Pangeran Yang Dikutuk

Dilema Gewen



Dilema Gewen

0Namun Gewen sungguh yakin bahwa Ellena tidak bersalah dan wanita itu akan membuktikan dirinya di hadapan putra mahkota. Jadi, Gewen tidak perlu khawatir.     
0

Ellena tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Benar, bukan? Gewen mencoba meyakinkan dirinya sendiri.     

"Kata Emmelyn ... jika sesuatu terjadi padanya, aku harus membawa Harlow dan melindunginya sampai kau kembali," ujar Lily. Ia kemudian mulai menangis tak terkendali. "Setelah dia berbicara denganku... dia pergi tidur. Aku pulang untuk berganti pakaian dan melihat anak-anakku. Saat aku kembali ke Menara Abu-abu, ternyata dia sudah meninggal."     

Athos menarik Lily ke dalam pelukannya dan memeluk wanita itu dengan penuh perhatian. Ia juga menepuk-nepuk punggung Lily dan mencoba menghiburnya. "Tidak apa-apa. Harlow aman sekarang. Mars ada di sini. Dia akan melindungi Harlow."     

Athos berusaha untuk tidak menyebut nama Emmelyn karena itu hanya akan membuat istrinya menangis semakin keras.     

"Ya... aku tahu, Yang Mulia sudah ada di sini... tapi... tapi Emmelyn..." Lily membenamkan wajahnya di dada suaminya dan terus terisak. Putra sulungnya tampak khawatir dan datang untuk memegang tangannya.     

"Ibu... Ibu baik-baik saja? Siapa yang membuat Ibu menangis?" tanya anak kecil itu dengan prihatin.     

Lily menyeka air matanya dan menggeleng, lalu pura-pura tersenyum. "Tidak, Ibu baik-baik saja, Sayang. Ibu hanya sedih atas apa yang terjadi pada ibunya Harlow."     

"Oh..." Louis melepaskan tangan ibunya dan pergi ke sisi Harlow. Ia menatap bayi yang sedang tidur itu dengan penuh perhatian dan menghela napas. Kemudian ia memandang ayahnya dan bertanya, "Jadi, ibu Harlow masih belum kembali?"     

Athos menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Tidak, Louis. Dia tidak akan kembali."     

Mars terkesan melihat Louis terlihat sangat pintar di usianya. Bocah itu jelas bisa menunjukkan empati dan ia sangat peduli pada ibunya dan juga Harlow.     

Kemudian Mars menyentuh bahu Louis dan tersenyum pada bocah itu. "Terima kasih telah peduli pada Harlow, Louis. Kau anak yang baik."     

Mars sangat menyukai keponakannya ini. Ia telah menggendong Louis ketika bocah itu masih bayi dan sekarang bayi itu telah tumbuh menjadi seorang bocah lelaki. Sungguh menakjubkan menyaksikan anak-anak tumbuh seperti ini. Ia berharap Harlow dan anak laki-laki Greenan bisa berteman saat mereka tumbuh bersama, seperti dirinya dan ketiga temannya. Jadi, Harlow tidak akan merasa kesepian.     

Jika istrinya masih hidup, Mars dapat bergantung pada memiliki lebih banyak anak bersamanya untuk menemani Harlow. Tapi sekarang, itu hanya mimpi yang terasa jauh saat ini.     

Mars menyadari bahwa Harlow akan menjadi anak tunggalnya dan ia akan tumbuh kesepian, sama seperti Mars dulu.     

Ahh ... mengapa Harlow harus mirip dengannya dalam banyak hal? Tidak hanya mereka terlihat mirip, tetapi mereka juga berbagi nasib sial yang sama.     

"Sepertinya informasi yang kubutuhkan dari Lily sudah cukup. Aku akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut dan berbicara dengan Roshan, Ellena, dan semua orang yang terlibat," ujar Mars kepada semua orang. "Ayo, cepat selesaikan makan siang kita. Aku akan pergi mengunjungi ayahku dan berbicara dengannya. Lalu, aku akan menelepon Ellena dan Roshan."     

"Ya, ayo makan siang. Makanannya sudah dingin sekarang," sahut Athos. "Kita butuh banyak energi untuk menyelidiki kasus ini. Aku akan membantumu sebisaku. Jangan sungkan untuk mengandalkanku."     

Keempat orang dewasa itu kembali ke tempat duduk mereka dan melanjutkan makan siang yang terganggu oleh percakapan mereka sebelumnya. Tidak ada yang berbicara sesudahnya. Semua orang tenggelam daam pikiran masing-masing.     

