Pangeran Yang Dikutuk

Elena Yang Bersedih



Elena Yang Bersedih

0Pintu dibuka dari luar dan masuklah seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian serba hitam. Namun raut wajahnya tampak sendu. Penampilannya juga terlihat acak-acakan karena banyak menangis dan ia bahkan tidak peduli untuk memperbaiki rambutnya. Ya, saat ini Ellena terlihat sangat berantakan.     
0

"Yang Mulia ..." Saat wanita itu mulai berbicara, air mata perlahan menetes di pipinya. Sepertinya ia sudah menangis selama berhari-hari dan ada bekas air mata di wajahnya. "Aku langsung memutuskan untuk datang begitu aku tahu kau sudah kembali. Aku sangat, sangat bersedih atas apa yang terjadi pada ibumu. Beliau wanita yang luar biasa. Kami semua sangat mencintainya."     

Mars menengadah dan menatap Ellena, dan ia tersentuh melihat wanita itu. Ellena tampak hancur. Melihatnya seperti ini membuat Mars trenyuh. Tiba-tiba, semua masalah mereka di masa lalu sepertinya tidak penting lagi. Ya, persahabatan mereka memang telah berakhir berbulan-bulan yang lalu, tetapi Ellena adalah sahabatnya selama dua dekade sebelum peristiwa itu terjadi.     

Sulit untuk menghilangkan hubungan yang begitu dalam setelah satu ketidaksepakatan besar. Dan bukan berarti persahabatan mereka berakhir karena salah satu dari mereka melakukan hal buruk satu sama lain. Persahabatan itu berakhir karena Ellena mencintai Mars, sementara Mars mencintai Emmelyn.     

Mars tahu Ellena telah jatuh cinta padanya sejak mereka remaja dan wanita itu akan melakukan apa saja agar bisa memenangkan hatinya. Ellena bahkan rela mengorbankan bertahun-tahun hidupnya untuk menghilangkan kutukan Mars, dan ia kembali ke rumah itu dan berpikir bahwa ia berhasil melakukannya ... ketika kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa penyihir jahat itu sebenarnya hanya mempermainkannya.     

Mars ingat Thessalis menyebut Ellena bodoh dan mudah tertipu. Ellena mengira ia sudah sangat membantu Mars dengan bekerja untuk Thessalis selama bertahun-tahun demi mengangkat kutukan yang dilemparkan pada Mars ketika, pada kenyataannya, Emmelyn-lah yang mematahkan kutukan itu. Semua kerja keras Ellena sebenarnya tidak berarti apa-apa.     

Ellena begitu terang-terangan tentang perasaannya terhadap sang pangeran. Ia dengan jujur ​​mengakui bahwa ia melakukannya karena rasa cintanya dan ia ingin menikah dengan Mars. Sayang, Mars sudah jatuh cinta dengan wanita lain. Jadi, setelah Ellena menerima kekalahan, ia dan Mars tahu bahwa lebih baik mereka berpisah dan memutuskan persahabatan mereka.     

Mars cukup dilema saat memutuskan persahabatan mereka karena Ellena telah melakukan banyak hal demi dirinya. Mars tidak ingin dilihat sebagai teman yang tidak tahu berterima kasih dengan membuang wanita itu ketika ia sudah memiliki seorang wanita untuk dicintai.     

Jadi, yang bisa Mars lakukan hanyalah berusaha menjauh dari Ellena. Akhirnya, Ellena yang memutuskan untuk memutuskan persahabatan mereka dan membebaskan Mars untuk mengambil tindakan itu lebih dulu.     

Ellena pergi jauh dari ibu kota agar mereka tidak bisa bertemu lagi dan perlahan menjauh dari kehidupan masing-masing. Tapi hari ini... wanita itu kembali menemuinya karena ia turut sedih atas duka Mars.     

Ellena tidak memikirkan persahabatan mereka yang rusak. Begitu ia tahu bahwa pangeran telah kembali, ia langsung datang menemui Mars dan untuk berbagi kesedihan dengannya. Ia tahu betapa sedihnya telah kehilangan sosok ibu yang sangat dicintai. Itu sebabnya ia mengesampingkan harga dirinya dan tetap datang.     

Melihat betapa hancurnya perasaan Ellena atas kepergian sang ratu membuat hati Mars melunak. Air matanya kembali mengalir meski sebelumnya Mars pikir hatinya sudah lebih tenang sekarang.     

