Pangeran Yang Dikutuk

Di Kastil The Greenan



Di Kastil The Greenan

0"Dia sangat mirip denganku, bukan?" tanya Mars antusias. Selain warna rambut, Gewen sama sekali tidak melihat kemiripan antara putra mahkota dan bayi jelek itu.     
0

"Ya, benar." Gewen terpaksa berbohong. Untung saja ia cukup pandai berbohong.     

Harlow cemberut dan terus berusaha meraih sesuatu, dan ketika ia tidak mendapatkannya, ia menangis keras-keras. Mars langsung panik. Lalu ia menoleh ke arah Lily, meminta bantuan.     

Wanita itu menampar dirinya sendiri dan membuat tanda untuk mendapatkan Harlow kembali. "Maaf, Yang Mulia. Kami harus memberinya makan. Dia baru saja bangun dan biasanya lapar setelah tidur siang. Saya akan memberikannya kepada ibu susunya agar dia bisa makan."     

"Ah, baiklah." Mars memberikan bayi itu kembali kepada Lily. Dengan ekspresi rindu, ia melihat Lily membawa putrinya ke dalam kamar dan kemudian menghilang dari pandangan.     

'Rasanya ini tidak nyata,' pikir Mars. Untuk sesaat, ia bisa melupakan kesedihan dan rasa sakitnya. Melihat Harlow, darah dan dagingnya itu di dalam pelukannya, ia merasa semua kekhawatirannya tidak berarti apa-apa.     

"Dia akan segera selesai," kata Athos untuk menenangkannya. "Bayi, terutama yang baru lahir, memiliki perut yang sangat kecil. Mereka hanya makan sedikit."     

Mars mempercayai sepupunya karena Athos sendiri sudah memiliki tiga anak. Louis, yang tertua berjalan ke arah mereka dan kemudian menundukkan kepalanya ke putra mahkota.     

"Ayah, Ibu bilang dia sudah meminta juru masak untuk menyiapkan makan siang," lapor anak laki-laki itu kepada ayahnya. "Makanannya hampir siap."     

"Ah, benar. Ini hampir jam makan siang. Apa kau makan siang bersama kami?" Athos menoleh ke Mars dan bertanya padanya.     

Ada begitu banyak yang bisa dibicarakan tentang urusan kerajaan. Athos berpikir lebih baik mengobrol sambil makan siang dengan suasananya tidak terlalu formal.     

Mars mengangguk. Ia sependapat dengan Athos. Ia ingin tahu semua yang terjadi di ibu kota selama ketidakhadirannya. Begitu mendapatkan semua informasi itu, ia akan tahu apa yang harus dilakukan.     

"Ya," sahut Mars datar.     

"Kalau begitu, mari kita pergi ke ruang makan."     

Athos memimpin dengan putranya, sementara Mars dan Gewen mengikuti. Satu demi satu, para pelayan kastil yang melihat sang pangeran membungkuk saat ia berjalan melewati mereka.     

Mereka semua tiba di ruang makan besar dan mengambil tempat duduk mereka. Tak lama kemudian, para pelayan datang sambil membawa setiap hidangan dan menyajikan makan siang untuk mereka. Athos benar. Tidak butuh waktu lama bagi Harlow untuk makan. Ia datang bersama Lily sepuluh menit setelah para pria tiba di ruang makan.     

Lily menggendong Harlow, sementara dua pelayan membawa keranjang kecil dan selimut bayi. Ia meletakkan Harlow di keranjang dan membungkus tubuh mungilnya dengan selimut. Bayi itu mengantuk lagi setelah diberi makan.     

Harlow sudah tertidur di keranjangnya. Lily memberi isyarat kepada pelayan untuk membawa keranjang dan meletakkannya di sebelah pangeran.     

"Sepertinya Anda ingin Harlow dekat dengan Anda, Yang Mulia," kata Lily sambil tersenyum. Mars balas tersenyum. Lily benar. Itulah yang ia inginkan.     

Mars menatap wajah bayi kecil itu dengan kagum. Harlow sangat menggemaskan. Ia tidur dengan tangan terkepal erat dan mulutnya terbuka, menunjukkan lidahnya yang merah muda sedang menghisap sesuatu.     

"Apa dia masih lapar?" tanya Mars kepada Lily. Ia khawatir Harlow tidak cukup makan.     

"Ah, tidak. Dia baru saja makan banyak. Dia hanya mengantuk. Sepertinya dia cuma sedang bermimpi sedang makan," jelas Lily. "Bayi memang begitu. Pikiran mereka sangat sederhana. Mereka hanya berpikir tentang makan dan bermain, dan itu adalah pikiran yang muncul di benak mereka saat tidur juga."     

