Pangeran Yang Dikutuk

Apa Mereka Semua Buta?



Apa Mereka Semua Buta?

0Kali ini, Mars merasa harus menenangkan diri. Tidak peduli seberapa dalam luka dan kesedihannya, ia tidak boleh membiarkan dirinya terus-menerus tenggelam dalam duka ini.     
0

Harlow membutuhkannya.     

"Terima kasih." Mars mengangguk dan bangkit. Ia menaiki Snow dan menunggang kudanya itu menuju kastil di pinggiran kota King, tempat tinggal Lord Greenan, keluarga bibinya.     

Miranda Strongmoor menikah dengan Lucas Greenan dan memiliki tiga anak. Dua dari mereka diutus untuk memerintah koloni yang telah ditaklukkan Draec selama bertahun-tahun. Sementara Athos menikah dengan Lily, seorang putri dari Southberry, dan memerintah kerajaan penghasil wine, sementara Ethos sekarang memerintah Wintermere. Adapun putra bungsu Greenan, Landon, ia sedang dipersiapkan untuk memerintah koloni baru yang ingin ditaklukkan Draec, dan itu adalah Asguay.     

Landon Greenan adalah seorang sarjana yang menghabiskan sebagian besar waktunya mempelajari politik untuk mempersiapkan dirinya untuk peran tersebut. Ia bukan seorang pejuang seperti kakak laki-lakinya dan lebih suka membenamkan dirinya dalam buku.     

Baru-baru ini, Lord dan Lady Greenan lebih suka menghabiskan lebih banyak waktu di rumah mereka di pedesaan, sehingga rumah utama mereka di ibu kota seringkali kosong. Di situlah Athos dan Lily serta ketiga anak mereka tinggal setelah mereka membawa Harlow ikut tinggal bersama mereka.     

Keluarga itu menunggu Mars kembali sehingga mereka bisa mengembalikan Harlow kepada ayahnya sebelum mereka pulang. Mereka khawatir jika membawa bayi kecil itu ke Southberry atau ke rumah orang tua Athos di pedesaan, Mars akan kerepotan hanya untuk melihat bayinya. Jadi, mereka menunggu dengan sabar di kastil itu. Ke sanalah tujuan Mars pagi ini setelah ia mengunjungi makam Emmelyn dan ditemani Gewen yang selalu mengikutinya dengan setia.     

Saat mereka tiba di kastil Greenan, Athos menyambut mereka di gerbang. Berita menyebar dengan cepat di ibu kota dan ia sudah mendengar bahwa putra mahkota tiba di istana kerajaan tadi malam. Jadi, saat Mars tiba di rumah keluarganya, Athos sudah menunggunya.     

"Yang Mulia," sapa Athos, lalu menundukkan kepalanya untuk memberi hormat.     

Mars mengangguk dengan tidak sabar dan langsung ke intinya. "Di mana putriku?"     

"Dia di dalam, sedang tidur," sahut Athos. Ia menunjukkan jalan kepada mereka dan segera ketiga pria itu berjalan melewati taman besar di dalam tembok kastil, pergi ke bangunan utama tempat tinggal keluarga bangsawan.     

Lily keluar dari kamar begitu mendengar kepala pelayan mengumumkan kunjungan putra mahkota. Begitu melihat kedatangan Mars, ia tidak bisa menahan air mata. Sudah tiga minggu sejak Emmelyn 'meninggal', dan ia masih berduka.     

Ia menangis ketika mengingat Emmelyn setiap kali memeluk Harlow untuk tidur. Lily merasa sangat kasihan pada bayi kecil itu. Sekarang ketika ia melihat ayah bayi itu, ia tidak bisa menahan air mata lagi.     

"Yang Mulia ...." Lily ingin memberi hormat tetapi Mars dengan cepat melambai sebagai kode untuk melupakan formalitas di antara mereka.     

"Di mana Harlow?" tanya Mars cepat.     

"Dia baru bangun tidur. Aku akan segera membawanya," sahut Lily. Ia kembali ke dalam kamar dan segera keluar dengan bungkusan kecil di tangannya. "Yang Mulia, ini Harlow."     

Lily tersenyum lebar saat menyerahkan bayi itu ke Mars. Pangeran muda itu tercengang ketika melihat wajah kecil itu menyembul dari bungkusan itu.     

Jadi... ini Harlow?     

Bayi itu sangat kecil dan agak keriput, tetapi wajahnya sudah mulai menunjukkan ciri khasnya. Matanya abu-abu muda dan rambutnya sudah cukup banyak. Rambutnya yang hampir memutih membuatnya tampak aneh untuk seorang bayi.     