Gewen tidak ingin menimbulkan keributan lagi dengan mengungkapkan pendapatnya. Jadi, ia melahap makanannya perlahan dengan alis berkerut, memikirkan apa yang dikatakan Lily atas nama Emmelyn.     

Gewen tahu Emmelyn dan Ellena bersaing untuk cinta Mars. Jika Emmelyn dengan sengaja menyeret nama Ellena ke lumpur hanya karena dendam, Gewen tidak akan pernah bisa memaafkannya.     

Tapi... jika Ellena benar-benar menjebak Emmelyn demi bisa merebut cinta Mars, penilaiannya terhadap wanita itu tidak akan sama lagi.     

Akankah Ellena melakukan hal seperti itu?     

Gewen yakin, mana mungkin Ellena tega membunuh Ratu Elara.     

Namun, ia juga tahu Ellena sangat mencintai Mars dan kalau mempertimbangkan karakter wanita itu, Gewen juga tidak akan heran jika Ellena mencoba menggunakan pengaruh ayah angkatnya untuk mengeksekusi Emmelyn setelah Harlow lahir.     

Jadi, singkatnya, Gewen tidak percaya Ellena membunuh ratu, tetapi ia mungkin memiliki andil dalam kematian Emmelyn.     

Mars dengan cepat menghabiskan makan siangnya dan bersiap untuk pergi. Ketika ia bangkit dari tempat duduknya, Harlow kebetulan ikut terbangun. Tangisan bayi itu langsung menarik perhatiannya.     

"Oh, tidak..." Ayah baru itu langsung panik. Ia cepat-cepat menoleh ke arah Lily dan bertanya apa yang harus ia lakukan.     

"Tidak apa-apa. Terkadang bayi memang menangis saat baru bangun. Mereka hanya perlu dipeluk atau dibuai supaya mereka tahu bahwa mereka aman dan dicintai," jelas Lily. "Apa kau ingin menggendongnya?"     

Mars mengangguk. "Ya, tentu."     

"Yah, angkat saja dia dari keranjangnya. Sepertinya kau juga sudah tahu apa yang harus dilakukan," ujar Lily sambil tersenyum. Ia tahu Mars mengira ia akan mengangkat Harlow dari keranjangnya dan kemudian menyerahkan bayi itu kepada Mars. Yah, Lily tidak akan melakukan itu. Ia ingin Mars melakukannya sendiri agar pria itu terbiasa menggendong putrinya sendiri.     

"Oh... baiklah." Mars mengangguk, tapi ia jelas gugup. Pria itu pernah menggendong anak-anak keluarga ini saat mereka masih bayi dan tidak bermasalah dengan itu. Namun, mereka semua laki-laki dan terlahir normal. Sedangkan Harlow adalah bayi perempuan dan ia lahir prematur. Jadi, jelas tubuhnya lebih kecil dan lebih rapuh dibandingkan anak laki-laki.     

Mars benar-benar tidak ingin membuat kesalahan dengan Harlow karena bayi ini adalah anak satu-satunya, mungkin selama sisa hidupnya. Jika sesuatu terjadi kepada Harlow, ia tidak tahu lagi bagaimana harus bertahan hidup.     

Untuk apa tetap hidup? Ia telah kehilangan ibunya, Emmelyn... dan jika ia kehilangan Harlow, ia tidak ingin terus hidup.     

Mars mendekati keranjang dan setelah beberapa saat merasa ragu, ia membungkuk dan dengan lembut mengangkat bayi kecil yang baru saja membuka matanya dan menangis.     

"Oh, Harlow ..." bisiknya sambil memeluk Harlow dan menggendongnya. "Gadisku yang manis... Ini ayahmu. Jangan menangis. Kau aman. Ayah ada di sini...."     

Dari penglihatan sekelilingnya, bayi itu akhirnya bisa melihat wajah pria yang menggendongnya dan ia langsung berhenti menangis. Wajah mereka begitu dekat satu sama lain. Mars sangat tergoda untuk mencubit hidung kecilnya dan menciumnya, tetapi ia menahannya.     

Bayi ini tampak begitu rapuh. Mars tidak ingin menghancurkannya.     

"Sudah, cium saja keningnya atau pipinya. Dia sudah terbiasa disentuh. Dia sebenarnya suka kalau disentuh. Percayalah," ujar Lily yang sepertinya mengerti kekhawatiran Mars.     

"Ah, baiklah...." Mars menghela napas lega dan akhirnya mencium kening bayinya. Hmm…bayinya ini sangat harum dan Mars sangat menyukai aromanya. Ada aroma bayi yang berbeda di antara aroma susu di kepalanya, dan itu terasa sangat menenangkan.     

Mars jadi berharap supaya Harlow cepat besar sehingga ia bisa memeluknya lebih erat lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.