Mars telah mencoba untuk berhenti memikirkan kematian ibunya setelah berkabung untuk sang ibu selama tiga minggu penuh selama perjalanan pulang, tapi sekarang hanya itu yang ia pikirkan.     

"Ellena...." Mars tak sanggup melanjutkan perkataannya sejenak. Air mata mulai mengalir di wajahnya lagi. Lalu ia melanjutkan, "Terima kasih sudah datang."     

"Aku sangat….ah, aku turut berduka cita atas apa yang menimpamu." Ellena ikut menangis, "Ini sangat tidak adil. Kau tidak pantas menerima semua ini."     

Wanita itu melangkah maju dan segera memeluk sang pangeran yang merupakan sahabatnya di masa lalu. Ia kemudian menangis sedih di bahu Mars. Ellena tampak begitu sedih dan terus berurai air mata. Dadanya naik turun karena isak tangisnya.     

Melihat Ellena terisak tak terkendali, terlihat hancur dan begitu putus asa, Mars tidak tega mendorongnya pergi. Ellena adalah temannya jauh sebelum ia bertemu Emmelyn dan sebelum Ellena memutuskan persahabatan mereka.     

Jika ini terjadi sebelum Emmelyn memasuki hidupnya, ini tidak akan terasa tidak pantas atau canggung karena ia dan Ellena adalah teman. Ellena akan selalu mendukungnya di saat-saat sulit dan berada di sisinya, seperti yang selalu ia lakukan padanya karena mereka adalah teman.     

Jadi, wajar saja jika Ellena sangat berduka atas kematian Ratu Elara. Ia tidak hanya dekat dengan Mars, tetapi juga dekat dengan ratu ketika mereka masih muda. Baginya, kehilangan ratu pasti terasa seperti kehilangan seorang bibi yang ia sayangi.     

Melihat Ellena menangis pilu diikuti Mars, Gewen ikut terharu. Ia menyeka matanya yang berkaca-kaca dan bergabung dengan mereka berdua dan bersama-sama menangisi kematian ratu.     

Setelah berminggu-minggu memendam kesedihan dan rasa sakitnya sendiri, akhirnya Mars bisa mengungkapkan kesedihannya secara terbuka. Kedua orang ini adalah teman terdekatnya. Dan ia membutuhkan mereka selama masa-masa terberat dalam hidupnya ini.     

Akan sempurna jika Edgar juga ada di sini, tapi setidaknya sekarang ada Gewen dan Ellena di sini. Bagi Mars, ini terasa sedikit lebih baik daripada jika ia sendirian saja.     

Mereka bertiga tidak mengatakan apa pun selama setengah jam setelah mereka menangis bersama. Sulit untuk berbicara. Tidak ada kata-kata penghiburan yang bisa mencairkan suasana. Ratu telah meninggal dan tidak ada air mata yang bisa menghidupkan kembali yang sudah mati.     

Tehnya sudah lama dingin ketika Mars akhirnya mempersilakan Ellena duduk agar mereka bisa mengobrol.     

"Maaf... Jhon menyiapkan teh untuk kita tapi sudah dingin. Biar aku minta yang baru," ujar Mars. Namun, sebelum ia bangkit dan memanggil kepala pelayan, Gewen menawarkan diri untuk mengambilnya.     

"Biar aku saja. Bukankah kau bilang ingin bicara kepada Ellena?" tawar Gewen sambil bergegas bangkit. Mars mengangguk. "Kalau begitu, aku akan meminta Jhon membawakan kita teh yang baru. Kalian berdua bisa bicara."     

Begitu Gewen keluar dari ruang kerja, Ellena duduk di sofa dekat sang pangeran. Saat ia duduk, ia melemparkan pandangannya ke sekelilingnya.     

Ruang kerja sang raja ini terlihat begitu besar dan mewah. Ada begitu banyak patung dan dekorasi di dalamnya.     

Jauh di lubuk hatinya, Ellena berpikir semua ini tidak cocok untuk Mars. Ia tahu sang pangeran lebih suka buku daripada patung dan ornamen lainnya. Ahh… begitu Mars naik tahta dan menjadi raja nanti, Ellena berpikir ruang kerja ini perlu didekorasi ulang sesuai selera pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.