Pangeran Yang Dikutuk

Kedatangan Mars di Istana



Kedatangan Mars di Istana

0Mars menolak untuk mengatakan apa-apa lagi. Berbicara tentang rasa sakitnya bukanlah sesuatu yang biasa ia lakukan. Akhirnya, kedua pria itu hanya duduk bersama dalam diam.     
0

Gewen tidak lagi mengantuk setelah pembicaraan mereka. Namun, ia tidak menyarankan Mars melanjutkan perjalanannya, karena menurutnya akan lebih baik jika mereka membiarkan kuda-kuda itu beristirahat sedikit lagi.     

Kuda milik Gewen sendiri sudah menyerah seminggu yang lalu dan ia menggantinya dengan kuda baru yang segar ketika mereka berhenti di Branwen. Kuda itu memang tidak sekuat dan gagah seperti Snow. Namun, Gewen yakin jika Mars terus memaksa Snow pergi tanpa istirahat yang layak, kuda tangguhnya itu pun akan segera menemui ajalnya.     

Jadi, mereka beristirahat lagi selama beberapa jam. Akhirnya, ketika matahari sudah terbit di ufuk timur, tanpa sepatah kata pun, Mars bangkit dan menyiapkan kudanya. Snow telah beristirahat dan memakan rumput untuk mengisi perutnya.     

Sekarang mereka siap untuk pergi. Gewen pun bangkit dan naik ke atas kudanya. Mereka bersama-sama berkendara menuju ibu kota. Menurut perkiraan, mereka akan sampai ke tempat tujuan mereka dalam dua hari.     

Ya, mereka hampir sampai.     

"Kita berhenti sebentar ke sungai untuk mengambil air," ujar Mars sambil memperlambat kudanya. Ia menunjuk ke arah kanan dan Gewen bisa melihat sungai kecil mengalir di sana.     

"Oke," sahut Gewen.     

Mereka segera melaju menuju sungai dan berhenti di sana. Mereka membiarkan kuda-kuda itu minum sepuasnya. Sementara Gewen memanfaatkan kesempatan ini untuk membasuh muka dan minum air putih.     

Setelah air bersih menyentuh wajahnya dan membuatnya kembali segar, ia merasa seperti terlahir kembali.     

Namun, saat Gewen melihat pantulan dirinya di air, pria itu tersentak. Matanya melotot dan dahinya berkedut saat ia menyentuh dagu dan pipinya yang terlihat kusam dan kumal.     

Astaga... Ia benar-benar jelek sekarang!     

Mencukur tidak ada dalam jadwal mereka ketika mereka terburu-buru untuk kembali ke ibu kota, jadi Gewen mencoba memanfaatkan sedikit waktu yang dimilikinya. Terakhir kali ia bisa bercukur adalah... tiga hari yang lalu? Atau bahkan mungkin lima hari yang lalu?     

Gewen menoleh ke samping dan mengerucutkan bibirnya saat melihat penampilan apik temannya itu.     

Meskipun Mars hanya seperempat elf, namun dari segi penampilan, pria itu mewarisi gen elf lebih dari gen manusia keluarganya. Pria itu tidak memiliki masalah dengan rambut wajah dan kerutan meskipun tidak bercukur selama berhari-hari, tidak seperti Gewen!     

'Huh, tidak adil,' pikir Gewen.     

Ia kesal saat melihat Mars yang tidak perlu repot-repot memikirkan penampilannya. Rambutnya mungkin acak-acakan dan ekspresi wajahnya tampak muram, tapi tetap saja ia terlihat tampan.     

Sedangkan Gewen tidak seberuntung itu. Ia kini tampak kusut dan menyedihkan. Gewen juga ingin sekali memiliki wajah yang mulus. Saat ini, ia bahkan hampir tidak bisa mengenali sosoknya sendiri di pantulan air itu.     

Gewen biasanya memiliki wajah mulus dan kulit lembut karena selalu menyempatkan diri untuk merawat penampilannya. Namun, sekarang ini, bisa membasuh muka hingga bersih dan janggutnya tak tumbuh hingga dada saja sudah cukup beruntung. Ia bisa membayangkan ketika mereka tiba di istana kerajaan nanti dan para prajurit melihat kedatangan Mars dan Gewen bersama, mereka mungkin tidak akan mengenali Gewen.     

Melihat bayangannya sendiri, Gewen jadi ingin menangis. Ia menyeka matanya dan memercikkan lebih banyak air ke wajahnya. Saat ini, ia begitu tergoda untuk melompat ke air dan mandi untuk menyegarkan kembali penampilannya.     

Tidak!     

Gewen mencubit dirinya sendiri. Ia seharusnya tidak seegois ini. Saat ini, prioritas utama mereka adalah mencapai ibu kota secepat mungkin sehingga Mars dapat melihat ibunya untuk terakhir kalinya.     

Saat menemui gubernur di Glendale yang baru saja mereka lewati, Mars mendengar informasi bahwa pemakaman mendiang ratu masih belum dilaksanakan. Ia juga diberi tahu bahwa tubuh ibunya tetap membeku di dalam gua es.     