Ini mengingatkan Mars pada dirinya sendiri. Ratu Elara sering mengatakan kepadanya bahwa ia memiliki rambut putih ketika lahir dan membuatnya terlihat 'berbeda'. Sekarang, ia bisa mengerti apa yang dimaksud ibunya saat itu.     

"Dia sangat...." Mars kehilangan kata-kata. Dia hanya bisa bergumam, "cantik."     

Emmelyn adalah satu-satunya wanita yang pernah ia cintai, dan Mars tidak berpikir akan bisa mencintai wanita lain seumur hidupnya. Namun, Harlow membuktikan bahwa ia salah.     

Bibir mungilnya yang setengah terbuka itu terlihat sangat lucu saat lidah kecilnya yang berwarna merah muda terlihat dari dalam mulutnya, mencoba menyedot sesuatu. Dan hidungnya... Hidungnya kecil seperti kancing. Mars harus menahan diri agar tidak mencubit tombol imut itu.     

Inilah cintanya pada pandangan pertama.     

"Harlow ...." bisik Mars sambil mengulurkan tangannya dan menerima bayi kecil dari Lily. Ia tidak sadar saat air mata perlahan menetes di pipinya, namun ia juga tidak peduli. Hari ini adalah yang paling menyedihkan tetapi, pada saat yang sama juga hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya.     

Ia telah kehilangan ibu dan istrinya... tapi ia baru saja mendapatkan seorang putri.     

Lily melangkah mundur dan menyaksikan ikatan ayah-anak perempuan itu dan ia melirik suaminya. Atos mengangguk dan tersenyum. Pria itu mengerti apa yang dirasakan sepupunya. Ia ada di sana juga. Saat Lily melahirkan putra sulung mereka, Louis, ia juga merasakan hal yang sama.     

Menjadi seorang ayah adalah perasaan terbaik di dunia. Athos semakin jatuh cinta dengan istrinya setelah mereka memiliki anak bersama dan pernikahan mereka menjadi lebih kuat dan bahagia. Itu karena ia dan Lily memiliki anak yang semakin menguatkan ikatan pernikahan mereka seumur hidup karena mereka berbagi pengalaman, kebahagiaan, dan perjuangan menjadi orang tua.     

Sayangnya, Mars akan melakukan perjalanan itu sendirian karena istrinya telah meninggal dan ia harus merawat putri mereka seorang sendiri.     

Gewen mendekat untuk melihat Harlow lebih jelas. Ia telah melihat reaksi Mars dan sekarang ia ingin tahu seberapa cantik bayi itu hingga mendapat reaksi seperti itu dari orang dewasa di sekitarnya. Ia pikir mungkin Harlow terlahir cantik karena ia memiliki garis keturunan elf dari ayahnya.     

Gewen memiringkan kepalanya dan menatap bayi itu lekat-lekat. Pria itu dengan cepat mengerutkan alisnya ketika dia melihat Harlow.     

'Mereka semua buta ya?' pikir Gewen.     

'Bayi ini jelek.'     

Beruntung bagi Gewen, meskipun terkadang ia menyebalkan, setidaknya ia masih tahu kapan harus berbicara dan kapan harus tutup mulut hampir sepanjang waktu. Jadi, ia tidak mengatakan apa-apa tentang bayi jelek itu. Ia dengan bijaksana menyimpan pikiran itu untuk dirinya sendiri."Bagaimana menurutmu?" Mars mendongak dari bayinya dan menatap Gewen. Matanya berkaca-kaca.     

Namun, kali ini jelas bukan air mata kesedihan, melainkan kebahagiaan.Gewen tercengang. Bagaimana mungkin seseorang yang tadi malam dan pagi ini berduka begitu sedih, tiba-tiba bisa tersenyum begitu bahagia? Keajaiban macam apa ini?     

"Menurutku?" Gewen mengulangi pertanyaan Mars. Ia penasaran apa yang ingin diketahui temannya itu. "Tentang apa?"     

"Harlow," sahut Mars. "Tidakkah menurutmu Harlow adalah bayi tercantik di dunia?"     

Gewen mengangguk dengan penuh semangat. "Ya, tentu saja."     

'Mungkin duka mendalam sudah membuatnya buta,' pikir Gewen. Lagipula, Mars tidak bisa lagi membedakan antara cantik dan jelek. Ini membuat Gewen merasa sangat kasihan pada temannya. Namun, pria flamboyan itu tidak tega mengatakannya di depan Mars. Ia memilih diam saja dan hanya berpura-pura setuju dengan ayah baru itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.