Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Berubah Pikiran



Emmelyn Berubah Pikiran

0Setelah makan malam, Emmelyn dan Nyonya Adler melanjutkan tidur di gerobak, menutupi diri mereka dengan selimut tua. Emmelyn merasa lebih baik setelah ia menyantap sup dan beristirahat.     
0

Keesokan paginya, mereka bangun diiringin suara burung dan ayam hutan di sekitar mereka.     

Emmelyn sangat terkejut saat menyadari bahwa setelah tidur selama tiga hari, lukanya setelah melahirkan telah sembuh secara signifikan. Dan payudaranya juga tidak lagi bengkak dan nyeri seperti sebelumnya.     

Emmelyn memijat payudaranya satu per satu untuk mengurangi rasa sakit. Ia hampir menangis ketika mengingat Harlow. Bayinya itu seharusnya meminum susunya dengan rakus, seperti biasanya.     

Emmelyn sangat merindukan bayinya.     

"Apa Lily membawa Harlow bersamanya?" tanya Emmelyn kepada Nyonya Adler yang kini bersiap-siap membuatkan teh untuk menghangatkan tubuh mereka di pagi yang dingin.     

Penyihir tua itu mengangguk. "Ya, Yang Mulia. Lady Greenan datang pada malam hari dan dia sangat sedih saat mengira kau sudah meninggal. Dia membawa putri kecil itu bersamanya."     

Kemudian, saat sedang menyalakan api dan merebus air untuk membuat teh, Nyonya Adler memberi tahu Emmelyn apa yang terjadi setelah sang putri tertidur.     

Semuanya terjadi seperti yang sudah diperkirakan. Tuan Vitas datang dan memastikan kematian Emmelyn, yang membuat Lily sangat terkejut.     

Nyonya Adler menawarkan untuk membantu proses pemakaman dan diam-diam menyelipkan bel kecil ke dalam pakaian Emmelyn. Penyihir tua itu juga memastikan tidak ada yang melukai tubuhnya.     

Nyonya Adler menyebarkan takhayul bahwa wanita yang meninggal karena melahirkan akan membawa kesialan bagi siapa saja yang menyentuhnya. Itu sebabnya, sebisa mungkin para pelayan di istana berusaha menghindari menyentuh Emmelyn. Mereka tidak ingin nasib buruk itu menimpa mereka sendiri.     

Penjelasan Nyonya Adler membuat Emmelyn tersenyum getir. Ahh… meskipun tidak ada yang namanya takhayul yang disebarkan oleh penyihir tua, dalam kasus Emmelyn, itu hampir benar.     

Dirinya adalah sumber kesialan bagi orang-orang yang ia cintai dan sayangi.     

Sekarang, ia telah sampai pada titik di mana ia praktis telah kehilangan segalanya, dan satu-satunya cara untuk memastikan bahwa ia bisa mendapatkannya kembali dan tidak menyebabkan kerugian lebih lanjut adalah dengan menemukan sumber kesialannya.     

Inilah yang membuat Emmelyn merasa bertekad untuk pergi ke Atlantea dan menemukan Leoraleis untuk membuat mereka mencabut kutukan jahat mereka, apa pun yang terjadi.     

"Bagaimana dengan Ellena atau keluarga Preston? Apa kau mendapat kabar tentang mereka? Apa mereka datang saat itu?" tanya Emmelyn lagi pada Nyonya Adler sambil merapatkan selimut di tubuhnya.     

"Hmm, aku tidak melihat mereka," sahut Nyonya Adler.     

"Oh…."     

Emmelyn membayangkan suasana pemakamannya pasti begitu sunyi. Ia bertanya-tanya siapa saja yang kira-kira datang untuk melihatnya dibaringkan ke 'tempat peristirahatan terakhirnya'?     

Ketika ia menanyakan hal itu kepada penyihir tua, Emmelyn terkejut mengetahui bahwa banyak pelayannya yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir mereka. Ya, kecuali Roshan, tentu saja.     

Mengingat Roshan membuat Emmelyn mengertakkan giginya. Kemarahan membuncah di dadanya dan ingin sekali ia membuat Roshan membayar semua kejahatan yang telah pelayan itu lakukan kepadanya. Musang tua itu sungguh manusia laknat. Ia bisa berpura-pura bersikap baik dan hormat di depan Emmelyn, tapi di belakang, pelayan itu berani menikamnya.     

Ahhh... seharusnya Emmelyn menyadarinya sejak lama. Seseorang yang bisa dibeli dengan uang tidak akan pernah setia sejak awal. Ia baru ingat ia juga pernah menyuap Roshan dengan satu koin emas untuk memungkinkannya bekerja di istana putra mahkota.     

