tidak bisa tidur selama berhari-hari memikirkan bayi yang dikandungnya," jawab Ellena. "Meskipun aku sangat membenci Emmelyn, aku tetap memikirkan anakmu yang berada dalam kandungannya."     

Ellena menatap Mars dengan saksama. Suaranya terdengar begitu tulus saat berbicara. "Tidak peduli seberapa keras aku berusaha untuk tidak peduli, tapi aku tidak bisa. Aku kau akan merasa hancur kalau terjadi sesuatu pada bayi itu... Jadi, aku akhirnya datang dan melihatnya."     

"Jadi, bagaimana pertemuan antara kalian berdua saat itu?" Mars bertanya pada Ellena lagi. Ia memandang wanita itu dan mendengarkan setiap kata dengan penuh perhatian. Ia perlu tahu segalanya.     

"Dia memohon padaku untuk membantunya melarikan diri. Dan sebagai imbalannya, dia akan memberikanmu untukku," sahut Ellena dengan suara rendah. Ada ekspresi penghinaan yang jelas di wajahnya.     

Mars pikir ia salah dengar. Ia memiringkan kepalanya ke arah Ellena dan mengerutkan alisnya.     

Wanita itu buru-buru melambaikan tangannya. "Tentu saja aku bilang tidak! Aku tidak percaya dia menganggapmu sebagai barang yang mudah saja diberikan kepada orang lain. Saat itu, kebencianku padanya bertambah besar. Sebagai temanmu, aku tidak bisa menerima kalau kau diperlakukan seperti itu."     

Mars terdiam sesaat.     

"Dia bilang apa?" Mars akhirnya mengajukan pertanyaan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Emmelyn akan memberikannya kepada Ellena jika Ellena membantunya melarikan diri?     

Apa itu benar? Bagaimana bisa istrinya mengatakan hal seperti itu kepada Ellena?     

"Tolong jangan berbohong kepadaku, Ellena," ujar Mars dengan gigi terkatup. "Mengingat persahabatan kita di masa lalu, aku tidak ingin bersikap kasar padamu. Tapi tolong jangan bicara omong kosong."     

"Aku tidak bohong…." Ellena terlihat sangat tersinggung dan ia langsung bangkit dari tempat duduknya sambil berurai air mata.     

Ellena mengarahkan jarinya kepada Mars dan menggeleng dengan perasaan getir. "Aku tidak percaya cinta telah benar-benar membutakanmu dan sekarang kau bahkan tidak bisa berpikir jernih. Aku di sini karena aku peduli padamu meskipun kau telah mengecewakanku berkali-kali dan kau membuangku begitu saja saat kau sudah tidak membutuhkanku lagi."     

"Emmelyn tidak akan pernah melakukan hal seperti itu," tegas Mars. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja Ellena katakan. Tentunya Ellena hanya ingin memfitnah Emmelyn karena ia ada di sini bukan untuk membela diri.     

Benar, bukan?     

"Emmelyn tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu!" tegas Mars     

Ellena menggelengkan kepalanya dan berkata dengan sinis, "Ya, tentu saja kau akan berpikir seperti itu. Karena kau jatuh cinta padanya, dia selalu benar di matamu. Dia sempurna. Dia adalah segalanya untukmu. Dia tidak pernah salah!"     

Ellena mengepalkan tangannya dan melangkah maju untuk menantang Mars, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan dan wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Sorot mata Ellena tampak berapi-api yang menyiratkan amarah dan sakit hatinya, kemudian ia berbicara dengan gigi terkatup. "Yang Mulia, faktanya adalah, dia itu pembunuh berdarah dingin yang telah membunuh ibumu dan dia tidak mencintaimu seperti kau mencintainya. Kau hanya alat untuk balas dendamnya. Dia sungguh tidak mencintaimu sehingga mudah saja baginya untuk menyerahkanmu kepadaku. Dia pikir aku akan…."     

Air mata Ellena semakin deras mengalir. "Kau tahu? Dia salah! Dan kalau kau juga berpikir aku di sini untuk mencuri-curi kesempatan dengan menenangkanmu yang sedang bersedih... kau juga salah! Aku tidak mencintaimu lagi. Tidak setelah bagaimana kau memperlakukanku ...."     

Wanita itu berbalik dan berjalan menuju ke pintu.     

Tepat pada saat itu, pintu dibuka dan Gewen masuk dengan seorang pelayan yang membawa sepoci teh baru.     

"Hei, ada apa ini?" tanya pria tampan itu kepada Ellena dan mengerutkan alisnya saat melihat air mata Ellena.     

Gewen kemudian beralih menatap Mars dan bertanya pada sang pangeran melalui tatapan matanya mengenai apa yang terjadi. Ia hanya pergi selama dua puluh menit dan tiba-tiba saja suasananya berubah sedrastis ini. Apa yang sebenarnya terjadi saat dia keluar?     

"Ellena! Jangan pergi, aku masih perlu bicara denganmu," panggil Mars.     

"Persetan! Aku tidak ingin berbicara denganmu jika kau hanya akan meragukan semua yang aku katakan. Terserah apa maumu dan simpulkan saja sendiri. Terserah kau mau berpikir bagaimana, tidak ada gunanya aku tetap di sini dan berbicara denganmu tentang apa yang sebenarnya terjadi ..." Ellena membentak keras sang pangeran dan membuat Gewen tertegun.     

Wanita ini seperti bukan Ellena yang ia kenal. Apa yang membuatnya marah seperti ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.