Pangeran Yang Dikutuk

Putri Yang Malang dan Sangat Menderita



Putri Yang Malang dan Sangat Menderita

0Putra mahkota ingat bahwa ini bukan lagi kamarnya sejak ruangan itu didekorasi ulang beberapa bulan yang lalu agar sesuai dengan selera Emmelyn karena wanita itulah yang akan tinggal di sini selama ketidakhadirannya ke Wintermere.     
0

Tempat tidur ini sekarang ditutupi seprai sutra biru lembut, bukan seprai abu-abu sederhana. Ada lemari kayu yang indah di sebelah kanan dan cermin besar yang bagus di sebelahnya.     

Mars membayangkan cermin ini adalah tempat Emmelyn melihat bayangannya setiap hari dan mengeluh bahwa kehamilannya membuatnya terlihat seperti sapi.     

Astaga... wanita itu.     

Jhon berdiri terpaku di tempatnya dengan canggung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan karena sang pangeran tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Haruskah Jhon menawarkan untuk menyiapkan makan malam untuknya?     

Tepat ketika ia hendak berbalik dan meninggalkan sang pangeran sendirian, Mars berbicara kepadanya.     

"Jhon... apa kau masih memiliki ramuan tidur dari Tuan Vitas?"     

Jhon buru-buru menjawab, "Ya, saya punya, Yang Mulia."     

"Tolong ambilkan ramuan tidurku dan siapkan bak mandinya," ujar Mars dengan suara datar. "Aku butuh tidur sekarang."     

"Baiklah, Yang Mulia," sahut Jhon. Ia dengan cepat membungkuk dan meninggalkan ruangan. Kondisi sang pangeran saat ini sungguh membuatnya khawatir.     

Bukankah seharusnya putra mahkota terlihat sedih? Bukankah seharusnya ia menangis atau... marah?     

Tapi kenapa ia malah tidak mengatakan apa-apa? Kenapa ia tidak menunjukkan emosinya sedikit pun?     

Apakah ia juga patah hati seperti ayahnya dan perlahan menjadi gila? Astaga... Jhon tidak ingin membayangkan hal yang mengerikan seperti itu terjadi.     

Apa yang akan terjadi pada kerajaan ini jika raja dan putra mahkota sama-sama mengalami gangguan jiwa?     

Itu berarti... keluarga Preston pasti akan mengambil alih kekuasaan dengan mudah. Sekarang, mereka sudah mengambil alih urusan kerajaan karena raja menjadi gila dan putra mahkota tidak ada. Tapi... jika putra mahkota juga tidak waras... maka mereka sama saja sudah mati karena Duke Preston akan langsung bergerak merebut kekuasaan.     

Tidak tidak tidak....!     

Jhon tidak ingin memikirkannya lebih jauh lagi. Ia bergidik ketika membayangkan jika Duke Preston yang licik dan kejam itu yang akan menjadi raja. Jhon berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh dan fokus pada pekerjaannya.     

Ia kembali tidak lama kemudian dengan beberapa pelayan yang membawa ember berisi air dan menyiapkan mandi air hangat untuk sang pangeran. Kepala pelayan itu menatap Mars duduk di sofa dan sedanf termenung. Jhon tidak tahu apa yang ada di pikiran sang pangeran. 'Mungkinkah ini caranya berduka?' batinnya.     

Jhon tahu raja dan Mars memiliki kepribadian yang berbeda. Jadi, mungkin cara raja berkabung untuk istrinya sangat berbeda dengan putranya.     

"Kamar mandi sudah siap, Yang Mulia," ujar Jhon dengan hormat. "Ramuan tidurnya ada di sini, di atas meja ini. Kami juga sudah menyiapkan makan malam untuk Anda jika Anda ingin makan sesuatu sebelum tidur. Selamat mandi dan istirahatlah dengan baik."     

Suara sang kepala pelayan terdengar sangat simpatik dan Mars menghargainya. Ia tahu Jhon bahkan berusaha berjinjit di sekitarnya dan berusaha keras untuk tetap tenang sambil melayani kebutuhannya.     

Awalnya, Mars tidak mau menanyakan tentang kematian ibunya dan keberadaan Emmelyn sekarang. Ia telah mencapai batasnya secara mental dan fisik ketika ia turun dari Snow dan memasuki istana tadi. Ia bahkan merasa hampir gila. Jadi, agar tidak menjadi gila, Mars harus menenangkan hati dan pikirannya.     

Mars ingin sendirian dan mengosongkan pikirannya dari semua pikiran gila. Ia tahu ia butuh tidur saat ini. Itulah hal pertama yang harus dilakukannya dan juga yang terpenting. Ia bisa menangani segala sesuatu yang lain besok. Ibunya sudah meninggal dan istrinya pasti berada di penjara.     

Mars harus berbaik hati pada dirinya sendiri dan beristirahat karena apa pun yang ia lakukan malam ini tidak akan menghidupkan kembali ibunya dari kematian dan Emmelyn pasti sudah tidur karena sudah larut malam. Mars tidak perlu melihat wanita itu malam ini juga.     