Kepala pelayan itu membuat beberapa alasan dan melaporkan pelayan pribadi Mars kepada pangeran karena kinerjanya yang buruk dan membuatnya dipindahkan ke istana kerajaan untuk bekerja di kandang.     

Saat itu, Roshan tidak peduli jika pelayan baru yang membayarnya dengan emas untuk menjadi pelayan pribadi sang pangeran dan akan mencoba membunuh tuannya. Dan itulah yang dilakukan Emmelyn.     

Nasib bekerja dengan cara yang misterius. Orang yang ingin Emmelyn bunuh justru perlahan-lahan meluluhkan hatinya dan setelah menghabiskan malam yang penuh gejolak, mereka akhirnya saling jatuh cinta. Kemudian sekarang mereka menikah dan dikarunia seorang bayi.     

Tapi itu tetap tidak mengubah fakta bahwa Emmelyn datang untuk membunuh Mars dan dibantu Roshan yang ternyata seorang pengkhianat yang rela menjual tuannya demi uang. Jadi, tidak mengherankan jika pelayan laknat itu juga menjual kesetiaannya kepada Ellena dan membantu wanita itu menjebak Emmelyn.     

'Mars pasti belum tahu tentang ini,' pikir Emmelyn. Bagaimana bisa ia meninggalkan suaminya beserta bayi mereka dengan ular seperti Roshan yang tinggal di bawah atap yang sama dan bekerja untuknya?     

Tidak, Emmelyn seharusnya tidak membiarkan hal itu terjadi.     

Ia mengetukkan jari rampingnya di lututnya. Apa yang harus ia lakukan? Mungkinkah ia harus bersembunyi di suatu tempat dan menunggu sampai suaminya kembali sebelum ia pergi ke Atlantea?     

Emmelyn sudah mengirim Edgar untuk mencari informasi. Edgar sudah lebih dulu tiba beberapa minggu sebelumnya dan pria itu juga lebih cepat karena kondisinya yang sehat. Sedangkan Emmelyn, bukan hanya seorang wanita, ia juga masih dalam pemulihan setelah melahirkan.     

Ia harus banyak istirahat untuk memastikan apakah ia masih bisa pulih dengan baik atau tidak. Jika tidak, ia mungkin tidak bisa pulang dengan selamat ke suami dan anaknya.     

"Nenek ..." Emmelyn menatap penyihir tua itu. Keraguan tampak jelas di wajahnya. "Bagaimana menurutmu jika kita tetap di dekat ibu kota sampai suamiku pulang? Aku harus memastikan semuanya baik-baik saja di rumah sebelum aku bisa pergi dan menemukan Leoraleis…."     

Emmelyn menjelaskan pendapatnya kepada Nyonya Adler dan tak lupa menanyakan pendapat wanita tua itu. "Aku tidak bisa meninggalkan suami dan bayiku dengan pengkhianat seperti Roshan. Mereka mungkin tidak tahu bahwa dia terlibat dalam menjebakku. Dan selain itu... jika suamiku percaya kepadaku, aku tidak perlu pergi ke Atlantea sendirian. Toh aku sudah mengirim Lord Edgar untuk mencari informasi tentang Leoraleis."     

"Oh… kalau begitu, aku setuju denganmu, Yang Mulia," sahut penyihir tua itu. "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat saja di suatu tempat dan memulihkan diri. Semoga Yang Mulia bisa cepat pulang."     

"Kau benar. Menurutku itu hal terbaik yang harus aku lakukan," kata Emmelyn. "Kita hanya perlu bersembunyi. Karena mereka semua mengira aku sudah mati, mereka pasti tidak akan mencariku."     

Penyihir tua itu tampak tenggelam dalam pikirannya. Ia juga bukan penduduk asli Draec, jadi ia tidak mengenal daerah itu. Di mana mereka harus bersembunyi?     

"Berapa banyak uang yang kau miliki?" tanya Emmelyn kepada Nyonya Adler. "Kita akan membutuhkan lebih banyak uang untuk membeli makanan dan biaya menginap."     

"Aku punya beberapa koin tembaga dan banyak koin perak," sahut Nyonya Adler.     

"Seharusnya cukup untuk membayar kamar di penginapan sederhana selama satu bulan, lalu melanjutkan perjalanan kita. Untuk makanan, kita bisa cari makanan di luar. Ada banyak buah beri, jamur, dan kalau beruntung, kita bisa mendapatkan ikan atau ayam liar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.