Pangeran Yang Dikutuk

Sama Seperti Dia



Sama Seperti Dia

0Gewen berhasil mencapai hutan kecil itu bersamaan dengan Mars.     
0

Saat melihat dua kuburan di bawah pohon ek, hati Gewen mencelos. Tidak, ini sangat menyedihkan….     

Gewen ingat mereka baru saja menguburkan Killian beberapa bulan yang lalu, dan sekarang saudara perempuannya juga dimakamkan di sini?     

Meskipun Gewen tidak datang ke pemakaman Killlian, ia tahu apa yang terjadi karena Mars memberi tahunya. Saat itu, Gewen bisa melihat betapa sedihnya sang pangeran karena anggota keluarga terakhir istrinya meninggal di tangan mereka, tepatnya di tangan Gewen. Panahnya-lah yang membunuh Killian.     

Gewen tahu penyesalan dan rasa bersalah Mars atas kematian Rosehills sangat mendalam. Ia bahkan sampai menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Dan sekarang Emmelyn juga telah tiada?     

Rosehills sangat tidak beruntung. Sekarang, semua orang dari keluarga ini telah tewas, tidak ada satu pun yang selamat.     

Tunggu... Bukankah Jhon mengatakan Emmelyn sudah melahirkan seorang putri sebelum ia meninggal? Artinya, Rosehills sebenarnya memiliki satu anggota keluarga tersisa yang masih hidup. Seorang bayi kecil yang juga merupakan keturunan dari orang yang bertanggung jawab atas bencana mereka. Sungguh situasi yang rumit.     

Bayi yang malang….     

Gewen menarik napas dalam-dalam saat membayangkan bayi sekecil itu harus hidup tanpa ibunya.     

Mars turun dari kudanya dan berjalan lemas menuju sebuah kuburan baru. Kuburan itu sangat sederhana dengan batu nisan polos berwarna abu-abu, sangat berbeda dengan kuburan indah di sebelahnya. Perbedaan yang mencolok itu membuat hatinya sakit.     

Mars sengaja membuat kuburan Killian bagus karena pria itu adalah saudara laki-laki Emmelyn. Batu nisan itu terbuat dari marmer putih dan di sebelahnya ada patung kecil sebagai hiasan.     

Emmelyn juga meminta para tukang kebun untuk menanam bunga Wintermere di sekitar kuburan. Jadi, saat musim dingin, mereka bisa melihat bunga-bunga putih bermekaran di daerah tersebut. Itu akan sangat indah.     

Saat ini, mereka bisa melihat bunga lavender dan tulip di atas makam Killian. Bunga-bunga itu tumbuh sendiri di awal musim semi ini. Secara keseluruhan, makam itu tampak damai dan indah. Namun tidak begitu dengan kuburan baru di sebelahnya.     

Mars berlutut ketika sampai di makam Emmelyn. Ia bisa membayangkan perlakuan yang diterima Emmelyn selama ini pasti sangat buruk karena dituduh membunuh ratu. Jadi, ketika ia meninggal, mereka hanya melemparkan peti matinya ke kuburan tanpa nama dan meletakkan batu nisan yang sederhana.     

Semuanya menjadi kabur saat pandangan Mars kabur oleh air mata yang terus menetes di pipinya. Ia pikir ia telah mengalami hal terburuk dalam hidupnya dan tidak ada yang bisa mengalahkan kematian ibunya.     

Tapi ternyata, ia salah. Ini... adalah hari terburuk dalam hidupnya.     

Terburuk dari yang terburuk.     

Gewen tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak pandai menghibur orang. Jauh lebih baik memintanya untuk merayu seorang wanita atau membuat wanita yang sedih untuk tersenyum, ia lebih ahli melakukannya.     

Tapi dalam situasi ini, Gewen bahkan tak mampu berkata-kata. Ia hanya bisa berdiri beberapa meter jauhnya dan memberikan privasi Mars untuk berduka. Setidaknya, ia akan tetap ada di sini kalau-kalau temannya itu membutuhkannya.     

Mars ingin berteriak dan memanggil nama Emmelyn tapi ia tidak bisa mengeluarkan suara apa pun. Ia hanya menangis dan terus menangis di sana selama berjam-jam.     

Sekarang ia menyadari bahwa meskipun ia telah membunuh Thessalis, nasib buruknya tetap ada. Kutukan itu menang. Dirinya tidak akan pernah bahagia. Sekarang, ia kembali ke titik nol.     

Ibu tercintanya, sandaran utamanya telah diambil darinya dengan cara yang begitu kejam. Kemudian istrinya, satu-satunya wanita yang pernah dicintainya, yang membuatnya berpikir hidupnya berharga... juga ikut tiada.     

Pada titik ini, Mars tidak akan pernah tahu kebenarannya. Emmelyn meninggal dan membawa rahasia itu ke dalam kuburnya. Thessalis mengatakan Emmelyn datang ke Draec untuk merayunya dan menghancurkan keluarganya untuk membalas dendam. Tapi apakah itu benar?     