Berita ini membuat jantungnya berdegup kencang. Sekarang, Mars sangat berharap bisa terbang dan melihat ibunya di gua es itu. Itu juga alasan mengapa ia mencambuk kudanya untuk berlari lebih cepat tadi malam. Ia benar-benar ingin melihat ibunya untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan.     

"Kau sudah selesai?" tanya Mars pada Gewen yang masih membasuh wajahnya dengan penuh semangat. Temannya itu mengangguk dan dengan cepat selesai mencuci wajahnya. Ia mengeluarkan dua kantong air dari kantong pelana kuda mereka dan mengisinya dengan air. Ini akan berguna bagi mereka jika mereka haus di jalan.     

"Aku sudah selesai," sahut Gewen. Ia mengusap dagu dan pipinya. Setidaknya sekarang wajahnya sudah bersih, pikirnya. Itu lebih baik dari sebelumnya. Lalu ia memberikan satu kantong air kepada Mars yang diterima sang pangeran dengan anggukan.     

Mereka berdua naik kuda dan melanjutkan perjalanan. Mars berharap mereka bisa sampai di istana kerajaan sebelum tengah malam besok.     

***     

Gewen bernapas lega begitu melihat bangunan yang ia kenali. Rasanya tidak pernah ia sebahagia ini saat melihat rumah jagal kotor di ujung pasar di ibukota.     

Gewen merasa sangat lelah, mengantuk, dan kotor... tapi ia bahagia. Senang sekali akhirnya bisa kembali.     

Namun, ia tidak mengatakan apa-apa, melainkan hanya menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan temannya. Akankah Mars langsung pergi menuju gua es? Atau apakah ia akan pergi ke istana kerajaan dulu dan beristirahat?     

Pertanyaannya dengan cepat menemukan jawaban saat Mars mengarahkan kudanya menuju istana kerajaan. Dalam hati, Gewen bersorak kegirangan. Artinya, Mars berencana untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan.     

Gewen setuju dengan keputusan Mars. Mereka butuh istirahat.     

"Selamat malam, Yang Mulia." Komandan penjaga istana yang ditugaskan untuk menjaga pintu masuk utama istana terkejut melihat putra mahkota tiba di tengah malam seperti ini. Sepengetahuannya, sang pangeran masih berada di Wintermere ketika berita tentang kematian Ratu Elara sampai kepadanya. Jadi, bagaimana mungkin ia sudah ada di sini dalam waktu kurang dari satu bulan?     

Mars tidak menanggapi salam sang komandan. Ia langsung melewati gerbang yang terbuka dan pergi ke istana utama. Gewen segera mengejarnya. Namun, para penjaga yang tidak mengenali Gewen langsung menghalangi jalannya dengan mengarahkan pedang ke arahnya.     

"BERHENTI!" Komandan menyipitkan matanya dengan berbahaya dan menanyakan identitas Gewen. "Istana kerajaan adalah area terlarang. Kau tidak bisa masuk tanpa izin!"     

Gewen menautkan alisnya marah. Orang bodoh ini tidak mengenali dirinya? Mereka bercanda? Atau apakah ia benar-benar terlihat mengerikan seperti perkiraannya sebelumnya??     

"KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU???" Jenderal muda itu meraung marah.     

Sang komandan secara spontan mundur dan menatap Gewen dengan heran. Sepertinya ia mengenali suara itu, tetapi ia tidak tahu siapa pria ini. Sementara itu, Gewen terlihat gusar.     

"S-Siapa kau, Tuanku?" tanya komandan itu dengan gagap. "Maafkan kelancanganku karena gagal mengenalimu. Aku tidak bisa melihat dengan baik dalam kegelapan."     

Gewen memutar kedua bola matanya dan menepis bajunya dengan satu tangan. Suaranya terdengar sangat dingin saat berbicara. "Sialan!"     

Lalu ia melanjutkan, "Kalau aku melihatmu lagi besok pagi, aku tidak akan ragu untuk menghukummu karena sudah selancang ini!"     

Semua prajurit secara otomatis mundur dan menurunkan pedang mereka.     

Ketika Gewen melihat semua prajurit telah menarik pedang mereka darinya, ia menarik tali kekang kudanya dan melanjutkan perjalanannya untuk mengejar Mars. Begitu sosoknya sudah menjauh, semua penjaga saling bertukar pandang. Mereka berharap Gewen tidak akan menindaklanjuti ancamannya untuk menghukum mereka karena tidak mengenalinya.     

Mereka merasa itu bukan salah mereka. Bukankah mereka ditugaskan untuk menjaga gerbang istana dan menghalangi orang asing dan tamu tak diundang untuk masuk ke istana? Dengan penampilan Gewen saat ini, siapa yang tahu kalau itu adalah dirinya?     

Sementara itu, Mars baru saja tiba di depan istana kerajaan. Kedatangannya segera diumumkan oleh para penjaga. Dalam lima menit, kepala pelayan kerajaan mereka, Jhon, keluar untuk menyambutnya. Mars dengan cepat turun dari kudanya dan berjalan masuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.