"Ahh... sangat sederhana memang." Mars mengangguk mengerti. Sementara Gewen mengangkat alisnya saat mendengar itu.     

'Jadi, bayi hanya berpikir untuk makan dan bermain? Ah, membosankan sekali,' pikirnya.     

Mars menyentuh rambut Harlow dengan penuh kasih dan tersenyum. Ia benar-benar berharap bayinya akan mirip dengan Emmelyn sehingga ia bisa melihat wajah istrinya lagi seiring bertambahnya usia Harlow. Tapi sepertinya keinginannya tidak dikabulkan.     

Harlow sangat mirip dengannya. Sial sekali Bahkan keinginan sederhana seperti melihat wajah istrinya pada putrinya sepertinya terlalu berlebihan untuk diminta.     

Mars mencoba untuk menyingkirkan pikiran dan sekarang fokus pada hal lain yang lebih penting, apa yang terjadi di ibu kota selama ketidakhadirannya.     

Bagaimana ibunya meninggal dan apa yang terjadi sesudahnya?     

Semua yang terjadi, semuanya terhubung. Jadi, ia perlu mengetahui detailnya dan mengambil tindakan.     

"Apa kalian bisa memberi tahuku apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku dan bagaimana mereka akhirnya menuduh Emmelyn atas kejahatan itu?" tanya Mars kepada Athos dan Lily. Ia mempercayai keduanya karena ia dekat dengan mereka. Mereka tidak memiliki konflik kepentingan atas kematian ratu dan pemenjaraan Emmelyn, tidak seperti beberapa orang lainnya.     

Mars bahkan tidak akan mempercayai ayahnya akan bersikap netral karena ia tahu betapa Raja Jared tidak menyukai Emmelyn.     

Athos menjelaskan semua yang ia dengar dari berbagai sumber: para penjaga yang pergi bersama ratu ke kastil putra mahkota, kepala pelayan yang menyambut ratu dan meninggalkannya sendirian dengan Emmelyn di ruang kerja, dan komandan yang menangkap Emmelyn ketika ia mencoba melarikan diri.     

"Dari yang kami dengar, Putri Emmelyn kembali ke kastilmu dan tinggal di sana sementara selama tiga hari. Jhon berkata setelah kepulangan Yang Mulia Ratu, Tuan Putri Emmelyn ingin menginap lebih lama lagi karena dia merasa tidak enak badan. Jadi, Yang Mulia Ratu segera pergi ke sana untuk mengunjunginya dan membawa banyak hadiah dan obat-obatan."     

Mars menatap sepupunya dengan penuh perhatian sambil mendengarkan penjelasannya. Semuanya terdengar seperti skenario yang masuk akal. Ia bisa membayangkan Emmelyn merasa bosan di istana dan mencari alasan untuk kembali ke tempatnya sendiri.     

"Lalu apa yang terjadi? Apakah ibuku bertemu Emmelyn di sana?" tanya Mars pada Athos.     

Athos mengangguk. "Ya. Ratu menyuruh pengawalnya untuk menunggu di luar dan beristirahat sementara dia menghabiskan waktu dengan Emmelyn di dalam istanamu. Namun, sampai malam tiba, beliau tidak juga keluar sehingga para penjaga menjadi khawatir dan masuk ke dalam. Namun yang mereka temukan adalah...."     

Athos tidak melanjutkan kata-katanya karena kebenaran itu terasa sulit untuk diceritakan. Mars pasti merasa hancur saat ini. Bisakah ia tahan mendengarkan detil mengerikan dari insiden pembunuhan ibunya?     

"Lanjutkan saja," ujar Mars tegas. "Aku perlu mendengar semuanya."     

Athos menelan ludah lalu mengangguk. "Yah... mereka menemukan Yang Mulia Ratu meninggal di dalam kamarmu dengan bersimbah darah. Dadanya ditusuk berkali-kali dengan pisau. Para pelayan bersaksi bahwa pisau itu milik Putri Emmelyn."     

Mars ingat istrinya memang memiliki pisau khusus. Pisau itu sangat berbeda karena karena memiliki ciri khas yang unik. Gagangnya terbuat dari kuningan dan ada ukiran bunga Wintermere kecil di atasnya. Para pelayan yang membersihkan kamar mereka pasti pernah melihat pisau itu dan memberi tahu penjaga bahwa itu milik nyonya mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.