Mars tidak mau mempercayai penyihir itu. Ia hanya ingin mendengar sisi cerita Emmelyn. Tidak peduli apa pun itu, ia akan mempercayai istrinya. Ia hanya perlu mengatakan bahwa Thessalis berbohong dan Mars akan melupakannya.     

Tapi sekarang... kebenaran itu telah hilang selamanya.     

Angin dingin meniup rambut panjang sang pangeran dan Gewen bisa melihat wajah temannya dipenuhi air mata. Melihatnya seperti itu membuat Gewen ikut sedih. Meskipun ia tidak menyukai Emmelyn, tetapi ternyata kepergian wanita itu juga ikut membuatnya sedih.     

Gewen tidak pernah menyangka bahwa Mars tidak dapat dihibur ketika wanita yang dicintainya meninggal. Apa begini rasanya jatuh cinta? Bisakah kehilangan seseorang yang kau cintai menghancurkan hidupmu dengan cara seperti ini?     

Inilah yang membuat Gewen semakin enggan untuk jatuh cinta. Ia berharap tidak akan pernah mengalami hal seperti itu. Sangat mengganggu. Bergantung pada seseorang untuk merasa bahagia sepertinya sangat mengerikan. Karena saat orang itu meninggal atau pergi, kehampaan yang mereka tinggalkan akan terasa begitu menyakitkan.     

Tidak, terima kasih. Gewen tidak ingin hal itu terjadi padanya.     

Bukan hanya Mars. Lihatlah ayahnya. Gewen telah mendengar para pelayan berbicara tentang bagaimana raja yang menjadi gila ketika Ratu Elara meninggal.     

Ia tidak bisa membayangkan kehilangan akal sehatnya hanya karena seorang wanita. Tidak ada manusia yang pantas kehilangan kewarasanmu. Tidak, terima kasih.     

Gewen menghela napas panjang dan akhirnya melangkah mendekat. Ia mengira Mars sudah lama menangis. Tidak ada jumlah air mata yang akan mengembalikan orang yang sudah mati. Jadi, mengapa tidak fokus saja kepada yang masih hidup?     

Mars punya bayi kecil yang membutuhkannya. Temannya itu mungkin terlalu hancur bahkan untuk mengingat putrinya sendiri, tetapi Gewen tidak akan membiarkannya terus berkubang dalam kesedihannya dan meninggalkan bayi kecil itu. Ia tahu Mars akan menyalahkan dirinya sendiri jika pikiran jernihnya kembali.     

"Yang Mulia." Gewen menyentuh lembut bahu Mars. "Apa kau tidak ingin melihat bayimu? Namanya Harlow, bukan? Dia pasti membutuhkanmu sekarang."     

Mars sering membicarakan anaknya yang belum lahir kepada Gewen selama perjalanan mereka ke Wintermere. Ia bahkan pernah memberi tahu Gewen bahwa nama bayi itu adalah Harlow karena Emmelyn menyukai nama itu meskipun mereka tidak tahu apakah itu laki-laki atau perempuan.     

Gewen memuji dirinya sendiri karena mengingat nama itu, karena sepertinya, menyebut 'Harlow' barusan berhasil menggugah temannya itu dari kesedihannya.     

Mars menyeka matanya yang basah dan menoleh ke Gewen. Tatapannya masih terlihat sendu. Gewen sudah melakukan tindakan yang benar dengan berbicara tentang bayi itu. Mars terkubur dalam kesedihannya dan telah melupakan anaknya.     

Itu benar. Mereka punya bayi. Seorang putri. Namanya Harlow.     

Mars bahkan belum sempat melihatnya karena terlalu sibuk berduka.     

"Harlow..." gumamnya dengan suara yang nyaris tak terdengar. Ia menunduk dan melihat kuburan polos itu, lalu pikirannya mengembara ke masa lalu. Saat itu, ia dan Emmelyn menyetujui nama Harlow setelah bayinya menendang untuk pertama kalinya.     

Itu adalah kenangan yang sangat indah. Sekarang terasa seperti mimpi yang jauh.     

Mars mendesah. Sekarang bayi itu sudah terlahir ke dunia ini. Ia tidak lagi menendang dari dalam perut Emmelyn. Ia telah lahir dan hidup dan Mars tidak sabar untuk melihatnya.     

"Apa kau tahu di mana Harlow sekarang?" Mars menoleh ke arah Gewen dan bertanya dengan suara serak. "Aku harus melihat putriku."     

Gewan mengangguk. "Ya. Lily Greenan membawanya bersamanya. Bayimu tinggal bersama mereka sekarang."     

Mars mengalihkan pandangannya. Kata-kata Jhon terngiang di benaknya.     

'Putri kecil itu masih sangat muda dan sudah sangat menderita….'     

Mars merasa sangat kasihan pada putrinya itu. Tampaknya Harlow benar-benar mewarisi nasib sialnya. Putrinya itu dilahirkan dalam kesengsaraan seperti dirinya dan harus sangat menderita sepanjang hidupnya. Sama seperti dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.