Jadi, Mars memutuskan untuk mandi air hangat, mengambil ramuan tidurnya, dan pingsan di tempat tidurnya yang hangat. Itulah alasan mengapa ia tidak mengatakan apa pun kepada Jhon dan juga tidak menanyakan apa pun mengenai istrinya. Ia mengira hatinya mungkin tidak mampu menangani kebenaran dalam kondisinya saat ini.     

Selama perjalanan selama lebih dari tiga minggu, Mars telah memikirkannya berulang kali. Asumsi Gewen benar, kini ia merasa telah mati rasa karena rasa sakit yang ia terima, baik jiwa maupun raga.     

Setelah semua pelayan lainnya meninggalkan kamar, giliran Jhon yang memastikan sang pangeran sudah mendapatkan semua yang ia butuhkan untuk bisa beristirahat dengan baik.     

"Kalau begitu, saya pamit dulu, Yang Mulia," kata Jhon.     

Mars akhirnya menoleh ke arah kepala pelayan itu dan menatapnya dengan sendu. Melihat sang pangeran yang tampak begitu terluka, Jhon merasa seolah-olah hatinya ikut tertusuk dan juga terluka. Bagaimanapun, ia telah bekerja untuk keluarga kerajaan ini selama hampir 30 tahun bahkan sebelum Mars lahir. Ia juga telah melayani raja sebelum Raja Jared. Ia juga menyaksikan putra mahkota tumbuh dari seorang anak kecil yang sakit-sakitan menjadi pria yang tangguh seperti sekarang ini.     

Jhon telah bersama Strongmoors selama masa-masa sulit mereka dan ia sangat menghormati dan mencintai mereka. Kesedihan Mars otomatis menjadi kesedihannya juga. Hatinya merasa iba melihat keadaan sang pangeran saat ini.     

"Terima kasih, Jhon," ujar Mars. "Aku akan beristirahat malam ini dan menangani semuanya besok."     

"Senang Anda kembali, Yang Mulia." Jhon sungguh ingin menangis saat ini juga.     

Mars tidak tahu betapa kepala pelayannya dan Emmelyn berharap ia ada di sini selama insiden itu dan semua kekacauan yang mengikutinya. Jhon menyeka air matanya dan mengucapkan belasungkawa.     

"Saya turut berduka cita atas kehilangan Anda, Yang Mulia ..." Sekarang, Jhon sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia mulai menangis. "Tuan putri masih sangat kecil namun sudah sangat menderita…."     

Mars merasa tersentuh saat melihat kepala pelayan yang juga tak bisa menahan kesedihannya. Ia bisa memahami seberapa besar pengabdian kepala pelayan ini kepada keluarganya. Jhon tampaknya benar-benar ikut merasa hancur oleh kematian Ratu Elara.     

Jhon dengan cepat menenangkan diri dan meminta maaf sebesar-besarnya karena telah menangis di depan pangeran. "S-Saya minta maaf, Yang Mulia. Baiklah, saya akan membiarkan Anda beristirahat. Sekali lagi, maafkan saya."     

Jhon segera meninggalkan ruangan sebelum ia mulai menangis lagi. Mars menutup pintu dan menarik napas panjang.     

Melihat Jhon yang menangis telah menyentuh hari Mars. Tanpa sadar, air matanya juga mulai menetes di pipinya. Dengan susah payah ia melepas pakaiannya dan melangkah ke dalam bak mandi. Ia tidak pernah merasa sesedih ini seumur hidupnya.     

Mars tidak tahu bagaimana ia akan bisa melihat Emmelyn esok pagi dan meminta istrinya itu untuk mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana jika Emmelyn mengaku bahwa ia memang datang ke kastilnya untuk merayunya dengan tujuan akhir membunuh ibunya seperti yang diperintahkan oleh Thessalis?     

Bahkan jika Emmelyn memang melakukannya, Mars berharap wanita itu akan membohonginya dan Mars akan percaya padanya. Ia hanya perlu mendengar dari mulut wanita itu bahwa ia tidak melakukannya... dan Mars akan mempercayainya.     

Bahkan jika Mars harus hidup dalam kebohongan selama sisa hidupnya, ia tidak keberatan. Ia akan terus menutup mata. Bukankah Emmelyn juga kehilangan seluruh keluarganya karena dirinya? Sekarang mereka seimbang.     

Benar, bukan?     

Mars menyeka air matanya lalu memejamkan matanya. Ia menarik napas dalam-dalam dan memaksa pikirannya untuk berhenti berpikir. Rasanya ia benar-benar bisa gila jika terus memikirkan semua ini. Ia hanya akan mengkhawatirkan Emmelyn besok begitu menemuinya.     

Masalah hari ini cukup untuk hari ini, itulah yang ia katakan pada dirinya sendiri.     

Saat sang pangeran merendam tubuhnya di air hangat, tiba-tiba kata-kata Jhon sebelum kepala pelayan itu meninggalkan kamarnya tadi terngiang di benaknya.     

Mars mengira Jhon pasti sangat menyukai Emmelyn hingga menunjukkan empati sebesar itu padanya, memanggilnya putri kecil yang malang, masih sangat, sangat kecil tetapi sudah harus menderita.     

Tiba-tiba, jantungnya berdetak kencang.     

Entah bagaimana, nalurinya memberitahunya bahwa bukan Emmelyn-lah yang Jhon maksud.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.